Pasangan Pemulung Miliki Warung Inspirasi Jadi Salah Satu Tokoh Berpengaruh di Indonesia, Unik!

Sarimin dan istrinya dianggap menginspirasi banyak orang dengan membuat warung makan yang hanya menerima sampah plastik untuk membayar makanan.

Editor: Asytari Fauziah
KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO
Pasangan Sarimin (dua dari kiri) dan Suyatmi (paling kiri) menimbang sampah plastik dari pemulung yang akan ditukarkan dengan seporsi makan di Kantin Gas Methan, di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2016). Pembelian makanan dengan plastik dilakukan atas inisiatif bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang dengan pengelola warung untuk mengurangi beban sampah plastik di TPA yang sulit terurai. Kantin tersebut juga menggunakan bahan bakar gas metana yang diolah dari tumpukan sampah. 

TRIBUNMATARAM.COM Siapa sangka pemilik sebuah warung makan sederhana di kompleks Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, adalah satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh.

Ya, pemilik warung itu adalah pasangan suami istri Sarimin (59) dan Suyatmi (45), yang sempat diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari stasiun televisi CNA.

Sarimin dan istrinya dianggap menginspirasi banyak orang dengan membuat warung makan yang hanya menerima sampah plastik untuk membayar makanan.

Tentu saja, plastik yang digunakan untuk mengganti uang itu adalah jenis plastik yang bisa didaur ulang.

" Sampah plastik bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum.

Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang, seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya," kata Sarimin saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/11/2019) sore.

Kabar Terkini Malinda Dee, Terdakwa Penggelapan Uang Nasabah yang Pernah Viral karena Silikon Pecah

Sarimin lalu menjelaskan, biasanya sampah plastik yang dibawa dari pemulung akan ditimbang, kemudian ditukarkan dengan seporsi makanan di warung kecil miliknya.

Lalu, para pemulung bisa menikmati menu yang ada di warung milik Sarimin yang menyediakan berbagai ragam lauk-pauk, seperti lele, mangut, tahu, tempe, dan sambal.

Sarimin pun tak memasang harga mahal. Jadi tak heran banyak pemulung yang setiap hari datang ke warungnya.

"Pemulung datang bawa sampah plastik, lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram, biasanya seharga Rp 20.000.

Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," kata Sarimin.

Akhir-akhir ini, menurut Sarimin, pelanggannya bukan hanya para pemulung, melainkan juga para sopir truk pengangkut sampah.

Rata-rata 2 ton sampah plastik setiap tiga minggu

Menurut Sarimin, dari warung berbayar sampah plastik itu, dirinya rata-rata mengumpulkan sampah plastik seberat 2 ton.

Setidaknya dua sampai tiga minggu sekali, ia mengirimkan dua ton sampah plastik tersebut ke pabrik di luar kota, seperti Rembang, Demak, Pati, Kudus, Solo, bahkan Surabaya untuk diolah kembali.

Aktivitasnya tersebut menyita perhatian kantor berita CNA, lalu menobatkan Sarimin dan istrinya sebagai satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved