Berita Terpopuler
POPULER Wanita di Banyumas Dipasung selama 6 Tahun Diduga Ikut Aliran Sesat Setelah Jadi SPG
PJ (48), perempuan dengan gangguan jiwa asal Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, akhirnya dibebaskan usai dipasung selama 6 tahun.
TRIBUNMATARAM.COM - Nasib nahas dialami PJ (47) seorang warga di Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.
Enam tahun lalu, ia pulang ke kampung halamannya dalam keadaan berbeda dan tampak seperti Orang dengan Gangguan Jiwa / ODGJ.
Karena itulah, selama 6 tahun, PJ dipasung di sebuah ruangan berjeruji besi di rumahnya.
PJ (48), perempuan dengan gangguan jiwa asal Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, akhirnya dibebaskan usai dipasung selama 6 tahun.
Dilansir dari Antara, PJ sempat bekerja menjadi sales promotion girl (SPG) di Purwokerto sebelum mengalami gangguan jiwa.
• Ardian Sosok Penolong Sukiyah Wanita yang Rambut 2 Meter dan Jadi Sarang Tikus, 2 Kali Dipenjara
Hal itu dibenarkan Watini (42), adik kandung PJ. Wartini menambahkan, selain jadi SPG, kakaknya juga sempat bekerja merantau di Bandung, Jawa Barat.

Namun, sepulang dari Bandung, PJ menjadi sosok yang berbeda. Saat itu pihak keluarga mendapat informasi jika PJ telah mengikuti aliran sesat.
"Sepulangnya dari Bandung, kondisi Mbak PJ sudah berbeda. Kabarnya dia sempat ikut aliran sesat," ujar Watini.
Setelah pulang kampung di Jatilawang, lanjut Watini, kakaknya sempat mengalami kecelakaan dan mengalami luka parah di bagian kepala.
Pihak kelurga beberapa kali membawa PJ berobat ke RSUD Banyumas dan rumah sakit di Solo, namun tidak mengalami perubahan, terutama kesehatan mentalnya.
• Perubahan Fisik Sukiyah setelah Dievakuasi, Kini Juga Mulai Bisa Diajak Berkomunikasi
"Dia sering mengamuk, mengacak-acak rumah, dan beberapa kali membahayakan masyarakat," katanya.
Dengan alasan itu, pihak keluarga memutuskan untuk memasung PJ. Wartini menyebut, jika kakaknya telah mengalami gangguan jiwa selama 20 tahun.
Seperti diketahui, PJ dipasung di ruangan berjeruji besi dengan ukuran 1,5x2 meter.
Pada hari Selasa (11/2/2020), PJ dan dua orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) yang telah dipasung selama bertahun-tahun di Jatilawang, akhirnya dibebaskan.
Ketiga ODGJ di Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, lalu dibawa ke rumah sakit.
Kepala Puskesmas Jatilawang dr Tulus Budi Purwanto mengatakan, ketiga ODGJ tersebut adalah SG (38) warga Desa Gentawangi, SD (42) dan PJ (49), keduanya merupakan warga Desa Tunjung.
• Cerita di Balik Gelapnya Hidup Sukiyah, Buta setelah Sakit Panas & Kejang-kejang, Tangan Kaki Lemah
"Hari Sabtu (8/2/2020) kami merujuk satu pasien ODGJ, kemudian Senin (10/2/2020) satu orang dan hari ini satu orang," kata Tulus di sela penjemputan pasien ODGJ di Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas.
Rencananya, menurut Tulus, setelah dirawat di RSUD Banyumas selama satu bulan, para ODGJ tersebut akan di bawa ke panti rehabilitasi sosial di Kroya.
"Kewajiban kami memberi pelayanan yang maksimal terhadap ODGJ.
Sementara ini di wilayah kami ada tiga ODGJ, kami terus mencari, kalau ada laporan akan kami tindak lanjuti, biasanya pihak keluarga cenderung disembunyikan," ujar Tulus.
(Penulis: Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Seorang Perempuan ODGJ di Banyumas, Dipasung 6 Tahun hingga Sempat Jadi SPG ", https://regional.kompas.com/read/2020/02/15/07020011/cerita-seorang-perempuan-odgj-di-banyumas-dipasung-6-tahun-hingga-sempat?page=all#page2.

Cerita di Balik Gelapnya Hidup Sukiyah, Buta setelah Sakit Panas & Kejang-kejang, Tangan Kaki Lemah
Kisah serupa juga pernah viral beberapa waktu lalu di Kabupaten Semarang.
Ialah Sukiyah, perempuan tunanetra yang hidup sebatangkara dalam kegelapan.
Cerita di balik gelapnya hidup Sukiyah, wanita sebatangkara yang hidup dengan rambut dua meter hingga jadi sarang tikus.
Sukiyah menjadi viral setelah dirinya berhasil diselamatkan oleh seorang Relawan Aksi Cepat Tanggap ( ACT) Salatiga bernama Ardian.
Tak hanya buta, Sukiyah juga terpaksa dikunci di sebuah ruangan gelap, berdinding papan juga beralaskan tanah.
Nama Sukiyah, perempuan berusia 50-an, warga yang tinggal di Dusun Karangombo, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, belakangan ini ramai menjadi pemberitaan diberbagai media.
Pemberitaan berbagai media itu bukan karena ia memiliki segudang prestasi, ataupun lainnnya.
• Ardian Sosok Penolong Sukiyah Wanita yang Rambut 2 Meter dan Jadi Sarang Tikus, 2 Kali Dipenjara
Melainkan kesedihan yang harus ia jalani karena hidup seorang diri di dalam rumah yang beralas tanah dan berdinding papan.
Sukiyah yang mengalami kebutaan sejak berumur lima tahun ini hidup seorang diri setelah ibunya meninggal tiga tahun lalu.

Sementara adiknya semenjak menikah sebelum pindah ke Banjarnegara tak pernah pulang dan berkirim kabar.
Sejak ibunya meninggal, ia sempat tidur di teras. Oleh warga, dia pun di masukkan ke dalam rumah dan setiap malam selalu dikunci dari luar. Hal itu dilakukan warga agar Sukiyah tak keluar dari rumahnya.
Tak hanya itu, rambutnya yang sudah mencapai dua meter tersebut terdapat kotoran manusia dan menjadi sarang tikus.
Paman Sukiyah, Suramto mengatakan, dia mengalami kebutaan setelah sakit panas hingga kejang-kejang.
• Ardian Sosok Penolong Sukiyah Wanita yang Rambut 2 Meter dan Jadi Sarang Tikus, 2 Kali Dipenjara
Namun, kala itu dia masih bisa beraktivitas normal hingga membantu orangtuanya berkebun.
"Sukiyah mulai bertingkah aneh dan jadi pendiam sejak umur 10 tahun," kata Suramto, Kamis (23/1/2020).
Dia mulai mengurung diri dan enggan bersosialisasi. Selama bertahun-tahun hanya berada di dalam rumah.
Warga sempat mengaliri rumah Sukiyah dengan listrik dari masjid. Namun, lampu yang menyala dirusak Sukiyah hingga selalu dalam keadaan gelap.
Sementara itu, Darkumi, warga sekitar, bercerita bahwa Sukiyah terakhir mandi sekitar setahun lalu. Saat itu ada enam orang dewasa yang memegangi Sukiyah.
Namun, Sukiyah memberontak dan bahkan sempat menggigit tangan Darkumi yang membantunya.
• Dipaksa Puaskan Hasrat Ayah Kandung, Dua Anak Perempuan Depresi Hingga Alami Gangguan Jiwa
"Bahkan tangan saya sempat digigit. Setelah kejadian itu, tidak ada yang mau memandikan lagi," katanya.
Cerita Sukiyah pun terdengar Relawan Aksi Cepat Tanggap ( ACT) Salatiga yakni Ardian yang kemudian langsung mendatangi kediaman Sukiyah.
Dan benar saja, saat kali pertama ditemui, kata Ardian, kondisinya sangat memprihatinkan. Kakinya sudah lemah sehingga tak bisa digunakan untuk berjalan.
"Dia cuma duduk selonjor dan kalau berpindah tempat ndlosor karena tangannya juga lemah," jelasnya.
Sukiyah, kata Ardian, memang melakukan semua aktivitasnya di dalam rumah. Bahkan, dia buang air besar dan kecil di dalam rumah sehingga mengeluarkan bau menyengat.
Ardian mengatakan, saat kali pertama melihat Sukiyah, yang terlintas dalam benaknya adalah memotong rambutnya.
Selama 30 menit, Ardian berbicara dan meminta izin kepada Sukiyah untuk memotong rambutnya.
Proses pemotongan rambut Sukiyah membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Menurut Ardian, selain panjang, rambut Sukiyah sangat alot saat dipotong.
"Bulu kuduk saya merinding semua saat memotongnya, saya sampai keringetan," katanya.
"Dia (Sukiyah) mengajukan permintaan, nanti setelah dipotong, minta dikeramas dengan sampo warna hitam, dan diobatin," sambungnya.
Setelah rambutnya dipotong, kata Ardian, Sukiyah sudah mulai berkomunikasi dengan dunia luar.
"Sukiyah sudah mulai berkomunikasi. Dia juga semalam sudah tidur di kasur, sudah mau mandi," ujarnya, Jumat (24/1/2020).
Ardian mengatakan, dirinya mencoba meyakinkan Sukiyah bahwa orang-orang yang berada di sekeliling Sukiyah adalah orang baik.
"Dia sekarang sudah berada di tempat yang lebih baik dan layak. Saya bilang, ini semua teman-teman saya. Jangan khawatir semua menjaga jenengan (anda)," ungkapnya.
Setelah itu, Sukiyah dibawa ke yayasan sosial yang berjarak 4 kilometer dari rumahnya.
Di yayasan tersebut, relawan perempuan membantu Sukiyah keramas. Untuk sementara, Sukiyah tinggal di yayasan tersebut.
Menurut Ardian, perkembangan Sukiyah cukup signifikan. Walaupun baru tinggal satu hari di yayasan, Sukiyah sudah bisa beradaptasi.
"Setelah bertahun-tahun hidup sendiri, sekarang sudah bisa komunikasi meski masih terbatas. Semua butuh waktu," jelasnya.
Sumber: KOMPAS.com (Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Khairina)