KH Maimun Zubair Meninggal

8 Petuah Almarhum KH Maimun Zubair Sebelum Meninggal, Berbahasa Jawa & Artinya Menggetarkan Hati

Kiai Haji Maimun Zubair atau biasa disapa Mbah Moen meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019), saat tengah menjalankan ibadah haji.

Penulis: Agung Budi Santoso | Editor: Asytari Fauziah
Tribunnews.com
Petuah KH Maimun Zubair 

Kiai Haji Maimun Zubair atau biasa disapa Mbah Moen meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019), saat tengah menjalankan ibadah haji.

Ia berpulang di Tanah Suci, tanah di mana ia pernah belajar mengaji pada usia 21 tahun.

TRIBUNMATARAM.COM Pada usia 21 tahun, Maimun Zubair meninggalkan kampung halamannya di Rembang, Jawa Tengah, menuju ke Mekkah, Arab Saudi.

Dikutip dari nu.or.id, di Tanah Suci, Mbah Moen belajar mengaji.

Ia berada di bawah bimbingan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Mbah Moen adalah putra ulama Kiai Zubair.

Ayahnya merupakan seorang alim dan faqih, murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Selain di Tanah Suci, Mbah Maimun juga belajar mengaji di sejumlah pesantren di Tanah Jawa, di antaranya Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim.

Polri Lakukan Investigasi Listrik Padam: Akibat Pohon Tinggi, Bukan Sabotase atau Human Error

 6 Fakta Ulama Besar Indonesia KH Maimun Zubair, dari Pendidikan hingga Karir Politiknya

 Kenangan Terakhir Mbah Maimun Zubair Sebelum Wafat, Cium Hajar Aswad & Beri Doa ke Ustaz Solmed

 Meninggal di Mekkah, 5 Fakta KH Maimun Zubair, dari Riwayat Karir, Kisah Masa Muda, Hingga Pemakaman

Saat berguru di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Mbah Maimun merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di Tanah Hijaz.

Selain itu, Mbah Maimun juga mengaji ke beberapa ulama di Jawa.

Para ulama itu di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), dan Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban).

Hingga akhirnya Mbah Moen dikenal sebagai seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak).

Ia kerap menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fiqh karena menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh.

Kitab-kitab yang pernah ditulisnya, seperti berjudul "Al-Ulama Al-Mujaddidun" menjadi rujukan para santri.

Jokowi Menantikan Adik dari Jan Ethes, Kabar Kehamilan Selvi Ananda Dikonfirmasi Keluarga: Iya Hamil

Pada 1965, Mbah Moen mulai mengembangkan Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Pesantren ini menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Kini, Mbah Moen, kelahiran 28 Oktober 1928, telah berpulang.

Ia meninggal dunia saat tengah menjalankan ibadah haji.

Rencananya, jenazah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu akan dishalatkan di Masjidil Haram.

Setelah itu, jenazah Mbah Maimun Zubair akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma'la, salah satu tempat pemakaman tertua di kota Mekkah.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Selamat jalan, Mbah Moen...

Berikut 8 Petuah Berbahasa Jawa KH Maimoen Zubair Berikut Terjemahannya, Menggetarkan Hati dan Inspiratif

1.  Ora kabeh wong pinter kuwi bener  (Tidak semua orang pintar itu benar)

2.  Ora kabeh wong bener kuwi pinter…  (Tidak semua orang benar itu pintar)

3.  Akeh wong pinter ning ora bener… (Banyak orang yang pintar tapi tidak benar)

4. “Lan akeh wong bener senajan ora pinter…” (Dan banyak orang benar meskipun tidak pintar)

5. “Nanging tinimbang dadi wong pinter ning ora bener, Luwih becik dadi wong bener senajan ora pinter…”

(Daripada jadi orang pintar tapi tidak benar, lebih baik jadi orang benar meskipun tidak pintar)

6. “Ono sing luwih prayoga yoiku dadi wong pinter sing tansah tumindak bener.”

