Virus Corona

Ganjar Pranowo: Tenaga Medis Tak Pernah Tolak Pasien Covid-19, Kenapa Tega Menolak Jenazah Mereka?

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyayangkan penolakan pemakaman perawat positif corona yang meninggal di Semarang.

Editor: Asytari Fauziah
AFP/STR/CHINA OUT
Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020). Virus misterius mirip pneumonia telah menjangkiti puluhan orang dan menelan korban jiwa kedua di China, menurut pemerintah setempat. 

TRIBUNMATARAM.COM Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyayangkan penolakan pemakaman perawat positif corona yang meninggal di Semarang.

Ganjar menyebut, petugas medis dengan segenap perjuangannya seharusnya mendapat penghormatan, bukan penolakan.

"Para perawat, dokter dan tenaga medis tidak pernah menolak pasien, kenapa kita tega menolak jenazah mereka?" ungkap Gubernur Ganjar.

Saran Ahli untuk Pekerja Rumah Sakit yang Rentan Virus Corona Jika Nakes Terinfeksi, Kita Bisa Apa

Ia mengajak masyarakat membangkitkan rasa kemanusiaan sehingga kejadian yang sama tak kembali terulang.

"Saya ingin kembali mengajak Bapak Ibu untuk ngrogoh roso kamanungsan (membangkitkan rasa kemanusiaan) yang kita miliki," kata dia.

Tak akan tularkan virus

Ganjar Pranowo menyampaikan permohonan maafnya atas tindakan warganya di Semarang yang menolak pemakaman jenazah seorang perawat terjangkit Covid-19, Jumat (10/4/2020).
Ganjar Pranowo menyampaikan permohonan maafnya atas tindakan warganya di Semarang yang menolak pemakaman jenazah seorang perawat terjangkit Covid-19, Jumat (10/4/2020). (Instagram @ganjar_pranowo)

Ganjar memastikan, jenazah pasien corona tidak akan menularkan virus.

Lantaran proses pemulasaraan dilakukan sesuai prosedur.

Jenazah telah dibungkus kantong plastik yang tidak tembus air dan dimasukkan peti.

"Saya tegaskan sekali lagi kalau jenazah itu sudah dikubur, virusnya ikut mati di dalam tanah. Tidak bisa keluar kemudian menjangkiti warga," kata dia.

Ganjar mengingatkan kembali mengenai fatwa MUI bahwa mengurus jenazah wajib hukumnya, sedangkan menolak jenazah berdosa.

5 Upaya yang Dilakukan Presiden Joko Widodo demi Menyelamatkan Karyawan Terdampak PHK karena Corona

Ilustrasi pemakaman.
Ilustrasi pemakaman. (Kompas.com)

Penolakan berujung penetapan tersangka

Seperti diberitakan sebelumnya, penolakan pemakaman jenazah perawat positif corona terjadi di Ungaran.

Perawat tersebut akhirnya dimakamkan di Bergota, kompleks makam keluarga RSUP dr Kariadi, Semarang lantaran sempat ditolak oleh warga Ungaran.

Ujungnya, polisi menangkap dan menetapkan tersangka tiga orang tokoh masyarakat Desa Sewakul, Ungaran Barat, Semarang yang diduga menjadi provokator penolakan.

Mereka adalah THP (31), BSS (54) dan S (60).

Polisi Tangkap 3 Provokator Penolak Jenazah Perawat Positif Corona, Tersangka Malah Tokoh Masyarakat

Ketiganya diduga memprovokasi 10 warga untuk memblokade jalan masuk ke pemakaman.

Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Budi Haryanto menjelaskan, ketiga tokoh masyarakat itu malah menghalang-halangi dan melarang petugas memakamkan jenazah.

Tiga pelaku diduga melanggar pasal 212 KUHP dan 214 KUHP serta pasal 14 ayat 1 UU no 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah.

"Warga yang melarang atau menolak pemakaman terhadap jenazah yang terinfeksi virus corona ini justru semakin membuat bingung masyarakat di daerah lain karena ketidaktahuan atau tidak paham tentang penyebaran virus corona ini," ujar dia.

Sumber: Kompas.com/ Editor : Pythag Kurniati (Penulis : Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Para Perawat Tidak Pernah Menolak Pasien, Kenapa Kita Tega Menolak Jenazah Mereka?""

Tenaga medis melakukan Simulasi Kesiapsiagaan Penanganan Virus Corona (Covid-19), di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Jalan KH Wahid Hasyim (Kopo), Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/3/2020). Simulasi tersebut sebagai langkah kesiapsiagaan Kota Bandung untuk mengatasi penyebaran wabah virus corona.
Tenaga medis melakukan Simulasi Kesiapsiagaan Penanganan Virus Corona (Covid-19), di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Jalan KH Wahid Hasyim (Kopo), Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/3/2020). Simulasi tersebut sebagai langkah kesiapsiagaan Kota Bandung untuk mengatasi penyebaran wabah virus corona. (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Cerita Pasien Sembuh Covid-19 Setelah Hampir Sebulan di Ruang Isolasi Soal Tenaga Medis

Amin Sutadi (64) pasien positif virus corona yang telah sembuh sangat terkesan dengan para tenaga medis yang merawatnya.

Amin adalah orang pertama terkonfirmasi positif covid 19 di Lampung ini pun menjadi yang paling lama dirawat di Ruang Isolasi RS Abdul Moeloek, Bandar Lampung.

"Saya dirawat dari tanggal 14 Maret 2020. Total, 26 hari saya di ruang isolasi," kata Amin saat ditemui di rumahnya, Jumat (10/4/2020).

 Perjuangan Pasien Positif Covid-19, Dikabarkan Meninggal hingga Terharu Disemangati Cleaning Service

Penatua (tokoh agama) di Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Lampung ini terkesan dengan perjuangan para tim medis yang merawatnya.

Terlebih, kondisi kesehatan Amin sempat drop di pekan pertama menjalani perawatan.

"Mereka itu pahlawan yang sesungguhnya. Sabar sekali mereka merawat saya.

Satu minggu pertama, (kondisi) saya drop, nggak bisa makan. Mereka terus kasih semangat," kata Amin.

Pasien 01 mengucapkan salam perpisahan setelah dibolehkan pulang dari ruang isolasi RS Abdul Moeloek, Kamis (9/4/2020) sore. (Foto: layar tangkap video/ist)
Pasien 01 mengucapkan salam perpisahan setelah dibolehkan pulang dari ruang isolasi RS Abdul Moeloek, Kamis (9/4/2020) sore. (Foto: layar tangkap video/ist) (KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA)

Menurut Amin, terlihat sekali betapa berat beban para tim medis dalam menangani virus corona.

Mulai dari kesulitan mencari urat dari pasien karena menggunakan sarung tangan, hingga terus menerus memakai masker dan kacamata selama berjam-jam.

"Cari urat saya untuk disuntik itu kadang lama, karena mereka pakai sarung tangan, jadi tidak bisa sesensitif jika tidak pakai (sarung tangan).

Terus mereka juga pakai kacamata itu, jadi sulit. Salut untuk mereka," kata Amin.

Untuk itu, Amin mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan ketelatenan para tim medis yang telah merawatnya hingga dinyatakan sembuh total.

Diketahui, Amin Sutadi diperbolehkan pulang dari ruang isolasi pada Kamis (9/4/2020) setelah dirawat selama 26 hari.

Amin terkonfirmasi positif corona setelah menghadiri acara keagamaan di Bogor pada Februari 2020. (Kompas.com/ Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya/ Teuku Muhammad Valdy Arief)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pasien Covid-19 yang Sembuh: Tim Medis Orang Paling Sabar"

dan di Tribunnews.com dengan judul Ganjar Pranowo: Para Perawat Tak Pernah Tolak Pasien Covid-19, Kenapa Tega Menolak Jenazah Mereka?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved