Viral Hari Ini
Kisah Pilu Pasutri Buruh Tani, Sakit-sakitan di Gubuk Reyot, Malah Tak Dapat Bansos Pemerintah
Bantuan sosial yang dijanjikan pemerintah bahkan sama sekali tak mereka terima, dan justru diterima tetangga mereka yang hidup lebih layak.
Dalam menjalani rutinitasnya Nasir mengandalkan sepeda ontel warisan orangtuanya yang tetap terawat dan digunakan sehari-hari.
Selain banting tulang bekerja sebagai petani, Nasir juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga sambil merawat istrinya.
Punya KIS, tapi tak tersentuh bantuan pemerintah
Penderitaan hidup pasutri ini nyaris tak tersentuh bantuan pemerintah.
Meski mereka mendapat jaminan Kartu Indonesia Sehat (KIS) namun bantuan lainnya tak pernah mereka dapatkan.
Meski pun di masa pandemi Covid-19.
"Kalau bantuan belum pernah ada, baik BLT (bantuan Langsung Tunai) atau BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) yang dikucurkan pemerintah," kata Nasir.
Saat Kompas.com mempertanyakan Bantuan Sosial Tunai (BST) senilai Rp 600.000 terkait penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Nasir juga mengaku tak mendapatkan bantuan tersebut.
"Pokoknya kami belum pernah dapat bantuan dari pemerintah padahal ada kabar bahwa saya akan dapat Rp 600.000 karena virus corona tetapi nyatanya tidak ada ternyata yang dapat cuma beberapa tetangga," kata Nasir.
Meski tak menerima bantuan, pasutri ini tetap merasa bersyukur sebab mereka masih bisa bernapas, serta Nasir masih bisa bekerja meski dengan segala keterbatasan.
"Kami tetap bersyukur walau pun tidak terima bantuan. Sebab Allah masih memberikan kami kebebasan untuk bernapas dan mudah-mudah penyakit isteri saya bisa sembuh," pungkas Nasir.
Rumah penerima BST lebih layak dari gubuk Nasir
Kompas.com kemudian mengunjungi beberapa rumah penerima BST Covid-19 di Dusun Borongunti, Desa Maccinibaji.
Dari pantauan Kompas.com, penerima BST rata-rata berpenghasilan cukup dan memiliki rumah permanen.
"Saya juga tidak tahu kenapa saya dapat BST," kata salah seorang penerima BST yang identitasnya tidak ingin dipublikasikan kepada Kompas.com.