Virus Corona
Ikut Berdonasi Lawan Corona, 3 Bocah SD Rela Pecah Celengannya, 'Ini untuk Dokter Beli Masker'
Bagaimana kisah mereka hingga rela mendonasikan tabungannya untuk tenaga medis? Berikut selengkapnya.
TRIBUNMATARAM.COM - Demi belikan masker untuk dokter lawan corona, Tata (7), Unsia (7) dan Yasmin (6) rela membongkar seluruh celengannya.
Meski masih bocah, Tata dan Unsia turut tergerak hatinya untuk berdonasi melawan wabah Covid-19.
Mereka rela memecah celengan yang telah ditabung selama dua tahun dan enam bulan.
Bagaimana kisah mereka hingga rela mendonasikan tabungannya untuk tenaga medis? Berikut selengkapnya.
• Cerita Pria Tertua di Dunia 112 Tahun Hidup Alami 4 Peristiwa Besar, Sebut Wabah Corona Aneh
• Potret Masker Kain 3 Lapis yang Kini Diwajibkan Pakai untuk Cegah Penyebaran Covid-19
Semakin bertambahnya pasien Covid-19 membuat kebutuhan alat pelindung diri ( APD) untuk tenaga medis semakin meningkat.
Bahkan kini, beberapa rumah sakit melaporkan kekurangan APD.
Hal tersebut membuat banyak orang tergugah untuk mendonasikan bantuannya kepada para pahlawan kesehatan yang menjadi garda terdepan penanganan corona.
Tak terkecuali tiga bocah asal Makassar yang rela menyumbangkan isi celengannya untuk pembuatan APD.
Ingin belikan masker untuk dokter

Dua bocah SD yang berumur 7 tahun, Tata dan Unsia menyumbangkan seluruh isi celengannya pada tim JPK di Sekretariat AJI Makassar.
Isi celengan mereka Rp 349 ribu, terdiri berbagai pecahan, antara lain Rp 5.000, Rp 2.000 serta koin Rp 1.000 dan Rp 500.
"Ini untuk dokter biar bisa beli masker. Ini dari tabungan kami selama enam bulan," kata Tata yang dibenarkan Unsia di posko JPK.

Selain Tata dan Unsia, Yasmin Saman, bocah enam tahun asal Makassar juga menyumbangkan seluruh isi celengannya.
Dia datang ke posko Jurnalis Peduli Kemanusiaan (JPK) di Sekretariat AJI Makassar ditemani ibunya, Jumat (3/4/2020).
Yasmin datang dengan menenteng celengan berbentuk ikan yang masih utuh.
Setelah bertemu koordinator JPK Darwin Fatir, Yasmin lalu memecahkan celengannya.
Saat dihitung bersama, uang-uang koin Yasmin itu berjumlah Rp 448.800.
Sambil menyerahkan tabungannya, Yasmin pun mendoakan para tenaga kesehatan agar bisa menyembuhkan banyak orang.
"Terus berjuang dokter-dokter, perawat, semua tenaga kesehatan. Harus bisa sembuhkan banyak orang," kata Yasmin usai memberikan isi celengannya.
Menabung 2 tahun

Sang ibu, Mardiana Rusli, menceritakan bahwa uang tersebut merupakan hasil tabungan Yasmin sejak dua tahun lalu.
Yasmin memang diajari menabung sejak usia dua tahun.
Keinginan Yasmin membantu para tenaga kesehatan bermula saat Mardiana yang merupakan mantan Ketua AJI Makassar periode 2011-2013 tengah mendata tempat-tempat yang memerlukan sumbangan.
Saat itu Yasmin mengutarakan keinginannya untuk membantu.
"Jadi memang kita punya tabungan setiap dua tahun sekali kita buka untuk hal-hal yang didistribusikan untuk panti, kemanusiaan, dan sosial.
Kemarin saya list tempat-tempat yang mau didistribusikan sumbangan, kemudian anak saya Yasmin langsung ngasih juga celengannya bilang ini juga (sumbangan untuk tim medis)," kata Mardiana.
Sumber: Kompas.com (Kontributor Makassar, Himawan | Editor:Khairina)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Serahkan Uang Celengan, Bocah 7 Tahun: Ini untuk Dokter, Biar Bisa Beli Masker".

APD Mulai Menipis di Berbagai Rumah Sakit
Di tengah wabah corona di Indonesia yang semakin meningkat, stok peralatan kesehatan mulai dari Alat Pelindung Diri / APD hingga masker justru langka.
Bahkan, karena kekurangan APD, perawat di RSUD Gambiran, Kediri, Jawa Timur terpaksa pantau pasien lewat grup WhatsApp.
Mewabahnya corona di Indonesia membuat oknum tak bertanggung jawab memanfaatkan momen hingga membuat APD menjadi langka dan mahal.
Imbasnya, sebuah rumah sakit rujukan di Kediri terpaksa mengurusi pasien melalui grup WhatsApp untuk meminimalisir keluar masuk ruang isolasi.
• Viral Video Keluarga PDP Corona Ngamuk Bersikeras Mandikan & Makamkan Keluarganya, Dianggap Negatif
• Update Corona Dunia 5 April 2020: Jumlah Pasien Dirawat di Indonesia Lebih Banyak daripada China
Sejumlah tenaga medis di RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur, menceritakan pengalamannya selama merawat pasien Covid-19.
RSUD Gambiran merupakan rumah sakit rujukan di Kota Kediri yang menangani pasien Covid-19.
Salah satunya Minarsih (47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran.

Minarsih mengatakan, setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.
Padahal, setiap saat Minarsih dan teman-temannya berpotensi terpapar virus corona saat berinteraksi di ruang isolasi.
“Kami terpaksa mengurangi intensitas keluar masuk ruang isolasi karena keterbatasan APD. Di zona merah, APD hanya bisa dipakai sekali dan langsung dibuang,” ucap Minarsih dikutip dari Surya, Jumat (3/4/2020).
Sebagai gantinya, Minarsih membuat grup WhatsApp yang terdiri dari petugas ruangan dan pasien.
Sehingga komunikasi bisa dilakukan secara daring tanpa harus masuk ke dalam ruang isolasi.
Selain menghilangkan kebosanan dan menyampaikan motivasi, grup WA juga dipakai untuk melaporkan kebutuhan pasien, seperti cairan infus yang habis.
Melalui WA pula para pasien bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, dan membangun semangat sembuh bersama-sama.
Rekan Minarsih, Tri Sudaryati (54) memberikan kesaksian yang sama.
Perawat senior ini bahkan mengalami tekanan mental di luar tempat kerjanya sejak merawat pasien corona.
“Mereka mengucilkan saya karena dianggap bisa menularkan virus. Padahal tidak sesederhana itu,” katanya.
Apalagi dahsyatnya pemberitaan tentang penularan corona secara langsung turut memojokkan para perawat.
Tak hanya oleh tetangga di rumah, beberapa rekan kerja di rumah sakit turut menjaga jarak dengan para tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi.
Mereka tak mau tertular oleh virus mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya.
Malahan langkah ekstrim dilakukan Minarsih terhadap keluarganya.
Sampai sekarang Minarsih tak pernah menceritakan tugasnya merawat pasien corona kepada anak-anaknya.
Dia tak ingin mereka berpikir jauh dan ketakutan atas profesi yang dijalani ibunya.
Direktur RSUD Gambiran dr Fauzan Adhima mengakui ketersediaan APD memang terbatas.
“Pada awal-awal sempat ada kesulitan penyediaan APD karena banyak distributor yang menghentikan pengiriman.
Tapi saat ini ketersediaan APD relatif sudah mencukupi. Semoga pasien covid-19 tidak nambah lagi sehingga APD-nya tetap tercukupi," ungkapnya.
Manajemen rumah sakit sangat mengapresiasi semua tenaga medis, paramedis, dan petugas lainnya yang telah all out memberikan pelayanan terbaik bagi pasien Covid-19 di RSUD Gambiran. (Kompas.com/*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekurangan APD, Perawat Terpaksa Tanyakan Kebutuhan Pasien Covid-19 via Grup WhatsApp".
dan di Tribunnews.com dengan judul Turut Berdonasi Lawan Corona, 3 Bocah SD Rela Pecah Celengannya, 'Ini untuk Dokter Beli Masker'.