Viral Fenomena 4 Gunung yang Dikelilingi Awan Berbentuk Topi, Ini Penjelasannya
Sejumlah warganet mengunggah foto yang menampilkan fenomena gunung bertopi awan yang nampak di dekat daerah mereka baru-baru ini.
TRIBUNMATARAM.COM - Sejumlah warganet mengunggah foto yang menampilkan fenomena gunung bertopi awan yang nampak di dekat daerah mereka baru-baru ini.
Salah satunya seperti unggahan dari akun Twitter Merapi News, @merapi_news yang mengunggah empat foto gunung bertopi awan, yakni Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Arjuno, dan Gunung Merbabu.
Sebelumnya, sekumpulan awan yang membentuk topi juga terjadi di puncak Gunung Lawu pada Kamis (3/10/2019) sekitar pukul 05.22 WIB dan menjadi perbincangan di media sosial.
"Tidak hanya Gunung Lawu, tapi Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Arjuno juga diselimuti awan lenticular di puncaknya tadi pagi," tulis akun Merapi News dalam twitnya.
Menanggapi keseragaman fenomena awan topi yang terbentuk di waktu yang sama ini, astronot amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi karena gunung menghadapi terpaan angin lokal.
"Awan ini disebut awan lentikular. Mereka terbentuk bersamaan karena pada saat yang sama, gunung-gunung itu menghadapi terpaan angin lokal pada situasi udara yang relatif lembab dan bersuhu lebih dingin," ujar Marufin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/10/2019).
Marufin mengungkapkan, awan lentikular merupakan awan stasioner (tak bergerak/menetap di satu tempat) yang terbentuk saat aliran udara menubruk satu penghalang besar, sehingga membentuk pusaran stasioner.
Adapun penghalang yang dimaksud bisa berupa puncak gunung, bisa berupa kawasan dengan tekanan udara lokal lebih tinggi.
"Di pusaran itulah awan terbentuk, yang bisa bertahan mulai beberapa jam hingga berhari-hari kemudian," ujar Marufin.
• Berkah Wisata Negeri di Atas Awan Gunung Luhur Viral, Warga Sekitar Kantongi Jutaan Rupiah per Hari
Pertanda badai
Tak hanya itu, Marufin juga mengungkapkan bahwa pada umumnya awan lentikular terbentuk saat pagi hari atau sore hari, di mana udara cenderung lebih dingin.
Namun, awan lentikular pun bisa terjadi pada siang hari asal kondisi pembentukannya terpenuhi.
Kemudian, ia menyampaikan bahwa suhu dingin ini tidak ada batasan ketat, selama udara tersebut lebih dingin dari kadar normal.
"Karena lebih dingin, jadi lebih mudah berkondensasi (mengembun)," ujar Marufin.
Selain itu, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra mengatakan, awan jenis lentikular atau altocumulus lenticular ini dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode yang lama.
Sebab, adanya dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan yang terkondensasi dan menghasilkan awan.
Meski terlihat indah, awan lentikular dinilai berbahaya.
Pasalnya, kehadiran awan ini di puncak gunung menandakan sedang terjadi embusan angin setaraf badai.
Bagi pesawat, pusaran angin yang membentuk awan lentikular ini berbahaya, karena bersifat turbulance yang membuat pesawat terguncang hingga kehilangan altitude dengan cepat.
Meski begitu, Agie mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki, karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut.
Tetapi, ia mewaspadai suhu udara yang cenderung lebih dingin dari biasanya menjadi salah satu penyebab pembentukan awan lentikular ini. (Kompas.com/Retia Kartika Dewi/Sari Hardiyanto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?"

5 Fakta Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Indahnya Diusulkan Jadi Geopark, Pengunjung Sesalkan 1 Hal
TRIBUNMATARAM.COM - 5 fakta objek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur, Kabupaten Lebak, Banten viral di media sosial, keindahannya diusulkan jadi Geopark, tapi pengunjung sesalkan hal ini.
Media sosial tengah dihebohkan dengan objek wisata alam baru bertajuk negeri di atas awan di kawasan Gunung Luhur, Kabupaten Lebak, Banten.
Berikut ini rangkuman sejumlah fakta keindahan negeri di atas awan Gunung Luhur yang mulai diusulkan jadi Geopark.
Setelah viral di media sosial, objek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur di Desa Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Para wisatawan yang datang hanya untuk menikmati pesona hamparan awan dari atas gunung.
• Fakta Tragis Kematian Pemuda Lombok Timur yang Tewas saat Ditilang, Sempat Minta Berhenti Dipukuli
• Buntut Panjang Terpilihnya Mulan Jameela Jadi Anggota DPR, Kader yang Tergantikan Merasa Dizalimi
• Komentar Fahrul Rozi, Caleg Gerindra yang Jatah Kursi DPR-nya Direbut Mulan Jameela, Akui Kecewa
• 5 Zodiak yang Kalimat Jujurnya Justru Menyakitkan Hati, Virgo Tak Menahan Diri, Taurus Blak-blakan
Tak tanggung-tanggung, pada akhir pekan ini jumlah wisatawan yang datang mencapai 30 ribu, bahkan kemacetan pun terjadi hingga tujuh kilometer.
Berikut ini fakta selengkapnya:
1. Pengunjung membeludak

Pengelola tempat wisata negeri di atas awan Sukmadi mengatakan, jumlah pengunjung akhir pakan ini melebihi kunjungan pada pekan-pekan sebelumnya, ditandai dengan muncul macet beberapa kilometer sebelum puncak.
Sambungnya, para pengunjung yang penasaran dengan panorama hamparan negeri di atas awan mulai berdatangan sejak Jumat (20/9/2019) malam.
"Pada Sabtu pagi macet hingga lima kilometer, kalau hari ini 7 kilometer, sebelumnya tidak pernah seperti ini," kata Sukmadi kepada Kompas.com di Gunung Luhur, Desa Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (22/9/2019).
2. Setelah viral di media sosial, pengunjung membeludak

Masih dikatakan Sukmadi, akibat terjadinya kemacetan tersebut, pihaknya membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk mengurai kemacetan yang terjadi hingga seluruh kendaraan bisa lancar melintas baik yang datang maupun meninggalkan Gunung Luhur.
Diakuinya, membludaknya pengunjung Gunung Luhur lantaran video dan foto hamparan awan viral di media sosial belakangan ini. Akibatnya, banyak wisatawan yang penasaran untuk datang.
Wisatawan yang datang tidak hanya dari Kabupaten Lebak atau Banten saja, namun juga dari kota - kota di Jabodetabek.
3. Pengunjung yang datang karena penasaran

Eko Cahyono, salah satu pengunjung warga Kemanggisan, Jakarta Barat, datang ke Gunung Luhur bersama istri dan tiga anaknya.
Ia mengaku datang karena terpesona dengan video hamparan awan di Gunung Luhur yang dilihatnya di media sosial.
"Banyak yang share, akhirnya penasaran, kebetulan tempatnya dekat, kemarin saya berangkat via tol enggak sekitar empat jam sampe ke sini (Gunung Luhur)," kata Eko kepada Kompas.com.
Soal pemandangan yang disuguhkan, Eko mengaku takjub, dia bahkan menyebut mirip - mirip dengan yang pernah dilihatnya di Dieng, Jawa Tengah.
4. Tak dibarengi dengan fasilitas yang nyaman

Pengunjung lain, Kania, yang berasal dari Serpong, Tangerang Selatan menyebut pemandangan indah di Gunung Luhur tidak dibarengi dengan fasilitas yang nyaman untuk pengunjung.
Dia bercerita harus berjalan kaki setengah jam untuk mendapatkan pemandangan hamparan awan lantaran kebagian parkir sekitar satu kilometer dari puncak.
"Parkirnya sangat kurang, padahal mobil saya sudah susah payah untuk ke atas, tapi harus turun lagi karena gak kebagian, padahal saya bawa anak kecil," katanya.
Kania berharap ke depannya bisa disediakan fasilitas parkir yang banyak lantaran tempat wisata ini sedang diminati banyak pengunjung.
5. Diusulkan masuk Geopark

Pemerintah Kabupaten Lebak tengah mengajukan sebagian wilayahnya menjadi Geopark Nasional.
Termasuk di dalamnya terdapat Gunung Luhur yang dijuluki negeri di atas awan".
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan, geopark tersebut bernama Bayah Dome, di mana wilayahnya meliputi pesisir Pantai Sawarna di selatan Kabupaten Lebak hingga ke kawasan utara yang terdapat kekayaan alam berupa batu kalimaya.
Di dalam wilayah geopark terdapat sejumlah tempat wisata mulai dari laut, air terjun, geosite, budaya kasepuhan hingga yang terbaru, negeri di atas awan Gunung Luhur. Seluruh wisata tersebut, kata Iti, akan terintegrasi satu sama lain.
"Nanti akan terintegrasi, kita konsep pariwisata ecotourism, jadi bagaimana hutan akan tetap terjaga tapi masyarakat tetap bisa mendapatkan nilai ekonomi," kata Iti kepada Kompas.com di Pendopo Kabupaten Lebak, Jumat (20/9/2019).
Sumber: KOMPAS.com (Acep Nazmudin)