Virus Corona

Sudah Dinyatakan Meninggal & Dikremasi karena Corona, Wanita Ini Mendadak Bangun di Rumah Sakit

Sudah dinyatakan meninggal dunia, seorang wanita asal Ekuador, Amerika latin justru bangun di rumah sakit.

Penulis: Salma Fenty | Editor: Asytari Fauziah
Tangkap Layar video viral
Ilustrasi rumah sakit corona 

TRIBUNMATARAM.COM - Sudah dinyatakan meninggal dunia, seorang wanita asal Ekuador, Amerika latin justru bangun di rumah sakit.

Kejadian itu mungkin terdengar janggal, tetapi benar-benar terjadi.

Ialah Alba Maruri yang sudah dinyatakan meninggal dunia oleh rumah sakit karena Covid-19.

Ia dilarikan ke rumah sakit pada Maret 2020 lalu di Guayaquil, kota terbesar dengan kasus corona terbanyak dalam kondisi kritis.

Maruri kehilangan kesadaran setelah tiga pekan dirawat di rumah sakit.

POPULER Kapan Corona Berakhir di Indonesia? Diprediksi Juli 2020 Asal Larangan Mudik Dipatuhi

Demi Bisa Makan saat PSBB Corona, Tukang Ojek Rela Dibayar Terserah Penumpang Saking Sepinya Order

Sebelumnya, ia dibawa dalam kondisi susah bernapas dan demam.

Perempuan 74 tahun itu kemudian dinyatakan meninggal dunia pada 27 Maret 2020.

Keluarga pun terpukul dengan kematian Maruri.

Karena ketidakmampuan rumah sakit dan pemerintah menangani korban tewas corona di Ekuador, keluarga terpaksa turun tangan sendiri.

Ilustrasi jenazah
Ilustrasi jenazah (Tribunnews.com)

Seminggu kemudian jenazah Maruri dibawa pulang.

Tetapi karena takut tertular, mereka tak berani mendekati dan menyentuhnya.

Dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com, Sabtu (25/4/2020), saat itu jenazah yang diduga adalah Maruri hanya nampak di bagian punggung, bukan wajahnya.

Keponakannya, Jaime Morla, menuturkan dia mengira jenazah itu bibinya, dan langsung memberitahukannya ke rumah sakit karena dia terlalu takut melihat wajahnya.

"Saya berada sekitar 1,5 meter. Dia punya rambut, kulit yang sama.

Bahkan, dia juga punya luka seperti yang diperoleh bibi saya," jelas Morla.

Akhirnya, jasad itu dibawa oleh keluarga Maruri dan dibawa untuk dikremasi, hingga Maruri sadar pada Kamis waktu setempat (23/4/2020).

Begitu terbangun, Maruri segera memberitahukan dokter siapa dia, dan meminta mereka untuk menghubungi saudaranya, Aura.

Keponakannya lain wanita itu, Juan Carlos Ramirez mengungkapkan tim medis segera pergi ke rumah Maruri untuk memberitahukan kesalahan itu.

"Hingga saat ini, mereka masih belum mengetahui jenazah siapa yang sudah kami bawa dan telanjur kami kremasi itu," ucap Ramirez.

Keluarga itu berencana menuntut rumah sakit atas biaya kremasi yang mereka keluarkan, dan juga rasa panik sudah mengambil jenazah yang lain.

Kepada media lokal Ekuador, saudari Maruri mengatakan rumah sakit memberi tahu mereka soal kabar baik itu, termasuk laporan dia akan dipulangkan.

"Ini keajaiban. Selama hampir sebulan, kami mengira dia sudah meninggal, Bayangkan. Belum lagi saya punya abu orang lain di rumah saya," kata Aura.

Otoritas di kota pelabuhan Guayaquil mencatat, ada 22.000 kasus positif Covid-19 dengan 576 di antaranya dinyatakan sudah meninggal.

Pemerintah setempat berujar, terdapat 1.060 kematian lain yang mungkin karena virus corona.

Seperti diketahui, Ekuador adalah negara terdampak terparah di Amerika Latin setelah Brasil.

Ekuador menjadi salah satu negara yang paling terdampak pandemi virus corona.

Padahal pada awal April lalu dilaporkan hanya ada sekitar 500 warga yang meninggal karena wabah.

Namun dalam beberapa hari terakhir, berbagai media Internasional seperti BBC Internasional, NPR dan CNN Internasional menyebut jumlah korban ternyata bisa mencapai 10 kali lipat dari laporan resmi.

Bahkan ada yang menyebutkan bahwa jumlah total kematian karena virus corona Covid-19 mencapai 6.700 orang di dua minggu pertama April 2020.

Kawasan Guayas disebut sebagai wilayah yang paling banyak terdampak.

Tak hanya hanya di Ekuador, tetapi di seluruh Amerika Latin diprediksi merasakan dampak wabah virus corona minimal dua kali lipat dari laporan resmi.

-
- (BBC)

Namun kematian yang tertulis disebut tidak hanya terkait Covid-19, tetapi termasuk dampak yang disebabkan olehnya.

Layanan kesehatan setempat lumpuh karena pandemi yang membuat pasien selain virus corona yang juga menumpuk.

Dalam beberapa laporan mengatakan bahwa banyak pasien dengan kondisi kesehatan selain wabah tidak dapat mendapatkan layanan kesehatan yang seharusnya.

 

-
- (BBC)

Mayat bergelimpangan di pinggir jalan

"Kami sudah melihat orang meninggal di mobil, di ambulans, di rumahnya, di jalanan," kata Katty Mejía, seorang pekerja di rumah duka di Guayaquil, ibu kota negara bagian dan kota terbesar di Ekuador, menyadur dari BBC.

"Salah satu alasan mereka tidak dirawat di rumah sakit karena alasan kekurangan tempat tidur."

"Jika mereka ke klinik swasta, mereka harus membayar dan tidak semua orang punya uang," katanya.

Dalam masa pandemi di kota dengan populasi 2,5 juta penduduk itu, rumah duka kewalahan, bahkan sebagian harus tutup sementara karena pekerjanya ketakutan terjangkit virus.

Kerabat yang putus asa membiarkan mayat tergeletak di depan rumah.

Sementara sebagian lain membiarkannya di tempat tidur di dalam rumah hingga berhari-hari.

Kota Guayaquil juga mulai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat, memaksa sebagian orang untuk membawa jenazah kerabat ke kota tetangga untuk dimakamkan di sana.

Kebutuhan untuk menguburkan jenazah sangat tinggi hingga sebagian warga menggunakan kotak karton sebagai peti mayat.

Kini, narapidana juga membuat peti mati dari kayu.

 

Lenin Moreno - Presiden Ekuador.
Lenin Moreno - Presiden Ekuador. (Wikimedia)

Kepala Negara sebut negara telah 'gagal'

President Ekuador, Lenín Moreno mengakui negara telah gagal mengatasi krisis kesehatan yang mereka hadapi.

Hingga 16 April lalu, pemerintah yakin hanya 400 orang meninggal dunia karena virus corona.

Tapi setelah Satuan Tugas Gabungan Virus Corona mengumpulkan semua data, gambaran besarnya berubah.

"Dengan angka yang kita dapat dari Kementerian Dalam Negeri, tempat pemakaman umum, kantor pencatatan sipil dan tim kami, kami sudah menghitung setidaknya 6.703 kematian di Guayas di 15 hari pertama pada April," kata Jorge Wated, kepala Satgas pemerintah.

"Rata-rata mingguan di sini mencapai 2.000."

"Jadi kami sudah merekam 5.700 kematian dari biasanya."

Tidak semua kematian di Guayas terkait langsung dengan Covid-19.

Sebagian orang meninggal karena gagal jantung, masalah ginjal, atau masalah kesehatan lain yang memperburuk kondisi karena tidak segera ditangani.

 

-
- (BBC Indonesia)

Isu pembakaran mayat karena tak ada tempat peristirahatan terakhir

Pemerintah Ekuador sedang menyelidiki ribuan akun media sosial yang diduga menyebar hoaks atas kasus Covid-19 di Ekuador.

Berita yang diakui pemerintah sebagai hoaks tersebut disinyalir bertujuan mengacaukan pemerintahan Presiden Lenin Moreno yang sedang menangani virus corona.

Menteri Dalam Negeri Maria Paula Romo pada Rabu (1/4/2020) mengatakan kepada radio lokal, unggahan-unggahan di media sosial tersebut dihasilkan dari upaya terkoordinasi oleh "kelompok politik".

Unggahan yang dimaksud di antaranya adalah foto-foto dugaan pemakaman massal untuk korban meninggal Covid-19 di Ekuador.

"Ada kampanye berita palsu, rencana untuk menghasilkan kekacauan melalui jejaring sosial," kata Romo dikutip dari National Post, Jumat (3/4/2020).

Kemudian, terkait foto-foto pemakaman massal di Kota Guayaquil, pemerintah mengatakan, foto itu adalah sebuah pemakaman di Meksiko pada 2018.

Guayaquil adalah pusat penyebaran Covid-19 di Ekuador.

Pihak pemakaman Guayaquil dan polisi mengonfirmasi bahwa foto-foto itu tidak diambil di sana.

Pemerintah juga membantah gambar lain yang menunjukkan korban Covid-19 dibakar, dengan mengatakan bahwa itu sebenarnya membakar ban.

Dalam pemberitaan Washington Post pada 3 April, terdapat satu kesaksian dari seorang warga Ekuador yang mengaku melihat korban Covid-19 dibakar.

"Setiap hari bertambah buruk. Kami melihat mereka membakar mayat di jalan. Tidak ada yang menjemput mereka di rumah-rumah... Satu-satunya pilihan adalah meninggalkan orang tercinta mereka di jalanan atau di rumah sakit (jika mereka meninggal di sana)," ungkap Diego Diaz Chamba.

Sempat beredar pula video tentang warga Ekuador yang tampak putus asa sehingga membakar anggota keluarga mereka yang meninggal karena Covid-19. (TribunMataram.com/ Salma Fenty)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Beredar Foto Warga Bakar Korban Covid-19, Pemerintah Ekuador: Itu Bakar Ban".

BACA JUGA: Tribunnews.com dengan judul Keluarga Kaget Saat Wanita Bangun di Rumah Sakit, Dikira Sudah Meninggal & Jenazah Sudah Dikremasi

Sumber: Tribun Mataram
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved