Penyebab Dosen Teknik Elektro UGM Gantung Diri, Dugaan Depresi Penyakit Tak Kunjung Sembuh
Penyebab dosen Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada / UGM Yogyakarta gantung diri di teras rumah, diduga depresi penyakit tak kunjung sembuh.
TRIBUNMATARAM.COM - Penyebab Budi Setiyanto, dosen Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada / UGM Yogyakarta gantung diri di teras rumah, diduga depresi penyakit tak kunjung sembuh.
Budi Setiyanto, seorang dosen di Fakultas Teknik, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM ditemukan gantung diri di teras rumahnya.
Penyebab kematian Budi Setiyanto pun diperkirakan murni karena bunuh diri yang diperkuat dengan kondisi jenazah saat ditemukan.
Budi Setiyanto ditemukan dalam keadaan gantung diri di kediamannya di Yogyakarta.
Dilansir dari Tribunjabar.co.id, Jejak digital Budi Setiyanto tercatat sebagai dosen di Fakultas Teknik, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
• The Comment Pamit, NET TV Sebut Telah Siapkan Program Pengganti dengan Konsep yang Jauh Berbeda
• Kabar Terbaru Zul Zivilia Setelah Ditangkap karena Narkoba dan Terancam Hukuman Mati
• Perjuangan Haru Muhamat Asraf Lolos Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Tetangga untuk Latihan
• Detik-detik 4 Polisi Dibakar Pengunjuk Rasa di Cianjur, Tiba-tiba Dilempar Plastik Berisi Bensin
Budi Setiyanto tercatat sebagai salah satu alumni yang cerdas dari UGM.
Pada sebuah artikel yang dimuat laman resmi UGM, tertulis bahwa Budi Setiyanto merupakan doktor lulusan Teknik Elektro.
Ia termasuk lulusan terbaik yang berhasil memiliki IPK 4,00 dan berpredikat cum laude.
Di jenjang S3, ia tercatat sebagai salah satu mahasiswa yang lulus dalam waktu paling singkat di antara yang lainnya.
Dilansir dari Tribunjabar.co.id, ia masuk menjadi tiga lulusan terbaik pascasarjana UGM saat wisuda, pada 19 April 2018.

Ia juga sempat menerbitkan beberapa karya ilmiah dari hasil penelitiannya sebagai akademisi.
Di Google Scholar, ia memiliki akun bernama Budi Setiyanto yang terdaftar melalui email domain UGM.
Dosen aktif jurusan teknik elektro Universitas Gadjah Mada tersebut ditemukan tak bernyawa dengan posisi menggantung.
Kuat dugaan Budi Setiyanto mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
• Menilik Karakter Seseorang Berdasarkan Waktu Tidur, Jam 10-12 Malam Sosok Pekerja Keras
• Arti Mimpi Bertemu dengan Mantan Pacar, Bisakah Jadi Pertanda Akan Balikan Lagi?
• Foto-foto Momen Baby Shower Kehamilan Pertama Puput Nastiti Devi dengan Ahok
• Promo Pizza Hut Spesial HUT RI 17 Agustus 2019, Buy 1 Get 1 Sampai Besok 16 Agustus 2019!
Tubuhnya ditemukan membujur kaku di rumahnya di Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta, Kamis (15/8/19).

Dilansir dari Tribunnews.com, penemuan jasad Budi Setiyanto (55) pada sekitar pukul 11.00 WIB.
Kapolsek Mergangsan, Kompol Tri Wiratmo mengatakan korban di rumah bersama dengan adiknya, Yuli (47) dan Suparno (55).
Sekitar pukul 09.00 WIB, Yuli pergi ke Wijilan untuk berbelanja.
Dan pada saat pulang kerumah sekitar pukul 11.00 WIB, Yuli menemukan kakaknya telah tergantung di teras rumahnya.
"Kami langsung datang ke TKP dan memasang garis polisi untuk evakuasi dan identifikasi, saat ini sudah dilepas.
Korban gantung diri menggunakan tali tambang. Saat ini tali tambang sebagai barang bukti,"katanya, Kamis (15/8/2019), dilansir dari Tribunjogja.com.
"Tidak ada bukti kekerasan, lidahnya menjulur, berdarah karena digigit, keluar cairan sperma. Itu ciri-ciri orang yang gantung diri, dari dokter juga tadi mengatakan demikian,"lanjutnya, dilansir dari Tribunjogja.com.
Kepolisian setempat belum mengetahui alasan yang mendasari salah satu Dosen UGM ini mengakhiri hidupnya.
Dugaan sementara, Budi mengakhiri hidupnya akibat depresi karena penyakitnya tak kunjung sembuh.
Korban juga sempat menjalani observasi di RS Puri Nirmala pada Maret lalu, dan masih kontrol rutin. (Sosok.id/Andreas Chris Febrianto Nugroho)
Dulu Viral, Anak Tukang Becak Lulusan Terbaik ITB Kini Jadi Dosen, Mata Berbinar Ceritakan Hidupnya
Kisah haru Herayati, anak tukang becak lulusan ITB yang diminta jadi dosen, matanya berbinar ceritakan perjalanan hidupnya.
Keberuntungan tampaknya benar-benar melekat pada diri Herayati.
Meski ayahnya hanyalah seorang tukang becak, Herayati mampu mengangkat derajat keluarganya dengan menjaid lulusan terbaik dari Intitut Teknologi Bandung (ITB).
Mata Herayati berbinar-binar saat menceritakan kisah dirinya diminta jadi dosen di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten. Jadi dosen adalah cita-citanya sejak kecil.
Hera, begitu panggilannya, pernah menjadi pemberitaan pada 2018 lalu saat dirinya lulus dengan predikat cum laude dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Saat itu, media mengangkat kisah Hera, seorang anak pengayuh becak yang berprestasi.

Saat ditanya apa cita-citanya, Hera mengutarakan ingin menjadi dosen.
Inilah awal mula perjalanan Hera menggapai impiannya mengajar di kampus ternama di Banten tersebut.
• Ini Keutamaan Sholat Subuh Berjamaah di Ceramah Ustaz Abdul Shomad yang Membuat Hotman Paris Terpana
• Viral Hari Ini, Siswi SMP di Lampung Diperkosa Kakak Kelas, Aksi Pelaku Terciduk Orangtua Korban
• Peyek Cetar Syahrini Istri Reino Barack Dikritik Terlalu Tipis, Kacang Dikit, Aisyahrani Lakukan Ini
"2018 lalu saya diminta datang ke Untirta, tapi saat itu saya baru lulus S1, sementara jadi dosen minimal S2," kata Hera kepada Kompas.com di kediamannya di Jalan Masigit-Sumur Menjangan, Grogol, Kota Cilegon, Banten, Rabu (24/7/2019).
Hebatnya lagi, dia lulus dengan predikat cum laude dengan IPK 3,8.
Setelah lulus S2, pihak Kampus Untirta kembali memanggil Hera, dan langsung diberi amanah untuk mengabdi sebagai dosen luar biasa di Jurusan Teknik.
"Maunya jadi dosen tetap, tapi harus PNS, sambil menunggu penerimaan, jadi dosen luar biasa dulu sementara di teknik untuk kimia dasar, mulai ngajar bulan September ini," kata perempuan kelahiran 17 April 1997 ini.
Apa yang dicapai oleh Hera saat ini bukan sesuatu yang bisa didapat dengan mudah.
Dia menceritakan perih dan terjalnya perjalanan saat menempuh kuliah dalam keadaan terbatas.
Ya, ayah Hera, Sawiri, hanyalah seorang pengayuh becak di Cilegon.
Sementara ibunya tinggal di rumah mengurus rumah tangga.
Dengan penghasilan yang tidak menentu, sulit dipercaya bahwa Hera bisa menyabet gelar sarjana dan magister di ITB.
Awal mula masuk ITB
Hera mengatakan, impian untuk masuk ke ITB sudah muncul sejak dirinya SMP.
Selepas lulus SMA, Hera pernah gagal masuk ITB di seleksi pertama lewat jalur undangan.
Tidak patah semangat, dia mengikuti seleksi berikutnya lewat tes tertulis dan lolos di Teknik Kimia.
Walaupun berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas, Hera tidak pernah ragu untuk tetap melanjutkan kuliahnya.
Dia tetap melaju dengan optimistis.

Pada awal tahun kuliahnya, Hera mendapat sejumlah beasiswa, di antaranya dari program bidik misi dan bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon.
• Komentar Perdana Sule setelah Nunung Ditangkap karena Narkoba, Miss U Mami
• Postingan Fresh Graduate UI Tolak Gaji 8 Juta Langsung Viral, Ini Tanggapan Universitas Indonesia
• ZODIAK BESOK Ramalan Zodiak Jumat 26 Juli 2019 Aries Produktif, Pisces Sakit Kepala, Aquarius Bosan!
Namun, beasiswa tersebut terkadang masih kurang untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Sementara mengandalkan kiriman dari orangtuanya juga mustahil.
"Akhirnya saya cari tambahan, mulai dari jadi asisten dosen, hingga ngajar bimbel," kata dia.
Hera akhirnya berhasil lulus S1 pada Juli 2018 lalu dan menjadi salah satu lulusan ITB terbaik dengan predikat cum laude.
Satu bulan setelah lulus, Hera lantas mengambil magister untuk memenuhi syarat menjadi dosen di Untirta.
Dari target lulus satu tahun karena program fast track, Hera mampu menyelesaikannya dalam waktu 10 bulan saja, itu pun setengah masa kuliahnya dihabiskan di Chulalongkorn University Thailand lewat program Student Exchange.
Hera mengatakan kerja kerasnya selama ini tidak lepas dari dukungan kedua orangtuanya.
Kendati mereka tidak mampu membiayai kuliah, tapi, kata dia, dukungan dan doanya tidak pernah berhenti.
"Walaupun tidak punya, Bapak dan Mamah tidak pernah melarang, walaupun diam, tapi tidak pernah bilang jangan, selalu mendukung, walaupun tidak lewat materi, tapi doanya luar biasa," kata dia. (Kompas.com / KONTRIBUTOR BANTEN, ACEP NAZMUDIN)
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/07/24/18210481/kisah-herayati-anak-pengayuh-becak-lulusan-itb-dilamar-jadi-dosen-di-untirta?page=all.