Paksa Adik Kelasnya Makan Kotoran Manusia, 2 Siswa Dikeluarkan dari Sekolah, Korban: Terlalu Jijik
Dua murid Seminari Bunda Segala Bangsa dikeluarkan dari sekolah karena paksa adik kelasnya makan kotoran manusia, korban hanya menahan tangisnya.
Penulis: Asytari Fauziah | Editor: Delta Lidina
TRIBUNMATARAM.COM - Dua murid Seminari Bunda Segala Bangsa dikeluarkan dari sekolah karena paksa adik kelasnya makan kotoran manusia, korban hanya menahan tangisnya.
Seminari Maria Bunda Segala Bangsa di Maumere, Nusa Tenggara Timur kini jadi perbincangan.
Apalagi karena kasus dua kakak kelas memaksa adik kelasnya memakan kotoran manusia.
Disebutkan hal ini karena dua siswa senior ini memberikan hukuman pada adik kelasnya.
• POPULER Seorang Pria Selingkuhan di NTT Tewas Dikeroyok Warga, Gegara Tempat Obat Nyamuk Bakar
Hal ini membuat pihak sekolah Seminari Maria Bunda Segala Bangsa ini meminta maaf pada orang tua siswa atas peristiwa ini.
Tak hanya itu, hukuman dikeluarkan dari sekolahpun dilakukan pada dua siswa senior ini.
"Pihak Seminari telah meminta maaf di hadapan orangtua terkait masalah ini.
Dua kakak kelas itu pun dikeluarkan dari Seminari Bunda Segala Bangsa," kata Deodatus dikutip dari rilis resmi yang diterima Kompas.com.

Selain itu, Dedatus menegaskan, pihak Seminari juga mendampingi para siswa kelas VII untuk pemulihan mental dan menghindari trauma.
Sebelumnya, sejumlah orangtua siswa mendatangi pihak sekolah untuk memprotes tindakan tidak terpuji dua siswa senior tersebut.
"Menurut saya, pihak sekolah beri tindakan tegas bagi para pelaku.
Yang salah ditindak tegas. Bila perlu dipecat saja," ujar salah satu orang tua siswa, Martinus, Selasa (25/2/2020).
"Saya juga memutuskan untuk pindahkan anak dari sekolah ini.
Biar pindah dan mulai dari awal di sekolah lain saja," tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kasus tersebut terungkap setelah ada laporan dari murid kepada orangtuanya.
Pengakuan Korban
Sebanyak 77 siswa kelas VII Seminari Bunda Segala Bangsa (BSB) Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, hanya bisa menangis setelah dipelonco dua pendamping mereka.
Puluhan siswa itu diminta memakan kotoran manusia pada Rabu (19/2/2020).
"Setelah makan, kami semua menangis. Terlalu jijik dan bau," kata salah seorang siswa kelas VII yang enggan disebutkan namanya kepada Kompas.com di halaman Seminari BSB, Selasa (25/2/2020) siang.
Siswa itu mengaku terpaksa memakan kotoran manusia yang disodorkan. Mereka ingin melawan, tetapi takut dengan para pendampingnya.
• Fakta Lengkap 77 Siswa SMP Dipaksa Makan Kotoran Manusia oleh Kakak Kelasnya, Ini Penyebabnya
Melihat puluhan siswa itu menangis, kedua pendamping mendesak mereka diam.
Pendamping itu juga mengancam puluhan siswa tersebut tak menceritakan insiden itu kepada orang lain.
Mereka yang berani melapor kepada sekolah dan asrama diancam bakal dihukum lagi.
Takut dengan ancaman itu, para siswa memilih bungkam.
Mereka tak menceritakan insiden itu kepada Romo dan juga orangtua masing-masing.
"Sampai hari ini, orangtua saya belum tahu kalau saya disiksa makan kotoran manusia," kata siswa itu.

Ia mengaku, tak sanggup menceritakan insiden itu kepada orang lain.
"Terlalu sadis," katanya dengan suara pelan sembari berlalu dan mengusap air mata.
Pihak sekolah juga memberikan klarifikasi soal siswanya yang disebut makan kotoran manusia.
Sementara itu, Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ( NTT), mengklarifikasi kabar 77 dari 89 siswa kelas VII yang dipaksa memakan kotoran manusia oleh dua pendamping mereka.
Pimpinan Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Romo Deodatus Du'u mengatakan insiden iu terjadi pada Rabu (19/2/2020) sekitar pukul 14.30 WITA.
• Suruh Junior Makan Kotoran Manusia, 2 Siswa Seminari Dikeluarkan, Korban Trauma: Kami Semua Nangis
"Terminologi 'makan' yang dipakai oleh beberapa media saat memberitakan peristiwa ini agaknya kurang tepat sebab yang sebenarnya terjadi adalah seorang kakak kelas menyentuhkan sendok yang ada feses pada bibir atau lidah siswa kelas VII," kata Deodatus dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Selasa (25/2/2020).
Deodatus juga membantah aksi itu dilakukan oleh pembina atau pendamping.
Kronologi Kejadian
Kejadian itu, kata dia, dilakukan dua siswa kelas XII yang bertugas menjaga kebersihan area asrama siswa kelas VII.
Deodatus menceritakan, insiden itu bermula ketika salah seorang siswa kelas VII membuang kotorannya sendiri di kantong plastik yang disembunyikan dalam lemari kosong di kamar tidur.
Setelah makan siang, dua kakak kelas yang ditugaskan menjaga kebersihan kamar tidur kelas VII menemukan plastik berisi kotoran manusia itu.
Dua kakak kelas itu mengumpulkan siswa kelas VII dan menanyakan asal muasal kotoran tersebut. Tapi, tak ada siswa kelas VII yang mengaku.
Dua kakak kelas itu berkali-kali meminta siswa kelas VII untuk memberi tahu asal dari kotoran tersebut.
• 77 Siswa SMP Disiksa Makan Kotoran Manusia, Mengaku Jijik Namun Tak Bisa Melawan Pendampingnya
Tetap tak ada yang mengaku. Karena kesal, seorang kakak kelas mengambil kotoran dengan sendok makan dan menyentuhkannya ke bibir dan lidah siswa kelas VII.
Perlakuan yang didapat setiap siswa kelas VII berbeda. Setelah itu, dua siswa kelas XII itu meminta para juniornya merahasiakan insiden tersebut dari pembina dan orangtua.
Puluhan siswa itu pun terpaksa menerima perlakuan itu tanpa perlawanan.
Aksi itu terbongkar karena salah satu siswa bercerita kepada orangtuanya.
Cerita itu lalu disampaikan orangtua tersebut kepada pihak sekolah melalui grup WhatsApp sekolah.
Pendampingan dari Sekolah
Deodatus mengatakan, pihak Seminari telah meminta maaf di hadapan orangtua terkait masalah ini.
Dua kakak kelas itu pun dikeluarkan dari Seminari Bunda Segala Bangsa.
Seminari juga mendampingi para siswa kelas VII untuk pemulihan mental dan menghindari trauma. (TribunMataram.com/Asytari Fauziah)