Virus Corona

Cerita Perawat Kuatkan Pasien Positif Corona yang Tak Mau Ditinggal Sendirian di Ruang Isolasi

Banyak suka duka yang dilalui tenaga medis di Indonesia dalam menjadi garda terdepan Covid-19.

Pixabay/surya/Irwan Syairwan, Twitter @bananahoe
Ilustrasi pasien di ruang isolasi 

TRIBUNMATARAM.COM - Cerita perawat kuatkan pasien positif corona yang tidak mau ditinggal sendirian.

Banyak suka duka yang dilalui tenaga medis di Indonesia dalam menjadi garda terdepan Covid-19.

Salah satunya dialami Nurdiansyah, seorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, menceritakan pengalamannya merawat pasien Covid-19 selama hampir dua bulan ini.

Ketika menangani pasien, Nurdiansyah selalu mengenakan alat pelindung diri lengkap, mulai dari sepatu bot, baju khusus perawat, dan masker N95.

Harapan Sederhana Perawat ke Pemerintah Indonesia di Tengah Wabah Corona : Lindungi Kami dengan APD

Duka Perawat Pasien Corona, Ikut Tertular, Diusir dari Kontrakan hingga Gugur dalam Tugas

Setiap hari, ia memantau perkembangan pasien melalui monitor yang ada di setiap kamar.

Di kamar pasien, banyak pekerjaan yang harus dilakukan Nurdiansyah, mulai dari mengganti baju pasien, mengganti infus, menyiapkan obat, hingga makanan.

Ilustrasi pasien positif corona di ruang isolasi
Ilustrasi pasien positif corona di ruang isolasi (TribunMataram Kolase/ Twitter @bananahoe/ ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Perawatan satu orang pasien, kata dia, bisa memakan waktu 30 menit hingga satu jam.

Sebab, banyak pasien yang tidak mau ditinggal sendirian.

"Ada pasien yang dia masih tidak berani kalau kita keluar (dari kamar)," ujar Nurdiansyah, di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (19/4/2020).

Tidak hanya itu, Nurdiansyah dan perawat lain selalu menyarankan pasien untuk menonton hal-hal positif yang ditayangkan di televisi.

Sebagai perawat, Nurdiansyah juga betugas untuk menguatkan mental pasien agar imunitas menjadi kuat.

"Kadang pasien pegang tangan kita. Ketika dia sesak, kita berikan penguatan, kita ajarkan teknik napas dalam agar dia rileks," lanjut dia.

Nurdiansyah sebenarnya perawat yang kerap menangani pasien HIV AIDS dan telah bekerja selama 1,5 tahun di RSPI Sulianti Saroso.

Namun, sejak virus corona mewabah di Indonesia pada awal Maret, ia dan seluruh perawat menangani pasien Covid-19.

"Satu perawat (menangani) dua sampai tiga orang (pasien), tergantung jumlah pasiennya. Tapi sekarang pasien full semua kita pegangnya dua sampai tiga orang (pasien) satu perawat," kata Nurdiansyah.
Selain itu, Nurdiansyah menuturkan bahwa kunci utama melawan Covid-19 adalah dengan melakukan pencegahan.

Perawat dan tenaga kesehatan menjadi garda terakhir ketika seseorang terpaksa terinfeksi Covid-19.

"Tetapi, masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam melakukan pencegahan penularan.

Mari kita lakukan pencegahan dengan baik," tutur dia. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Perawat Berikan Penguatan ke Pasien Covid-19 yang Takut Ditinggal".

APD dari kantung sampah plastik
APD dari kantung sampah plastik (Surya.co.id)

Harapan Sederhana ke Pemerintah

Harapan sederhana perawat pada pemerintah di tengah wabah corona, hanya butuh Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.

Tak muluk-muluk harapan perawat di tengah wabah Covid-19 di Indonesia.

Kepada pemerintah, Nurdiansyah hanya meminta pemerintah untuk melindungi seluruh tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19.

Ia berharap, tidak ada kasus kekurangan stok alat pelindung diri (APD) yang mengharuskan tenaga kesehatan mencari APD sendiri.

 Duka Perawat Pasien Corona, Ikut Tertular, Diusir dari Kontrakan hingga Gugur dalam Tugas

 Cerita Dokter Relawan Covid-19 di Wisma Atlet, Butuh 1 Jam Pakai APD, Tahan Perih hingga Kencing

"Harapannya lindungi teman-teman kami dengan APD yang memang seharusnya. Jangan sampai teman-teman mencari sendiri," kata Nurdiansyah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (19/4/2020).

Tidak hanya itu, Nurdiansyah meminta pemerintah melindungi jam dan rotasi kerja tenaga kesehatan.

Sejak Covid-19 mewabah, tenaga kesehatan bekerja dengan durasi sebagaimana biasanya.

Rotasi atau shift kerja juga tak ada beda dari sebelum adanya corona.

Padahal, saat ini rumah sakit penuh dengan pasien Covid-19.

Untuk mengurangi risiko penularan virus ke tenaga kesehatan, Nurdiansyah meminta diberlakukannya jeda waktu kerja secara berkala bagi tenaga kesehatan.

"Kalau bisa pemerintah harapannya ada waktu kita bekerja tidak seperti biasa, misalnya 14 hari masuk 14 hari libur," ujar Nurdiansyah.

"Karena teman-teman jujur saya sudah sebulan lebih tidak ketemu dengan orangtua karena memang saya khawatir dengan orangtua saya," kata dia.

Meski begitu, sejauh ini Nurdiansyah mengaku bersyukur pemerintah telah memberikan fasilitas penginapan untuk tenaga kesehatan transit dan beristirahat.

Nurdiansyah pun mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencegah penularan Covid-19.

Menurut dia, kunci utama melawan corona adalah dengan masyarakat melakukan pencegahan. Sebab, perawat dan tenaga kesehatan menjadi garda terakhir ketika seseorang terpaksa terinfeksi Covid-19.

"Mari kita lakukan pencegahan dengan baik," kata Nurdiansyah. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harapan Perawat Pasien Covid-19 ke Pemerintah: Lindungi Kami dengan APD".

dan di Tribunnews.com dengan judul Cerita Perawat Kuatkan Pasien Positif Corona yang Takut Ditinggal Sendirian di Ruang Isolasi.


Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved