Kesedihan Misem, Ibu 3 Kerangka di Banyumas, Selalu Masak Banyak Tiap Lebaran Berharap Anak Pulang
Kesedihan Mbah Misem (76), ibu empat kerangka korban pembunuhan di Banyumas, Jawa Tengah, selalu menunggu anak pulang setiap tahunnya saat lebaran.
Penulis: Salma Fenty Irlanda | Editor: Asytari Fauziah
"Setelah membunuh keempat korban pada tanggal 9 Oktober 2014 dari mulai sekitar pukul 14.00 WIB hingga maghrib, jasad ditumpuk di salah satu kamar rumah Misem.
Untuk penguburannya dilakukan keesokan harinya," kata Rizki, Rabu.
• Ruben Onsu Singgung Farhat Abbas Pakai Akun Bodong untuk Buktikan Hotman Paris Bersalah, Benarkah?
• 5 Fakta YouTuber Angga Candra, dari Penjual Es Kelapa, Pengamen hingga Punya Puluhan Juta Subscriber
• Sejarah Superhero Gundala Putra Petir dan Fakta Menariknya, Film Gundala Tayang 29 Agustus 2019
• Tega Menghabisi Suami & Anak Tirinya karena Masalah Ekonomi, Ternyata Segini Besarnya Utang Pelaku
Kemudian pada 10 Oktober 2014 pagi, tersangka Irvan dan adiknya Putra membuat lubang di bekas kubangan lumpur untuk mengubur jasad korban.
"Jasad korban kemudian baru dikubur pada malam hari.
Malam itu juga barang bukti yang digunakan untuk membunuh ditimbun di sekitar kebun," jelas Rizky.
3. Minta dihukum seumur hidup

Anak keempat Misem, Edi Pranoto (49) meminta agar tersangka yang tidak lain adalah kakak dan keponakannya sendiri dihukum seumur hidup.
"Saya pasrahkan kepada yang Maha Kuasa.
Hukuman kejahatan (seperti itu) seumur hidup, kalau tidak seumur hidup bisa membahayakan yang lain, ibu saya atau saya, (jadi) seumur hidup lah," kata Edi seusai pra rekonstruksi di lokasi kejadian, Rabu.
Misem memiliki lima anak, dari yang tertua Ratno, Saminah, Yono, Edi dan Heri.
4. Sempat dikaitkan dengan Gafatar

Menghilangnya Ratno sempat dikaitkan dengan Gafatar, sehingga membuat orang-orang berspekulasi kalau Ratno ikut dalam organisasi tersebut.
"Setelah menghilang, pada saat itu muncul kasus Gafatar sehingga orang-orang berspekulasi jangan-jangan ikut Gafatar.
Asumsi awal ikut Gafatar, setelah itu enggak tahu," ujar Nasrun, salah seorang guru senior di SMP Negeri 4 Banyumas.
Spekulasi tersebut muncul karena pada saat itu ramai kasus Gafatar di mana saat itu ada beberapa warga Banyumas yang turut bergabung dengan Gafatar di Kalimantan.