(Ada yang lebih bijak, yaitu jadi orang pintar yang senantiasa berbuat benar)

7. “Minterno wong bener..kuwi luwih gampang tinimbang mbenerake wong pinter…”

(Memintarkan orang yang benar .. itu lebih mudah daripada membenarkan orang yang pintar)

8. “Mbenerake wong pinter kuwi mbutuhke beninge ati, lan jembare dhodho.”
(_Membenarkan (membuat benar) orang yang pintar itu membutuhkan beningnya hati, dan lapangnya dada)

Dan inilah fakta-fakta seputar wafatnya KH Maimun Zubair, rencana pemakaman dan riwayat hidupnya:

1. Dimakamkan di Mekkah, Tidak Dibawa Pulang ke Tanah Air

Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan dalam Negeri Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan bahwa jenazah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Haji Maimun Zubair akan dimakamkan di Mekkah.

Kiai Haji Maimun Zubair meninggal dunia saat melakukan rangkaian ibadah haji pada Selasa (6/8/2019).

"Keluarga menghendaki almarhum dimakamkan di Mekkah," ujar pria yang akrab disapa Gus Rozin ini kepada Kompas.com, Selasa (6/8/2019).

Menurut Gus Rozin, jenazah almarhum Mbah Maimun akan dishalatkan di Masjidil Haram selepas waktu shalat dzuhur.

Setelah itu, jenazah dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma'la.

Namun, Gus Rozin belum dapat memastikan apakah Presiden Joko Widodo akan bertolak ke Mekkah untuk memberikan penghormatan terakhir bagi almarhum Maimun Zubair atau tidak. 

"Rencananya dishalatkan di Masjidil Haram usai jemaah dzuhur dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la," kata Gus Rozin.

Maimun Zubair merupakan salah satu tokoh sepuh di PPP yang menjabat sebagai ketua Majelis Syariah.

Dia dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Dalam dunia politik, Kiai Maimun Zubair dikenal dekat dengan berbagai kalangan.

2. Anak Ulama

Akrab disapa Mbah Moen, ulama kelahiran Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Maimun Zubair merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih.

ilmu agama warisan orang tuanya, membuat basis pendidikan agama Maimun Zubair begitu kuat.

Lantas ia memperdalam ilmu mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri Jawa Timur.

3. Maimun Zubair Muda : Sudah Level Ulama 

Ketika almarhum masih muda belia, sekitar 17 tahun, Mbah Moen sudah hafal di luar kepala kitab-kitab nadzam, di antaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq, serta Rohabiyyah fil Faroidl.

Kitab-kitab fiqh madzhab Asy-Syafi'I, semisal Fathul Qorib, Fathul Mu'in, Fathul Wahhab, juga sudah dikuasainya.

4. Mantan Anggota MPR

Tak sebatas ulama, KH Maimun Zubair juga terjun di dunia politik.

Ia menapaki karier politik pernah anggota DPRD tingkat II Rembang selama 7 tahun, dari tahun 1971 hingga 1978.

Almarhum juga sempat merasakan kursi anggota MPR dari utusan Jawa Tengah pada tahun 1987 hingga 1999.

Dan hingga tutup usia, , Mbah Moen berstatus Ketua Majelis Syariah PPP mulai tahun 2004.

5. Pimpinan Pondok Pesantren

Ulama yang amat disegani ini merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Mbah Moen juga pernah menjabat sebagai Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1985 hingga 1990.

Dan bukan pula sebatas menjadi tokoh NU, KH Maimun Zubair juga pernah berkiprah internasional dengan menjadi utusan Indonesia dalam Majelis Ijtima Ulama Nusantara kedua di Malaysia pada tahun 2000.

Juga, menjadi anggota ICIS (International Conference of Islamic Scholars) dari Indonesia yang diutus ke Uzbekistan pada 2010 lalu.

(TribunStyle.com/ *) 

Diolah dari: https://nasional.kompas.com/read/2019/08/06/11592141/siapa-mbah-maimun-dari-rembang-belajar-ke-mekkah-hingga-berpulang-di-tanah?page=all

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved