Joko Widodo dan Jusuf Kalla Buka Suara Soal Kerusuhan di Manokwari dan Akar Masalahnya
Presiden Joko Widodo dan wakil Presiden Jusuf Kalla buka suara soal kerusuhan di Manokwari sampai bakar gedung DPRD Papua Barat!
Sejatinya, masyarakat Papua dan pendatang di sana bersaudara. Masyarakat Papua dan pendatang dari luar saling membutuhkan.
"Pendatang itu umumnya pengusaha eceran di pasar, atau tukang-tukang, guru.
Semuanya di situ datang justru untuk bekerja sama dan melayani juga seluruh masyarakat," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin.
"Bahwa mereka (pendatang) khawatir, pastilah. Sejauh yang saya baca, mengikuti, juga tidak ada masalah dengan mereka," ucap Kalla.
• Curahan Hati Goo Hye Sun, Didepak Agensi Sendiri Setelah Kabar Cerai dengan Ahn Jae Hyun Terbongkar
Kalla pun meminta polisi dan kepala daerah terkait menjelaskan kejadian tersebut secara gamblang. Dengan demikian, masyarakat justru tidak berasumsi berdasarkan berita hoaks.
"Tentu kita prihatin dan menyesalkan kejadian-kejadian yang terakhir itu. Semua akibat saja.
Apa yang terjadi di Surabaya, di Malang, itu tentunya perlu dijelaskan secara terbuka, diklarifikasi," ujar Wapres.
"Di Papua itu hanya ingin minta klarifikasi dan minta maaflah. Tapi harus klarifikasi apa yang terjadi, karena ini sebuah akibat.
Kita perlu saling menghargai lah. Tapi juga kalau ada masalah yang serius, yang terjadi kemarin di Surabaya, jelaskan saja secara terbuka apa yang terjadi," lanjut dia.
Kronologi dan Duduk Perkara
Kerusuhan di Manokwari diawali dengan warga yang menggelar aksi dengan membakar ban bekas dan meletakan pohon di sejumlah ruas jalan di dalam kota Manokwari, Senin (19/8/2019) pagi.
Aksi tersebut berlangsung anarkistis setelah massa mulai melemparkan pecahan botol dan merobohkan papan reklame, serta traffic light di pinggir Jalan Yos Sudarso.
• Sudah Sah Jadi Suami Istri, Cut Meyriska & Roger Danuarta Pilih Tinggal dengan Orangtua, Kenapa?
Bahkan, kantor DPRD Papua Barat pun ikut menjadi sasaran amuk warga dengan dibakar.
Tidak hanya itu, massa juga melakukan pelemparan terhadap Kapolda Papua Barat dan Pangdam XVIII/Kasuari, yang datang untuk menenangkan massa.
Untuk menghentikan aksi anarkistis tersebut, polisi terpaksa menembakkan gas air mata.

Meski sempat terjadi kerusuhan, kepolisian dibantu TNI terus melakukan negosiasi dan akhirnya bisa mengendalikan situasi.