Tanam Hutan Sejak 30 Tahun Lalu, Suhendri Tolak Tawaran 10 Miliar Demi Jaga Lingkungan
Suhendri, pria yang begitu berjasa membuat Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, masih bisa menghirup udara segar.
Ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon. Kini hutan ini memberi udara segar bagi warga Kota Tenggarong.
Kakek dua anak ini menginjak tanah Kalimantan Timur pertama kali pada 1971.
Saat itu ia ikut membangun asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu.
Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.
"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.
Diusir
Suhendri mengatakan, pengalamannya sebagai petani saat itu pernah diusir pemilik lahan.
Diminta tak lagi menggarap lahan karena kesuksesannya membangun pertanian.
“Saya sempat diusir karena hasil tanaman saya banyak. Ibu menjual hasil pertanian di pasar, saya dikeluh orang sekitar minta pemilik lahan usir.
Zaman dulu banyak yang masih kebun berpindah-pindah, saya sendiri yang bertani tetap,” ujar Suhendri.
Akhirnya ia memilih membeli lahan sendiri. Itu pun membayar dengan menyicil hingga lunas.
Setelah lunas ia kembali mencicil lahan seluas satu hektar terpisah, tapi lokasi berdekatan. Kini ia memiliki dua lahan. Dua-duanya dijadikan hutan.
• Cerita Pilu Pemadam Kebakaran Hutan di Kaltim, Kehabisan Makanan, Tersesat hingga Pingsan
Penelitian mahasiswa
Kini hutan tengah kota ini jadi tempat penelitian mahasiswa. Banyak dikunjungi orang, bahkan hutan tengah kota ini pernah menjadi lokasi penelitian skripsi mahasiswa asal Jepang.
Suhendri juga sering mendapat penghargaan dari berbagai pihak karena hutannya.