Fakta-fakta Kopi Cleng Ilegal Sebabkan 10 Pria di Sumedang Keracunan, Diyakini Bisa Bikin Perkasa

Fakta-fakta Kopi Cleng, diyakini bisa buat perkasa ternyata ilegal dan sebabkan 10 warga di Sumedang keracunan.

(KOMPAS.COM/AAM AMINULLAH)
Korban Kopi Cleng masih dirawat intensif di ruang Sakura, RSUD Sumedang, Rabu (18/9/2019). 

TRIBUNMATARAM.COM - Fakta-fakta Kopi Cleng, diyakini bisa buat perkasa ternyata ilegal dan sebabkan 10 warga di Sumedang keracunan.

10 warga di Sumedang mengalami gejala kelumpuhan dan tak sadarkan diri setelah menenggak kopi Cleng.

Berikut fakta-fakta kopi Cleng yang ternyata telah dicabut izin edarnya sejak tahun 2011 silam.

Iin (25) panik saat tahu calon suaminya tak sadarkan diri dan susah berdiri pada Senin (16/9/2019) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Ia kemudian membawa calon suaminya ke RSUD Sumedang.

Iin mengatakan dua jam sebelum tidak sadarkan diri,calon suaminya mengkonsumsi kopi bermerek Kopi Cleng.

Murid Alami Patah Kaki, Viral Guru di Morowali Rela Jemput & Gendong Agar Tak Terlambat Sekolah

Terjebak Kobaran Api Karhutla Kaltim, Sepasang Orangutan Ditemukan Mengenaskan di Atas Pohon

Bebby Fey Blak-blakan Ceritakan Hotman Paris Minta Foto Seksinya, Begini Reaksi Pengacara Senior Ini

4 Seleb Ini Terlihat Awet Muda, Ini Rahasia Mereka Agar Wajahnya Tak Berubah Sejak Dulu Hingga Kini

"Iya kayak yang hilang kesadaran gitu. Terus enggak bisa bangun kayak yang lumpuh gitu," ujarnya kepada Kompas.com di IGD RSUD Sumedang, Selasa (17/9/2019).

Redi Suryadipraja (51), salah seorang korban asal Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang mengaku setelah minum Kopi Cleng, dia merasakan pusing dan lemas.

"Beberapa jam setelah minum Kopi Cleng, saya pusing lemas, jalan sempoyongan. Terus enggak sadarkan diri," katanya.

Data yang dihimpun Kompas.com, di IGD RSUD Sumedang sedikitnya ada 10 warga yang masih dirawat hingga Selasa malam.

"Jumlahnya belasan, sebagian sudah pulang. (Korban) sudah datang dari beberapa hari lalu," ujarnya Imam Budiman, Humas RSUD Sumedang.

Diyakini meningkatkan stamina dan keperkasaan

.
.(Getty Images/iStockphoto)

Dilansir dari Tribunnews.com, Dedi (40) pemilik warung di Cimanggung mengatakan bahwa mengkonsumsi Kopi Cleng diyakini bisa meningkatkan stamina dan keperkasaan.

Dedi sendiri sudah menjual Kopi Cleng sejak setahun terakhir. Ia menyeduh Kopi Cleng di kiosnya yang berada di Jalan Raya Bandung-Garut.

"Dijualnya Rp 15.000 per gelas. Yang belinya kebanyakan pria, sejauh ini tidak ada masalah," kata dia.

Selama berjualan, Dedi mengaku baru kali ini mendapat kabar ada warga di Sumedang mengalami gangguan kesehatan setelah mengonsumsi kopi penambah stamina.

"Barangnya diantar sama sales, katanya diproduksi di Bandung tapi saya enggak tahu dimana di produksinya," kata Dedi.

Sementara tu staf Bagian Seksi Inspeksi BPOM Bandung Wenni mengatakan, kandungan dalam kopi tersebut bisa menyebabkan kematian jika dikonsumsi secara terus menerus.

Kopi penambah stamina itu diduga mengandung sildenafil dan tadalafil yang dapat merusak sistem saraf pusat.

Wenni memastikan bahwa Kopi Cleng ilegal.

"Kopi bermerek Kopi Cleng dan Kopi Jantan ini kami pastikan ilegal. Semua izinnya dipalsukan, ini dapat dilihat dari nomor registernya, memang palsu. Kopi penambah stamina ini diduga mengandul sildenafil dan tadafil," ujarnya.

Untuk memastikan keaslian produk, warga dapat mengeceknya langsung melalui situs resmi BPOM.

"Warga diharapkan lebih berhati-hati. Jika ingin mengecek keaslian dan izin suatu produk dapat langsung mengakses situs BPOM," katanya.

Dilarang beredar sejak tahun 2011

BPOM Bandung bersama Satresnarkoba Polres Sumedang saat sidak sejumlah toko jamu di wilayah Sumedang kota, Rabu (18/9/2019). AAM AMINULLAH/KOMPAS.com
BPOM Bandung bersama Satresnarkoba Polres Sumedang saat sidak sejumlah toko jamu di wilayah Sumedang kota, Rabu (18/9/2019). AAM AMINULLAH/KOMPAS.com(KOMPAS.COM/AAM AMINULLAH)

Kasatnarkoba Polres Sumedang AKP Idan Wahyudin mengatakan, Kopi Cleng dan Kopi Jantan, telah dilarang peredarannya sejak 2011 lalu.

"Pengakuan pedagang, itu mereka terima produknya dari sales. Salesnya pun tidak jelas identitasnya. Sebelum menerima produk itu, penjual mengaku menerima kepastian bahwa produk tersebut aman dari sales tersebut. Jadi ini beredar ilegal dan diedarkan oleh sales," ujarnya, Rabu (18/9/2019).

Untuk memastikan Kopi Cleng dan Kopi Jantan tidak beredar lagi, BPOM Bandung, Polres Sumedang, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat melakukan sidak ke sejumlah toko jamu, Rabu.

Namun dari tiga toko jamu yang didatangi, tidak ditemukan produk kopi tersebut.

Saat ini pihak kepolisian masih menelusuri sales penjual Kopi Cleng dan Kopi Jantan tersebut.

"Kami belum bisa menjamin produk itu tidak ada lagi di pasaran. Untuk itu kami akan terus melakukan pengecekan, khususnya ke toko-toko jamu di wilayah Sumedang. Tapi kami imbau kepada penjual, bila masih ada agar tidak menjualnya," tuturnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Aam Aminullah)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/09/19/12120081/kisah-di-balik-keracunan-kopi-ceng-niat-ingin-perkasa-hingga-dilarang?page=all

Viral Bayi Minum Kopi sebagai Pengganti Susu di Polewali Mandar, Tampak Sehat, Tapi Bahaya Mengintai

TRIBUNMATARAM.COM - Viralnya Khadijah Haura, bayi 14 yang diberi minum kopi karena orangtua tak mampu beli susu membuatnya menjadi sorotan bagi Dinas Kesehatan Polewali Mandar.

Bagaimana tidak, meski perkembangan Khadijah Haura tampak sehat, Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Mandaria Saleh menilai kopi berakibat buruk bagi bayi.

Ada bahaya mengintai bagi Khadijah Haura yang telah meminum kopi sebagai pengganti susu sejak usia 6 bulan.

"Kopi tubruk mengandung kefein dan gula tinggi bisa berbahaya bagi kesehatan bocah jika terus menerus disuguhi kopi,” kata Mandaria Saleh, dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com, Selasa (17/9/2019).

Dia juga meminta pasutri Syarifuddin dan Anita untuk rutin menimbang berat badan Khadijah ke posyandu terdekat setiap bulannya. 

Mandaria Saleh mengatakan jika ke depan bidan pendamping desa akan terus memantau perkembangan bayi Khadijah. 

 ZODIAK KESEHATAN BESOK Ramalan Zodiak Rabu 18 September 2019, Gemini Energik, Cancer Turunkan BB-mu!

 ZODIAK BESOK Ramalan Zodiak Rabu 18 September 2019 Aries Bernostalgia, Libra Dimanfaatkan Orang Lain

 Anang Hermansyah Jawab Kabar Jual Rumah karena Angker, Suami Ashanty : Emang Ada Rumah Nggak Angker?

 Barbie Kumalasari Kaget Tahu Kucing Uya Kuya Lebih Mahal dari Perawatan Tubuhnya, Capai Rp100 Juta

Dengan demikian, bayi 14 bulan itu agar bisa tumbuh sehat dan normal seperti anak-anak lainnya.

Dia melakukan diskusi dengan pasangan Sarifuddin dan Anita, serta sang mertua, agar menghentikan konsumsi kopi tubruk ke bayi Khadijah.

Seperti diketahui, Khadijah Haura, bayi asal Polewali Mandar yang viral karena minum kopi tubruk sebagai pengganti susu setiap hari tengah menjadi perbincangan.

Kedua orangtua Khadijah Haura, Sarifudin dan Anita yang hanya bekerja sebagai buruh pengupas kopra mengaku tak mampu membelikan susu kepada putrinya.

Bahkan, karena kebiasaan minum kopi ini lah, Khadijah akan menangis jika tidak diberi kopi sebelum tidur.

Khadijah akan sulit tidur jika tak minum kopi sebelumnya.Berikut fakta di balik bayi 14 bulam minum kopi 5 cangkir setiap hari:

1. Minum kopi sejak usia enam bulan

Ilustrasi kopi
Ilustrasi kopi(5second)

Anita mengatakan, kebiasaan anaknya menyeruput kopi sejak ia berusia 6 bulan.

Meski mengonsumsi kopi, pertumbuhan fisik bayi itu seperti anak normal lainnya.

Diakui Anita, anaknya (Hadijah) tergolong super aktif. Meski usianya baru 14 bulan, Hadijah sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.

Hadijah bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri.

2. Tak mampu beli susu

Ilustrasi susu
Ilustrasi susu(Shutterstock)

Anita mengaku terpaksa memberikan kopi kepada anaknya karena tak mampu membeli susu.

Gaji Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.

"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi. Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).

3. Bekerja sebagai pengupas kopra

Kedia orangtua Hadijah yang bekerja sebagai pengupas kopra
Kedia orangtua Hadijah yang bekerja sebagai pengupas kopra(KOMPAS.COM/JUNAEDI)

Anita mengatakan, ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.

Saat musim panen, lanjutnya, suaminya kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.

Setelah musim panen, suaminya kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.

Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.

Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra. Saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.

4. Khawatir pertumbuhan anak

Bayi 14 Bulan Habiskan 5 Gelas Kopi atau Setara 1,5 liter Perhari
Bayi 14 Bulan Habiskan 5 Gelas Kopi atau Setara 1,5 liter Perhari(KOMPAS.COM/JUNAEDI)

Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.

Kalau ada upah setiap hari itu biasanya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari, itu pun kadang tidak cukup.

Selama ini Anita mengaku tak pernah mendapatkan bantuan susu atau asupan gizi dari dinas kesehatan untuk anaknya.

5. Dinkes datangi kediaman Hadijah

Ilustrasi pemeriksaan dokter
Ilustrasi pemeriksaan dokter(Shutterstock)

Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman mengatakan, pihaknya telah mengunjungi anak tersebut dan memberi bantuan berupa biskuit dan susu.

Dinkes juga telah memberikan pemahaman kepada orangtua anak tersebut agar tidak lagi memberi kopi.

"Karena kalau lama kelamaan nanti ada efeknya karena mengandung kafein dan mengandung banyak gula," jelasnya. 

Kepala Dusun Bantah Ortu Bayi di Polewali Mandar yang Minum Kopi Tiap Hari Termasuk Warga Miskin

Kepala Dusun Bulung, Desa Tonro Lima, Kecamatan Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sarifuddin membantah warganya miskin hingga tak kuat membeli susu bagi Khadijah Haura, bayinya yang masih berusia 14 bulan.

Sarifuddin, membantah warganya miskin sehingga tidak mampu membeli susu untuk bayinya yang berusia 14 bulan, dan menggantinya dengan kopi tubruk.

Menurut sang Kepala Dusun Bulung yang namanya sama dengan nama ayah bayi 14 bulan tersebut, memang pekerjaan Sarifuddin dan Anita, orangtua bayi Khadijah Haura, hanyalah buruh pengupas kopra.

Namun keduanya tinggal di rumah mertua yang dinilainya masih layak.

Mertua pasutri ini juga bukan masuk golongan warga miskin.

"Tidak miskin ini. Kalau pekerjaan saya akui hanya buruh kupas kopra," katanya kepada Kompas.com, Senin (16/9/2019) sore.

Sebelumnya, Anita mengaku kerap memberikan kopi tubruk ke Khadijah karena ia tak mampu membeli susu.

 Viral Bayi 14 Bulan di Polewali Mandar Minum 5 Gelas Kopi Tiap Hari, Orangtua Tak Kuat Beli Susu

 Bantah Rumah Angker, Ini Pengakuan Anang Hermansyah Mantap Jual Rumah Mewahnya dengan Ashanty

 5 Fakta Anang Jual Rumah Mewahnya, Mulai Dari Protes Aurel dan Azriel hingga Dinilai Terlalu Besar

 Mulai Alami Batuk, Sesak Napas hingga Muntah karena Kabut Asap, Bayi di Riau Diungsikan

Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.

Tumbuh normal

Khadijah Haura, bayi 14 bulan yang terpaksa minum lima gelas kopi tubruk sehari lantaran orangtuanya tak mampu beli susu di Polewali Mandar, Sulbar.
Khadijah Haura, bayi 14 bulan yang terpaksa minum lima gelas kopi tubruk sehari lantaran orangtuanya tak mampu beli susu di Polewali Mandar, Sulbar. (KOMPAS.com/JUNAEDI)

Seperti diberitakan sebelumnya, bayi 14 bulan bernama Khadijah terbiasa menyeruput kopi tubruk sejak ia berusia enam bulan.

Sarifuddin dan Anita beralasan mereka terpaksa menyuguhi kopi tubruk ke anak pertamanya itu lantaran tak mampu membeli susu.

Meski mengonsumsi kopi tubruk, pertumbuhan fisik bayi Khadijah seperti anak normal lainnya.

Khadijah tergolong anak super aktif. Meski usianya baru 14 bulan, dia sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.

Anak pertama pasangan Sarifuddin dan Anita dari Desa Tonro Lima ini bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri. (TribunMataram.com/ Salma Fenty)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved