Ayah Siswa SMK Magang Hilang 9 Tahun Minta Bantuan SBY, Jokowi & Susi Pudjiastuti, tapi Tak Direspon
Sudah 9 tahun berlalu sejak anaknya, Agiel Ramadhan Putra turut hilang bersama dua siswa SMK N 1 Sanden Bantul, ketika magang di Pelabuhan Benoa, Bali
Penulis: Salma Fenty Irlanda | Editor: Asytari Fauziah
TRIBUNMATARAM.COM - Sudah 9 tahun berlalu sejak anaknya, Agiel Ramadhan Putra turut hilang bersama dua siswa SMK N 1 Sanden Bantul, Yogyakarta ketika magang di Pelabuhan Benoa, Bali.
Riswanto Hadiyasa, ayah dari Agiel Ramadhan Putra mengenang perjuangannya untuk bisa menemukan putranya yang hilang padahal pamit magang selama tiga bulan.
Tak sekadar menemui perusahaan yang memboyong putranya, Riswanto Hadiyasa bahkan meminta bantuan pada SBY yang saat itu menjabat Presiden RI.
Riswanto juga meminta bantuan pada Presiden Joko Widodo, hingga Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti yang nomornya didapat dari seseorang.
Namun, semua usaha Riswanto tersebut tidak mendapatkan respon.
Riswanto Hadiyasa menceritakan awal mula anaknya, Agiel Ramadhan Putra menghilang dan tidak pernah ditemukan selama 9 tahun.
Agiel merupakan satu dari tiga siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta, yang hilang setelah berangkat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali.
• Kilas Balik 5 September 14 Tahun Lalu Mandala Air Meledak, Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin Tewas
• Telepon Terakhir Khansa di Tol Cipularang, Diduga Salah Satu Korban Terbakar Kecelakaan Beruntun
• Dul Jaelani Kembali Gantikan Posisi Ahmad Dhani dalam Konser Reuni Dewa 19, Akui Kerap Lost Control
• 4 Fakta Terbaru Perseteruan Nikita Mirzani dan Elza Syarief, Seret Nama Hotman Paris
Dari puluhan siswa yang berangkat, tiga siswa ini yang sampai sekarang tidak diketahui nasibnya, karena kapal yang ditumpanginya hilang.
Riswanto mengatakan, waktu itu Agiel masih kelas 2 SMK dan akan berangkat PKL.
Oleh pihak sekolah, Riswanto dan puluhan orangtua siswa lainnya diundang ke sekolah untuk mendapatkan sosialisasi.

Namun, PKL dilaksanakan di Tanjung Benoa, Bali, selama tiga bulan dengan alasan di sana merupakan pelabuhan internasional.
Selain itu, anak-anak akan mendapatkan uang Rp 4 sampai Rp 8 juta.
Dalam sosialisasi juga diperkenalkan seseorang yang bernama Mugiri yang menurut dia sebagai guru pembimbing.
Namun, belakangan diketahui bahwa Mugiri adalah calo tenaga kerja.
Setelah rencana PKL itu disetujui, sekolah meminta uang Rp 2, 25 juta untuk keperluan biaya keberangkatan para siswa ke Bali.
Medio 31 Desember 2009, ketika anaknya dan para siswa di SMKN 1 Sanden akan berangkat untuk PKL di Bali, mereka harus mengurus KTP.
Padahal waktu itu Agiel berusia 16 tahun dan belum layak mendapatkan KTP.
Tanpa curiga karena sudah percaya pada sekolah, akhirnya para orangtua merelakan anak mereka melaksanakan PKL di Tanjung Benoa.
Setelah beberapa bulan anaknya mengikuti PKL, Riswanto tidak menaruh curiga hingga akhirnya ia menerima surat dari PT Sentra Buana Utama tertanggal 2 Maret 2010, memberitahukan bahwa KM Jimmy Wijaya tempat Agil bekerja hilang kontak per 6 Februari 2010 pukul 04.00 WIT.
Riswan menerima surat dari petugas pos perihal kabar kurang sedap itu.
Dalam surat itu disebutkan Agiel bekerja mulai tanggal 27 Februari 2010.
• Penyakit Autoimun Diderita Raditya Dika Belum Ada Obatnya, Begini Cara Berteman dengan Autoimun
• 7 Fakta Menarik Medina Moesa, Istri Baru Sajad Ukra, Mantan Nikita Mirzani, Bukan Wanita Sembarangan
• Kegantengan Dhuha Yuliandri Al Fatih Mengapa Viral? Disamakan Song Joong Ki, Roti Sobek Jadi Sorotan
• Elza Syarief Ajak Syahrini Lawan Nikita Mirzani, Hotman Paris dan Sahabat Luna Maya
"Saya percaya itu PKL, dapat surat ditujukan kepada saya orangtua, dalam surat itu lost contact.
Di situ saya kaget, kok di sini dapat dari PT, setahu saya anak lagi PKL," katanya saat dihubungi, Selasa (3/9/2019).
Waktu itu, Riswanto menelepon perusahaan pemberi surat menanyakan soal PKL.
Kenyataannya, Agiel dan teman-temannya disalurkan calo untuk bekerja di kapal.
Pihak perusahaan pun memberitahukan bahwa masih mencari kapal tersebut.
Riswanto akhirnya mendatangi sekolah tanpa terlebih dahulu memberitahukan tentang kejadian hilangnya kapal yang ditumpangi anaknya.
Ketika ditanya soal PKL, kepala sekolah bilang baik-baik saja.
"Waktu itu dijawab baik-baik saja.
Saya tanya kerja di mana anak saya, dan dijawab baik-baik saja.
Surat (dari perusahaan) saya banting di meja, begitu baca gemeter," ucapnya.
Saat itu Riswanto menanyakan mengenai PKL yang ternyata dipekerjakan oleh perusahaan.
Akhirnya ia berangkat ke Bali untuk mendapatkan kejelasan mengenai nasib anaknya.
Awal pencarian, ia sempat mengalami kesulitan sampai akhirnya bisa bertemu dengan perusahaan.
Riswanto mendapatkan bukti kontrak kerja, dan pihak perusahaan mendapatkan tenaga kerja dari calo ke calo.
Perusahaan sendiri menerima mereka bekerja karena memiliki KTP yang diketahui palsu.
"Dalam kontrak kerja itu enam bulan, ternyata anak saya sudah teken (tanda tangan). Intinya anak saya tidak mengetahui," ucap pria yang saat ini mengaku tinggal di Jakarta.
Setelah mendapatkan bukti-bukti kuat soal penipuan, Riswanto pun melaporkan ke pihak kepolisian.
Namun, hingga hampir satu tahun kasus tersebut tidak jelas ujungnya.
Riswanto mendatangi Kementerian Hukum dan HAM, hingga menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dibuatkan lah surat tembusan ke Polda Bali dan Polda DIY.
Sampai akhirnya masuk ke ranah persidangan, dan kepala sekolah beserta guru divonis bebas.
Curhat Pilu Ibu Siswa SMK yang Hilang saat Magang di Bali 9 Tahun Lalu, Kenang Telepon Terakhir Minta Dikirimi Pulsa
Curhatan pilu ibu Ginanjar Nugroho Atmaji, satu dari 3 siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta yang pamit magang 9 tahun lalu dan hilang hingga kini.
Samsiah, ibu Ginanjar Nugroho Atmaji masih yakin putranya yang hilang saat magang di Pelabuhan Benoa, Bali 9 tahun lalu masih hidup hingga kini.
Samsiah pun mengisahkan saat-saat terakhir dirinya melakukan kontak via telepon dengan Ginanjar Nugroho Atmaji.
Saat itu, Ginanjar mengabarkan dirinya berada di sekitaran laut Meruke.

Melalui telepon, Ginanjar meminta Samsiah untuk mengirimi pulsa.
"Saya yakin masih hidup," terang Samsiah, di rumahnya Daleman, RT 2, Gadingharjo, Sanden, Bantul, Rabu, 4 Septemebr 2019, dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com, Kamis 5 September 2019.
Ayah Ginanjar Sudah Ikhlas
Joko Priyono, ayah Ginanjar, mengaku telah mengikhlaskan anaknya yang hilang.
Joko mengatakan, dia dan Riswanto, salah satu orangtua dari siswa SMK yang hilang sempat mendatangi perusahaan yang memperkerjakan anaknya di Bali.
Waktu itu diantarkan oleh pihak kepolisian. Kedatangan Joko dan Riswanto diterima oleh Ketut Widarba, bagian personalia.
Pihak perusahaan, kata Joko mengaku sudah berupaya mencari kapal yang membawa anaknya.
"Perusahaan sudah mengerahkan kapal untuk mencari KM Jimmy Wijaya. Namun, tidak ketemu. Mugiri (calo) yang memalsukan dokumen juga sudah divonis bersalah. Kasus ini sudah lama. Saya anggap ini sebagai musibah. Saya sudah menerima," ucap Joko.
Saat bertemu perwakilan perusahaan, pihak perusahaan juga tidak mengetahui bahwa ketiga korban itu merupakan pelajar. Mereka mengetahui ketiganya memang pencari pekerjaan.
"Ternyata anak saya di sana dipekerjakan sebagai ABK. Pelakunya Mugiri, sudah ditangkap dan divonis bersalah," ucapnya.
Joko tidak banyak menuntut karena berbagai pertimbangan, dan pelaku pemalsuan identitas pun sudah dihukum. Hanya saja dia berharap, tidak ada lagi kasus serupa di Indonesia.
Joko mengatakan dia dan orangtua lainnya sudah menerima santunan dari perusahaan tempat anaknya magang sebesar Rp 25 juta.
"Yang terpenting tidak ada lagi kasus serupa, dan sekolah (SMK N 1 Sanden) sudah berubah," ucapnya. (TribunMataram.com / Salma Fenty)