Kisah Pengemudi Becak Yogyakarta, Kayuh dengan Satu Kaki Setelah Diamputasi Demi Hidupi Keluarga

Viral hari ini, kisah Wawan Setiawan, pengemudi becak asal Yogyakarta, kayuh becak dengan satu kaki demi bantu keluarga.

TribunMataram.com Kolase/ Kompas.com/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA
Wawan Setiawan saat berada di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 

TRIBUNMATARAM.COM - Viral hari ini, kisah Wawan Setiawan, pengemudi becak asal Yogyakarta, kayuh becak dengan satu kaki demi bantu keluarga.

Meski dengan keterbatasan fisiknya, Wawan Setiawan berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya dengan menjadi pengemudi becak di Yogyakarta.

Kaki kanan Wawan Setiawan kini telah diamputasi karena suatu kecelakaan yang menimpanya.

Berikut kisah lengkap Wawan Setiawan, sang pengemudi becak satu kaki asal Yogyakarta.

Seorang pria dengan kaus lusuh dan celana panjang coklat duduk di kursi becak.

Matanya menatap kosong di tengah keramaian aktivitas Pasar Beringharjo dan pasar buku bekas.

Rambut yang mulai putih tersapu lembut semilir angin di tengah teriknya matahari.

Wawan Setiawan saat berada di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY)(KOMPAS.com/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)
Wawan Setiawan saat berada di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY)(KOMPAS.com/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA) ( )

Becak hijau ini berhenti di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY), tepat di bawah pohon yang teduh.

Ayah Calon Paskibraka yang Meninggal Sebelum Bertugas Kenang Detik-detik Terakhir Putrinya Ambruk

Jadwal Sholat Hari Ini Kota Mataram Nusa Tenggara Barat / NTB dan Sekitarnya Sabtu 3 Agustus 2019

6 Zodiak Ini Dikenal Paling Setia dan Dicari Lawan Jenisnya, Anti Selingkuh atau Mendua Loh!

4 Fakta Terbaru Kasus Narkoba Jefri Nichol, Dua Tersangka Pemberi Ganja Adalah Dokter dan Desainer!

Sesekali, matanya terpejam, karena semilir angin yang membuatnya mengantuk.

 

Namun, setiap kali ada orang berjalan melintas, wajah pria ini tampak sumringah dengan langsung menyapa dan menawarkan jasa antar dengan becak.

Ia pun tak putus asa untuk terus menawarkan jasanya. Padahal, dari pagi sampai siang, ia belum mendapatkan satupun penumpang.

"Nama saya Wawan Setiawan. Wah hari ini masih sepi mas," ujar Wawan Setiawan saat ditemui Kompas.com di tempat mangkalnya di seberang TBY, Jumat (2/8/2019).

Becak milik Wawan ini memang tampak berbeda dengan lainya.

Di sisi kanan becak terdapat dua buah kruk.

Kruk penyangga kaki tersebut ternyata untuk membantunya berjalan.

Kaki kanan Wawan sudah diamputasi.

Namun, meski dengan keterbatasan fisik, pria 48 tahun ini tetap semangat mencari nafkah dengan menjalankan profesinya sebagai tukang becak.

Setiap kali mengantar penumpang, Wawan mengayuh becaknya dengan kaki kirinya.

Becaknya pun sama sekali tidak dimodifikasi.

"Kalau ngayuh becak dengan satu kaki. Ya berat, tapi tidak masalah, karena sudah terbiasa mas," ungkapnya.

Meski mengayuh dengan satu kaki, Wawan mengaku mengaku masih sanggup untuk mengantar dua penumpang sekaligus.

Bahkan, ia mampu membawa penumpang saat melintas jalan menanjak di Kota Yogyakarta.

Profesi sebagai tukang becak ini ditekuninya sejak 1990.

Sebelum di Yogya, Wawan menarik becak di Magelang, Jawa Tengah.

Sampai tidur di becak demi keluarga

Wawan memutuskan menjadi tukang becak, karena tidak ada pilihan lain.

Sebagai kepala keluarga, ia harus memenuhi kebutuhan hidup.

Terlebih, saat ini ia harus menghidupi istri dan anaknya yang berusia 2 tahun.

Selain itu, dirinya juga harus membayar rumah kontrakan yang ditinggalinya bersama keluarga.

Wawan mengontrak di daerah Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Setiap bulan, wawan harus membayar sewa Rp 600.000.

"Prinsip saya satu, bekerja apapun asal tidak merugikan orang lain," kata Wawan.

Setiap hari, dari pagi sampai siang hari, Wawan mangkal di seberang TBY.

 Gempa Banten 2 Agustus 2019, BMKG Akhiri Peringatan Potensi Tsunami Setelah Menunggu 2 Jam

 3 Tahun Pacaran Putus, Pria NTT Gugat Mantan Kekasih Kembalikan Uang Pacaran Sebesar Rp 40 Juta

 Jerawat Membandel Bikin Nggak Percaya Diri? Ini 5 Minuman Sehat dan Lezat untuk Mengatasinya

 5 Fakta Gempa Banten, Anies Baswedan Sampai Lari Keluar Gedung hingga Lampu Padam di Pandeglang

Tetapi, saat sore hari ia berpindah tempat di seberang Pasar Beringharjo. 

"Saya kadang sampai jam 2 pagi baru pulang. Kadang malam sampai tidur di becak juga, ya sambil nunggu penumpang," bebernya.

Penghasilanya sebagai tukang becak pun tidak menentu.

Terkadang, di hari libur, ia bisa membawa uang untuk keluarganya.

Namun, terkadang Ia juga harus rela pulang dengan tangan kosong, karena tidak mendapat penumpang.

"Kadang dapat, kadang tidak, Ya kalau ramai liburan sehari bisa dapat Rp 50.000 sampai Rp 100.000.

Ya bagi saya, berapapun, cukup tidak cukup tetap harus disyukuri," tandasnya.

Meski demikian, ada juga penumpang yang baik hati.

Terkadang ada penumpang yang tidak mau diberi uang kembalian, bahkan memberikan uang lebih kepada Wawan.

Dulu, Wawan menyewa becak untuk mencari nafkah. Ia harus membayar Rp 10.000 untuk sewa becak setiap harinya.

Wawan pun bertekad untuk memiliki becak sendiri.

Ia akhirnya menyisihkan uang penghasilanya untuk ditabung.

Setelah beberapa tahun, uang tabungan itu digunakanya untuk membeli becak.

"Nabung sebisanya mas, kadang Rp 1.000 kadang ya Rp 5.000.

Satu tahun lalu, Saya bisa beli becak ini, harganya Rp 700.000," tuturnya sambil tersenyum.

Wawan Setiawan saat berada di dalam becak menunggu penumpang di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
Wawan Setiawan saat berada di dalam becak menunggu penumpang di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY)(YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)

Mandiri sejak kecil

 Wawan Setiawan dahulu tinggal bersama kedua orang tuanya di Magelang, Jawa Tengah.

Di usianya yang masih kecil, kedua orang tuanya meninggal dunia.

"Orang tua meninggal karena sakit. Saat itu saya usia 3 tahun," ungkapnya.

Di saat anak-anak seusianya asik bermain, Wawan terpaksa harus mencari nafkah.

Ia pun mencari nafkah dengan berjualan koran, menjadi tukang semir sepatu di jalanan Magelang, Jawa Tengah.

"Saya tidak sekolah, umur 7 tahun hidup di jalan, cari uang agar bisa makan. Pokoknya cari uang, tapi yang tidak merugikan orang lain," tegasnya.

Kaki diamputasi

Wawan mengatakan, musibah hingga kaki kananya harus diamputasi terjadi saat di Magelang. S

aat itu, pada malam hari ia hendak menuju Yogyakarta.

Saat berjalan kaki, ia terperosok ke dalam lubang sedalam lutut orang dewasa. Lubang tersebut ternyata bekas orang membakar sampah.

"Tahun 2013 Saya jatuh, langsung tidak sadarkan diri, tahu-tahu sudah di rumah sakit.

Cerita orang yang menolong, saya jatuh di lubang bekas orang bakar sampah dan masih panas," kata Wawan.

Akibat kejadian itu, kaki kanan dan kirinya mengalami luka bakar. Ia pun harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Keluar dari rumah sakit, Wawan langsung menjalankan profesinya sebagai tukang becak.

Sebab, ia harus tetap mencari nafkah.

Menurut Wawan, kakinya sering terasa sakit saat mengayuh becak.

Namun, karena tidak ada biaya, rasa sakit itu ditahanya dan terus menarik becak.

Pada tahun 2014, ada yang melihat kondisi Wawan.

Orang tersebut lantas menawari bantuan agar Wawan berobat di rumah sakit.

"Amputasinya tahun 2014 di Hardjolukito (RSPAU dr S Hardjolukito), dibiayai oleh sedekah rombongan.

Saya dirawat 16 bulan, ya bersyukur dibantu," kata Wawan.

Wawan mengatakan, meski mengayuh dengan satu kaki, ia tidak ingin mengganti becak kayuh dengan becak motor.

"Tidak mau ganti bentor, karena belum ada izin. Ya kalau becak listrik, tidak apa-apa pungkasnya. (Kompas.com/ KONTRIBUTOR YOGYAKARTA, WIJAYA KUSUMA)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/08/03/07000031/kisah-wawan-kayuh-becak-dengan-satu-kaki-demi-keluarga?page=all

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved