Misteri yang Tersisa dari Kematian 3 Mahasiswa dalam Demo di Depan Gedung DPR yang Ricuh
Misteri yang tersisa dari kematian tiga mahasiswa dalam demo di depan Gedung DPR yang berakhir ricuh.
"Tidak ada aparat yang mengejar saat kejadian," ujar Farmal saat dikonfirmasi.
Farmal mengatakan peristiwa kecelakaan itu bermula ketika sebuah truk kontainer sedang melaju di Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara. Sopir diduga kurang hati-hati sehingga truk yang dibawanya menabrak Bagus.
Namun, nyawa Bagus sudah tidak bisa ditolong lagi dan dinyatakan tewas. Pihak keluarga Bagus memutuskan untuk memakamkan jenazahnya di Brebes, Jawa Tengah.
• Maulana Diduga Tewas Saat Demo karena Bentrok dengan Polisi, Tim Forensik Sebut Tak Temukan Darah
2. Maulana Suryadi
Maulana Suryadi (24) adalah korban selanjutnya saat aksi unjuk rasa yang digelar di depan Gedung DPR RI. Kepada ibunya, Maspupah, Maulana meminta izin untuk mengikuti aksi unjuk rasa pada 25 September malam.
Awalnya, Maspupah tak mengizinkan anaknya untuk mengikuti aksi unjuk rasa tersebut. Namun, Maulana tetap memohon-mohon kepada sang ibu. Dengan berat hati, Maspupah pun mengizinkan anaknya untuk mengikuti demo di sekitar Gedung DPR RI.
"Iya minta izin katanya mau demo. 'Ngapain demo, enggak ada kerjaan demo-demo,' kata saya," ujar Maspupah saat ditemui di rumahnya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2019).
Maulana pun langsung berangkat menuju Jembatan Slipi, Jakarta Barat. Keesokan harinya, Maspupah mendapatkan informasi dari polisi yang mendatangi rumahnya bahwa anaknya telah meninggal dunia.
Delapan polisi yang mendatangi rumahnya langsung mengajak Maspupah untuk melihat jenazah Maulana di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
"Polisi ngajak makan dulu. Saya sempat ditawari makan. Enggak ah makasih sudah kenyang," ucap Maspupah.
Ketika sampai ke rumah sakit, tangis Maspupah makin pecah kala melihat wajah anaknya. Kala itu, Maspupah melihat tubuh anaknya telah kaku dan biru. Maspupah pun diminta menandatangani surat oleh polisi.
Dia tidak ingat jelas isi suratnya. Namun, yang dia ingat surat itu berisi keterangan bahwa anaknya meninggal karena asma.
Maspupah mengakui anaknya memang punya latar belakang asma. Namun, kecurigaan Maspupah kembali muncul ketika jenazah anaknya hendak dimandikan dan dishalatkan.
Terlihat banyak luka pukul pada bagian belakang tubuh Maulana. Darah bahkan kerap keluar dari telinga dan hidung. Dia pun geram, kesal dan sedih karena melihat keadaan tersebut.
Dia ingin mencari keadilan, namun sadar dia bukan siapa-siapa dan tidak tahu harus menuntut ke mana.