Virus Corona

Penemuan Ahli Kesehatan : Pasien Corona yang Sembuh, Pulang Lalu Kambuh Tidak Akan Menular

Penemuan ahli kesehatan mengatakan jika pasien virus corona yang kambuh tidak akan bisa menular.

Twitter
Wajah perawat yang sibuk tangani pasien virus corona 

TRIBUNMATARAM.COM - Penemuan ahli kesehatan mengatakan jika pasien virus corona yang kambuh tidak akan bisa menular.

Hal ini disampaikan otoritas kesehatan nasional China (NHC).

Meski virus corona masih terus dipelajari, peneliti kesehatan menemukan jika virus corona tidak akan menular jika pasien sudah dinyatakan sembuh sebelumnya.

4 Fakta Penting Pasien Terduga Corona di Cianjur Meninggal, Ternyata Negatif Covid-19, Ini Sebabnya

Pengumuman Mendadak Jokowi Kejutkan 2 Pasien Positif Corona, Istana & Menkes Malah Beda Jawaban

Pasien sembuh virus corona yang sudah pulang dan kambuh lagi dipastikan tidak akan menular, hal ini dinyatakan oleh otoritas kesehatan nasional China (NHC) pada Jumat (28/02/2020) lalu.

Dilansir dari Arab News, Guo Yanhong, pejabat administrasi NHC melaporkan pada konferensi pers bahwa diperlukan pemahaman yang mendalam terkait virus corona.

Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020). Virus misterius mirip pneumonia telah menjangkiti puluhan orang dan menelan korban jiwa kedua di China, menurut pemerintah setempat.
Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020). Virus misterius mirip pneumonia telah menjangkiti puluhan orang dan menelan korban jiwa kedua di China, menurut pemerintah setempat. (AFP/STR/CHINA OUT)

Terutama dalam penanganan peningkatan kesehatan pasien sembuh.

Juru bicara WHO mengatakan bahwa penyebaran virus corona semakin meluas.

Penyebarannya bahkan sampai hampir seluruh negara di dunia.

Semakin menurun angka infeksi dan kematian di China, semakin meningkat angka kasus infeksi dan kematian di negara lain.

Tapi, itu bukan berarti mengindikasikan virus ini tidak bisa ditangani. 

Sampai saat ini, angka infeksi di daratan utama China menurun.

Sebanyak 50.691 orang dinyatakan sembuh di seluruh dunia. 

Kasus China Menurun

Virus corona bisa sembuh, terbukti kasusnya di China menurun.

Indonesia harusnya bisa mengambil pelajaran dari adanya virus corona yang sudah mulai menginfeksi dua warga Depok.

Merasa takut dan paranoid justru akan menurunkan imunitas tubuh.

China terutama Provinsi Hubei adalah “poros” dari virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Sebanyak 83 persen dari sekitar 89.000 kasus (hingga 2 Maret 2020) terdapat di China. Para dokter dan petugas kesehatan terus memerangi epidemi ini selama lebih dari dua bulan lamanya.

 Alih-alih Pakai Masker, 2 Hal Ini Justru Paling Efektif Cegah Penularan Virus Corona

 Ciri Orang yang Terinfeksi Virus Corona, 11 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Tertular Covid-19

Lewat pengumuman dari Presiden Jokowi kemarin, Indonesia baru menemukan 2 pasien yang positif Covid-19.

Xiao (25) pemerkosa yang kabur setelah korbannya batuk dan mengaku tertular virus corona dari Wuhan, China.
Xiao (25) pemerkosa yang kabur setelah korbannya batuk dan mengaku tertular virus corona dari Wuhan, China. (Kolase Jingshan Public Security Bureau/WeChat via Daily Mail)

Namun di China sendiri, selama beberapa minggu belakangan, jumlah orang terinfeksi dan kematian akibat Covid-19 berkurang.

Fakta ini menjelaskan bahwa penyebaran virus tersebut telah mencapai puncaknya di China, sehingga transmisi antarmanusia berkurang.

Pada waktu bersamaan, virus ini menyebar lebih cepat di beberapa negara lain termasuk Korea Selatan, Italia, dan Iran. Amerika Serikat dan Australia telah melaporkan kasus kematian pertama akibat Covid-19.

Penting bagi Indonesia, juga beberapa negara lainnya, melakukan respon cepat seperti China untuk membatasi penyebaran virus SARS-CoV-2.

World Health Organization (WHO) sendiri menerjunkan sekelompok petugas medis yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Bruce Aylward.

Kepada Vox, Selasa (3/3/2020), Aylward menjelaskan bahwa mayoritas respon di 30 provinsi seantero China berfokus pada penemuan kasus serta merunutkan kontak suspek dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

“Semua perhitungan ini digunakan untuk menentukan penyebaran Covid-29,” tuturnya kepada reporter Vox Julia Belluz.

Selain itu, pemerintah China juga menutup beberapa wilayah dengan ledakan penyebaran yang tinggi seperti Wuhan dan dua kota lainnya.

“Ada beberapa wilayah yang penyebaran virusnya tak terkontrol. China berani mengambil keputusan ini (untuk menutup kota tersebut) untuk melindungi China dan negara lain,” tambah Aylward.
“Semua karena kecepatan”

Aylward menyebutkan hal yang patut diacungi jempol dari cara China menangani Covid-19 adalah kecepatan.

“Semua karena kecepatan. Semakin cepat Anda menemukan kasusnya, mengisolasi pasiennya, merunut dengan siapa pasien itu berkontak, akan lebih cepat penanganannya,” tutur Aylward.

Ia menjelaskan bahwa apa yang China lakukan adalah dengan tidak panik, menyingsingkan lengan baju, dan mulai melakukan kerja secara sistematis untuk menemukan kasus.

“Dengan begitu Anda sangat bisa untuk menahan penyebaran virus, mencegah banyak orang terkena penyakit, dan menghindari kasus kematian,” tambahnya.

Pertanyaan yang kerap diterima Aylward adalah ‘memangnya mungkin, China dengan 15 juta populasi menutup rapat negaranya sendiri?’

“Jika Anda ingin mengisolasi wilayah, yang harus dilakukan adalah pemberian pemahaman kepada warga negara itu sendiri. Mereka harus tahu seperti apa bahayanya virus tersebut ketika tersebar,” lanjut ia.

Jadi, menurut Aylward, pastikan warga negara Anda tahu mengenai virus tersebut.

“Pastikan Anda memiliki mekanisme untuk bekerja sama dengan mereka dalam kecepatan tinggi lewat sistem kesehatan.

Kemudian, menyiapkan infrastruktur kesehatan yang mumpuni untuk investigasi kasus dan runutan kontak. Sebanyak 90 persen daerah di China melakukan hal ini,” tuturnya.

Lebih cepat sebuah wilayah mengisolasi diri, semakin cepat rantai penyebaran virus itu terputus.

Jaringan rumah sakit

Hal yang lain yang berpengaruh pada menurunnya kasus Covid-19 di China adalah jaringan antar rumah sakit yang terhubung dengan baik.

“Di China, mereka membuat jaringan besar untuk rumah sakit yang bisa merawat pasien Covid-19. Di banyak wilayah, tim medis siap mendatangi rumah Anda dan melakukan swab tenggorokan dan memberi tahu Anda hasilnya dalam 4-7 jam. Kecepatan adalah segalanya,” papar Aylward.

Pastikan bahwa pasien dan semua orang yang berkontak dengannya dikarantina dan dimonitor sampai diketahui benar bahwa orang-orang tersebut tidak terinfeksi.

Dari pengalaman Aylward, sekitar 5-15 persen kontak dekat (orang-orang terdekat) dengan pasien terinfeksi.

Tes gratis

Warga China yang dites laboratorium bukan ratusan, tapi ribuan. Oleh karena itu, untuk mendorong warga agar mau melakukan swab tenggorokan serta cek laboratorium, pemerintah China membayar semua tagihan tes bagi orang-orang yang tidak memiliki asuransi kesehatan,

“Di China, mereka (pemerintah) menyadari bahwa uang merupakan perkara yang berkaitan dengan keinginan seseorang untuk cek kesehatan. Oleh karena itu mereka membayarkan tagihan bagi orang-orang yang tidak ter-cover asuransi,” lanjut Alyward.

Selain itu, jika dibutuhkan resep obat, resep bisa didapatkan lewat WeChat (aplikasi pada ponsel) tanpa perlu bertemu langsung dengan dokter.

Obat-obatan juga dikirim langsung ke rumah orang yang bersangkutan.

Kemampuan bertahan dari penyakit

Alyward mengatakan bahwa China memiliki kemampuan bertahan yang tinggi terhadap penyakit.

Sampai saat ini tingkat kematian di China memang besar, yakni 3,8 persen. Namun mayoritas dari angka tersebut berlangsung saat awal-awal epidemi berlangsung di Wuhan.

Di luar Wuhan sendiri, jelas Alyward, rasio kematian akibat Covid-19 di bawah 1 persen.

Mereka (petugas medis) menemukan kasus dengan cepat, mengisolasi pasien dan orang-orang terdekatnya, serta menggunakan metode canggih bernama extracorporeal membrane oxygenation.

“Coba lihat di Italia dan Iran, di mana banyak orang meninggal,” tambahnya.

Hal tersebut, menurut Aylward, sedikit banyak membuktikan bahwa China pandai dalam menjaga warganya agar tetap hidup. (Kompas.com/ Sri Anindiati Nursastri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Covid-19 di China Menurun, Ini Pelajaran bagi Indonesia dan Dunia", https://sains.kompas.com/read/2020/03/03/130200123/kasus-covid-19-di-china-menurun-ini-pelajaran-bagi-indonesia-dan-dunia.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved