Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang, Penyebabnya Human Error Atau Bahaya Laten?

Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang, Penyebabnya Human Error Atau Bahaya Laten?

Penulis: Asytari Fauziah | Editor: Delta Lidina
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Sejumlah petugas mengevakuasi bangkai kendaraan bermotor roda empat pascatabrakan beruntun di Tol Cipularang KM 91, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). Tabrakan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal dunia dan sejumlah orang lainnya luka-luka. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

TRIBUNMATARAM.COM - Tol Cipularang Km 91 telah terjadi kecelakaan beruntun yang melibatkan 20 kendaraan yang melintas, apa penyebabnya, human error atau bahaya laten?

Senin kemarin (2/9/2019) sekitar pukul 12.30 WIB terjadi kecelakaan beruntun di tol Cipularang Km 91.

Kecelakaan ini terjadi dari arah Bandung menuju Jakarta.

Ada 21 kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan beruntun ini.

Bahkan 8 orang meninggal dunia sedangkan puluhan orang luka-luka.

Tiga Pelaku Perampokan Swalayan Hingga Lucuti dan Sekap Karyawati dalam Kamar Mandi!

Kronologi Lengkap Pembunuhan Aulia Kesuma pada Suami dan Anak Tiri, Berbagai Upaya Dilakukan!

 Viral Isi Chat Driver Ojol Wanita dengan Kaesang Pangarep, Driver Minta Putra Jokowi Sabar Mas

 Dekat dengan Iva Lola, Vicky Prasetyo Ngaku Sudah Menikah 24 Kali di Acara yang Dipandu Raffi Ahmad

Kecelakaan di ruas jalan ini memang buka yang pertama terjadi.

Apalagi di kilometer 90 hingga 100 yang cukup sering terjadi kecelakaan.

Namun insiden kemarin salah satu kecelakaan beruntun yang cukup fatal karena banyak sekali kendaraan melintas yang ikut terlibat.

Banyak persepsi yang bermunculan untuk memecahkan sebab kecelakaan beruntun ini mulai.

Termasuk dengan mengaitkan kondisi tipografi, jalanan cukup berkelok dan menurun.

Apalagi permukaan jalan yang tidak rata hingga licin karena berpasir.

Dikutip Tribun Mataram dari Kompas.com, Jusri Pulubuh penggiat keselamatan berkendara yang juga pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting ( JDDC) menyebut jika jalan tol Cipularang Km 90 hingga 100 memang rawan.

Ia menyebutkan penyebab awal tabrakan maut ini adalah faktor dari human error.

"Perlu diingat, setiap kecelakaan beruntun pastinya terjadi perbedaan tingkat kecepatan antara satu kendaraan dengan kendaraan lain di belakangnya," ujar Jusri kepada Kompas.com, Senin (2/9/2019).

Kecelakaan beruntun juga menyebabkan kendaraan belakang ikut terlibat.

Faktor ketidaksiapan dari pengendara di belakang bisa disebabkan banyak hal, paling utama dikarenakan pengendara yang tidak mampu menjaga jarak.

Selain itu, bisa juga dikarenakan masalah kebiasaan berkendara yang salah, seperti menetralkan posisi tuas transmisi karena kebetulan ruas tersebut sedikit landai.

"Contoh terjadi perlambatan mendadak, seperti mengerem tiba-tiba dan lain sebagainya yang membuat kendaraan di belakang tidak siap dan berakhir dengan terjadinya kecelakaan tadi, ini kata kuncinya," kata Jusri.

Sejumlah petugas membersihkan permukaan jalan dan mengevakuasi bangkai kendaraan bermotor roda empat pascatabrakan beruntun di Tol Cipularang KM 91, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). Tabrakan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal dunia dan sejumlah orang lainnya luka-luka.
Sejumlah petugas membersihkan permukaan jalan dan mengevakuasi bangkai kendaraan bermotor roda empat pascatabrakan beruntun di Tol Cipularang KM 91, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). Tabrakan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal dunia dan sejumlah orang lainnya luka-luka. (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Jusri menambahkan ia sempat melakukan investigasi di lokasi yang sama beberapa tahun lalu.

Ia menyebutkan jika kecelakaan di area tersebut cukup sering terjadi, bahkan bisa dibilang rutin.

Hasil dari evaluasi yang dilakukan menyebutkan kebanyakan kendaraan yang melintas berkecepatan tinggi.

Tak hanya mobil pribadi yang memacu kendaraannya cukup kencang, namun bus dan truk juga memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Jusri juga menyebutkan jika banyak supir bus atau truk yang menetralkan tuas transmisi demi alasan efesiensi bahan bakar.

Padahal hal ini bisa berakibat fatal, apalagi dengan bobot besar yang di bawa oleh kendaraan tersebut.

Ditambah dengan kekuatan gravitasi yang cukup kuat tak mungkin bisa dikalahkan hanya dengan menginjak pedal rem.

3 Anggota DPR RI Terpilih yang Masih Sangat Muda, Baru Berusia 23 Tahun Tapi Punya Segudang Prestasi

"Mobil kecil seperti kendaraan pribadi kebanyakan justru tancap gas, kalau yang truk alih-alih ingin irit maka transmisi dinetralkan, jadi kendaraan itu jalan saja cuma mengandalkan rem, harusnya saat turunan itu tuas transmisi tetap digunakan untuk menekan laju kendaraan," kata Jusri.

Ia juga meminta kecelakaan yang terjadi jangan dikaitkan dengan hal mistis.

Namun fokus pada human error dan mencari faktor yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi.

"Dari hasil investigasi kecil-kecilan saya bersama tim lima tahun lalu sangat banyak human error tersebut, jadi jangan dikaitkan dengan mistis, tapi meski memang di sana sangat kental.

Fokus pada masalah human error itu lebih tepat, cari faktor why-nya, kan sudah dijelaskan kalau mulainya itu akibat sebuah bus yang terpelosok, lalu berbuntut panjang," ucap dia.

Mobil ringsek korban Kecelakaan di tol Cipularang
Mobil ringsek korban Kecelakaan di tol Cipularang (Tribunjabar.id/Ery Chandra)

Akumulasi dari human error tersebut, menurut Jusri sejalan dengan faktor kontributor yang mana maksudnya mengarah pada kondisi lingkungan di lokasi kejadian.

Seperti kondisi jalan yang menurun yang membuat laju kendaraan bisa dipastikan cukup tinggi.

Setiap perubahan kecepatan yang ekstrem, menurut Jusri akan membuka peluang kecelakaan beruntun yang besar.

Terlebih di jalur bebas hambatan seperti jalan tol.

"Faktor utamanya adalah kecepatan, diakumulasikan dengan kondisi jalan yang menurun, itu kendaraan yang larinya 100 kpj momentumnya lebih dari 100.

Jadi meski mata memandang kondisinya seperti lambat, tapi dorongannya cukup berat, dari sini banyak faktor lain yang bisa dijabarkan, dari kemampuan cengkraman roda, daya pengereman, dan lain sebagainya," papar Jusri.

Gojek Dapat Penolakan dari Bos Taksi di Malaysia, Kemenhub: Ketakutan Dia Sendiri, Takut Tersaingi

Kronologi Kecelakaan Beruntun

Dirgakkum Korlantas Mabes Polri Brigjen Pol Pujiyono Dulrachman, menjelaskan bila awal terjadinya insiden bermula dari kecelakaan tunggal yang dialami sebuah dump truck.

Ada empat truk lain yang mengantre untuk proses evakuasi.

Namun tiba-tiba dari arah belakang muncul dump truck dari belakang yang tak terkendali.

Rem blong dari truk ini lah yang menabrak empat kendaraann di depannya.

Padahal di belakang truk yang hilang kendali ini, ada 15 kendaraan lain yang juga berkecepatan tinggi.

Tak bisa dihindari kecelakaan beruntun terjadi.

Sedangkan empat kendaraan di depannya langsung terbakar seperti dikutip dari Kompas.com.

Meski Ditolak 500 Pegawai KPK, Irjen Firli Bajuri Tetap Diloloskan Panitia Seleksi Capim KPK

Cerita Supir Truk: Mas Rem Saya Blong

Salah seorang pengemudi dump truck JTJ, Subana, bercerita perihal kecelekaan yang menimpanya, Senin (2/9/2019) di tol Purbaleunyi.

Saat itu, ia tengah berkendara mengangkut tanah berpasir. Kemudian, dari belakang temannya yang mengendarai dump truck menyalipnya.

"Terus sekitar tiga menitan dia ngebel (melepon) saya. Mas Bana, rem saya blong," kata Subana menirukan perkataan temannya kepada wartawan di RS MH Thamrin Purwakarta.

Subana kemudian meminta temannya itu berdoa agar truk yang dikendarainya bisa berhenti.

 

Nikita Mirzani akan Laporkan Poppy Kelly ke Pihak Berwajib, Elza Syarief Beri Tanggapan Begini

"Teman saya ambil kanan terus, karena di lajur kiri banyak truk yang berjalan lambat.

Sementara di lajur kanan banyak kendaraaan yang melaju dengan cepat," katanya.

Karena khawatir dengan temannya, Subana kemudian bergegas menyusul. Ia mengaku selalu berkendara dengan kawannya tersebut.

Akan tetapi, ternyata dump truck yang dikendarai temannya sudah terguling.

Subana pun tak bisa mengindar dari keterlibatan kecelakaan beruntun itu. Ia mengalami luka dan dirawat di RS MH Thamrin Purwakarta.

(TribunMataram.com/Asytari Fauziah)

Sumber: Tribun Mataram
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved