Kesedihan Misem, Ibu 3 Kerangka di Banyumas, Selalu Masak Banyak Tiap Lebaran Berharap Anak Pulang
Kesedihan Mbah Misem (76), ibu empat kerangka korban pembunuhan di Banyumas, Jawa Tengah, selalu menunggu anak pulang setiap tahunnya saat lebaran.
Penulis: Salma Fenty Irlanda | Editor: Asytari Fauziah
TRIBUNMATARAM.COM - Kesedihan Mbah Misem (76), ibu empat kerangka korban pembunuhan di Banyumas, Jawa Tengah, selalu menunggu anak pulang setiap tahunnya saat lebaran.
Mbah Misem tak pernah menyangka ketiga anak dan satu cucunya yang selalu dinantikan kepulangannya ternyata terkubur di kebun belakang rumahnya di Banyumas, Jawa Tengah.
Sebelum kejadian pembunuhan sadis tersebut, Misem masih berkumpul dalam satu rumah bersama Supratno (anak pertama), Sugiyono (anak ketiga), Heri (anak kelima) dan Pipin (cucu perempuannya).
Situasi rumah kala itu masih ramai dengan kehadiran anggota keluarga yang lain.
Setiap lebaran, Misem selalu menantikan anak-anaknya untuk pulang.
Bahkan, ia menyiapkan hidangan lebaran untuk anak-anaknya.
• Korban Mobil Terpanggang di Sukabumi Ternyata Teman Al Ghazali, Anak Maia Estianty Ungkap Rasa Duka
• ZODIAK BESOK Ramalan Zodiak Besok Jumat 30 Agustus 2019, Gemini Emosional, Aquarius Gelisah
• Kekasih Korban Pembunuhan Ibu Tiri di Sukabumi Dituding Pansos, Minta Maaf Sebut Hanya Hibur Diri
• Doddy Sudrajat Jijik Lihat Foto Seksi Vanessa Angel, Dwi Andhika Dukung Mantan Pacar Asal Bahagia
Sayangnya, di luar sepengetahuan Misem, ternyata tiga anak dan satu cucunya telah menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh anak kedua Misem Saminah bersama dua anak Saminah.
Kisah kesedihan Misem yang selalu menantikan kehadiran anak-anaknya, diceritakan oleh Sihad (mantan ketua RT 7 RW 3).
Sihad beberapa kali melihat Misem memasak dalam jumlah banyak setiap Lebaran.

"Mbah Misem itu selalu masak cukup banyak ketika Lebaran.
Dia memasak ketupat dan hidangan lain, berharap anak-anaknya itu pulang dari merantau," ujar Sihad, dikutip TribunMataram.com, Kamis (29/8/2019).
Sihad juga sempat menceritakan jika, Misem selalu membersihkan kamar-kamar kosong yang ada di rumahnya,
Karena dia masih berharap anak-anaknya kembali dan berkumpul kembali.
Namun, harapan Mbah Misem kini pupus.
Pasalnya, anak-anak dan cucu yang selama ini dikiranya pergi merantau, ternyata terkubur di belakang rumahnya sendiri.
Teka-teki hilangnya tiga anak dan cucu Misem, warga Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, selama hampir lima tahun terakhir akhirnya terungkap.
Ketiga anak Misem, Supratno alias Ratno (51), Sugiono alias Yono (46), dan Heri Sutiawan alias Heri (41), serta cucu Misem, Vivin Dwi Loveana alias Pipin (22), anak Ratno, selama ini terkubur di belakang rumah dan ditemukan tinggal kerangka.
Tersangka pembunuhan tak lain adalah anak kedua Misem, Saminah, dan ketiga anaknya, Sania, Irvan, dan Putra.
• Rincian Utang AK hingga Bunuh Suami & Anak di Sukabumi, Capai Rp 10M, Bayar Rp 200Juta per Bulan
• Unjuk Rasa di Deiyai Papua Berakhir Ricuh, 2 Warga Sipil Tewas Ditembak & Kena Anak Panah di Perut
• Roger Danuarta Kenang Pertemuan Awal dengan Cut Meyriska, Jatuh Cinta Pandangan Pertama 5 Tahun Lalu
• Kronologi Awal Bos Malaysia Tolak Gojek hingga Sebut Indonesia Negara Miskin, Kini Minta Maaf
Untuk mengetahui proses pembunuhan yang dilakukan para tersangka, Polres Banyumas mengelar prarekontruksi.
Dalam prarekontruksi yang dilakukan polisi.
Setelah dibunuh, keempat korban terlebih dahulu ditumpuk di kamar dan keesokan harinya baru dikubur.
Berikut ini fakta terbarunya:
1. Peragakan 18 adegan

Kanit III Satuan Reserse Kriminal Polres Banyumas Ipda Rizky Adhiansyah mengatakan, dalam prarekonstruksi ini akan dilakukan 18 adegan yang diperagakan oleh para tersangka.
"Secara garis besar ada 18 adegan, yaitu kronologi pembuatan lubang kubur, proses penguburan, dan lain-lain," kata Rizky sebelum prarekonstruksi, Rabu.
Rizky mengatakan, prarekonstruksi diperlukan untuk memberi gambaran proses pembunuhan tersebut.
Prarekonstruksi sekaligus untuk melihat peran masing-masing tersangka.
2. Ditumpuk dalam kamar

Rizky mengatakan, prarekonstruksi diperlukan untuk memberi gambaran proses pembunuhan tersebut.
Prarekonstruksi sekaligus untuk melihat peran masing-masing tersangka.
"Setelah membunuh keempat korban pada tanggal 9 Oktober 2014 dari mulai sekitar pukul 14.00 WIB hingga maghrib, jasad ditumpuk di salah satu kamar rumah Misem.
Untuk penguburannya dilakukan keesokan harinya," kata Rizki, Rabu.
• Ruben Onsu Singgung Farhat Abbas Pakai Akun Bodong untuk Buktikan Hotman Paris Bersalah, Benarkah?
• 5 Fakta YouTuber Angga Candra, dari Penjual Es Kelapa, Pengamen hingga Punya Puluhan Juta Subscriber
• Sejarah Superhero Gundala Putra Petir dan Fakta Menariknya, Film Gundala Tayang 29 Agustus 2019
• Tega Menghabisi Suami & Anak Tirinya karena Masalah Ekonomi, Ternyata Segini Besarnya Utang Pelaku
Kemudian pada 10 Oktober 2014 pagi, tersangka Irvan dan adiknya Putra membuat lubang di bekas kubangan lumpur untuk mengubur jasad korban.
"Jasad korban kemudian baru dikubur pada malam hari.
Malam itu juga barang bukti yang digunakan untuk membunuh ditimbun di sekitar kebun," jelas Rizky.
3. Minta dihukum seumur hidup

Anak keempat Misem, Edi Pranoto (49) meminta agar tersangka yang tidak lain adalah kakak dan keponakannya sendiri dihukum seumur hidup.
"Saya pasrahkan kepada yang Maha Kuasa.
Hukuman kejahatan (seperti itu) seumur hidup, kalau tidak seumur hidup bisa membahayakan yang lain, ibu saya atau saya, (jadi) seumur hidup lah," kata Edi seusai pra rekonstruksi di lokasi kejadian, Rabu.
Misem memiliki lima anak, dari yang tertua Ratno, Saminah, Yono, Edi dan Heri.
4. Sempat dikaitkan dengan Gafatar

Menghilangnya Ratno sempat dikaitkan dengan Gafatar, sehingga membuat orang-orang berspekulasi kalau Ratno ikut dalam organisasi tersebut.
"Setelah menghilang, pada saat itu muncul kasus Gafatar sehingga orang-orang berspekulasi jangan-jangan ikut Gafatar.
Asumsi awal ikut Gafatar, setelah itu enggak tahu," ujar Nasrun, salah seorang guru senior di SMP Negeri 4 Banyumas.
Spekulasi tersebut muncul karena pada saat itu ramai kasus Gafatar di mana saat itu ada beberapa warga Banyumas yang turut bergabung dengan Gafatar di Kalimantan.
5. Dikenal sangat tertutup

Kepala Dusun II Desa Pasinggangan Sujoko mengatakan, keluarga Misem dikenal sangat tertutup, bahkan tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar.
Di antara kelima anak Misem, hanya Heri yang terkadang ikut kegiatan atau bersosialisasi dengan masyarakat.
Saking tertutupnya, keluarga tersebut tidak pernah beraktivitas di luar rumah.
Namun warga memaklumi, karena sebelumnya mereka terbiasa hidup di Jakarta, sehingga jarang bersosialisasi dengan warga sekitar.
"Bahkan kalau ada orang yang masuk ke pekarangan rumahnya saja bisa jadi masalah.
Halaman rumah juga dipasangi besi satu, biar tidak dipakai buat parkir kendaraan," katanya. (TribunMataram.com/ Salma Fenty)