Mengenal Ri Sol Ju, Istri Kim Jong Un yang Dianggap Menutupi Kekejaman Korea Utara dengan Fashionnya

Ri Sol Ju dalam buku itu juga disebut seperti Jackie Kennedy yang berasal dari kalangan elite.

Ri adalah mantan pemandu sorak dan anggota Unhasu Orchestra, kelompok elite yang dipilih sendiri oleh negara karena penampilan, kesetiaan, dan bakat mereka.

Wanita 30 tahun itu diperkenalkan ke penduduk dunia 7 bulan setelah Kim mengambil alih kekuasaan pada 2011. Saat itu Ri terlihat bersama Kim Jong Un dalam sebuah pertunjukan.

Dari "Kamerad Ri" dia langsung menjadi "Ibu Negara Terhormat" karena lebih sering muncul di sisi suaminya.

Hal yang mengejutkan adalah pakaian ala Barat dan penampilannya yang sangat menyimpang dari praktik masa lalu.

Kakek Kim Jong Un mencerca make-up dan "gaun cantik", dan dalam pemerintahannya wanita dilarang mengenakan celana panjang ketika sedang tidak bekerja.

Sebaliknya, Ri mengenakan blus hijau terang dengan rok ketat pada penampilan pertamanya. The Huffington Post menyebut, "Dia memang stylist!"

Pada kesempatan lain, Ri Sol Ju menyaksikan kontes penerbangan dengan perwira Angkatan Udara Rakyat Korea.

Rambutnya sebagian digulung ke belakang, lipstiknya berwarna pink lembut, dan ia mengenakan gaun biru serta setelan panjang tiga perempat dengan bros berkilau.

Dalam lautan pria yang mengenakan pakaian dinas, Ri mengenakan pakaian warna-warni yang kontras.

Menurut Pak, Ri "menyalurkan Kate Middleton Duchess of Cambridge" dan "membangkitkan keanggunan Jackie Kennedy."

Kim "secara harfiah dan kiasan mendandaninya untuk menjadi Ibu Negara Pyongyang," kata buku itu.

Wanita setinggi 164 cm itu sempat pergi ke Beijing untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping para Maret 2018.

Media China dan Korsel menyoroti pakaian Ri dan warganet China sangat menyukainya. Partai Komunis bahkan kabarnya sampai menyensor Ri karena membuat istri Presiden Xi terlihat buruk.

Ri adalah seseorang yang "memberikan gambaran rezim dengan sisi yang lebih lembut, modis dan humor yang baik untuk menutupi kebrutalan, kelaparan, dan kekurangan yang dialami oleh rakyat," tulis buku itu.