Virus Corona
Curhatan Relawan Covid-19 di NTT 3 Bulan Belum Pulang dan Hanya Bisa Video Call Keluarga di Rumah
Sudah tiga bulan 10 relawan tenaga kesehatan di Sikka, NTT, belum pernah pulang karena bertugas berjaga di ruang isolasi pasien Covid-19.
TRIBUNMATARAM.COM - Sudah tiga bulan 10 relawan tenaga kesehatan di Sikka, NTT, belum pernah pulang karena bertugas berjaga di ruang isolasi pasien Covid-19.
Para relawan ini sejak awal April ditugaskan di ruang isolasi.
Salah satu relawan, Adelfonsa Lenora mengatakan, ada suka dan duka yang dia rasakan selama bertugas.
"Tiga bulan ini belum pernah pulang ke rumah, rindu sekali jumpa keluarga.
• Sempat Banjir Hujatan karena Bikin Geger, Akhirnya Indira Kalistha & Suamnya jadi Relawan Covid-19
• Cerita Dokter Relawan Covid-19 di Wisma Atlet, Butuh 1 Jam Pakai APD, Tahan Perih hingga Kencing
Tetapi ini tugas yang harus kami jalani. Kalau kangen keluarga di rumah, kami hanya bisa kontak via video call.
Meski hanya lewat handphone, rindu kami sedikit terobati," ujar Adelfonsa kepada Kompas.com, di depan ruang isolasi pasien Covid-19, RSUD Maumere, Selasa siang.
Tak merasa takut
Adelfonsa dan para relawan lainnya setiap hari selalu berinteraksi dengan para pasien Covid-19.
Mereka menganggap para pasien seperti orang biasa.
Bagi mereka, pelayanan yang prima hal utama.
Pelayanan yang baik membuat para pasien merasa nyaman berada di ruang isolasi dan tentu saja mempercepat kesembuhan.
• Meski Sudah Capai 23.472 Orang, Pendaftaran Relawan Covid-19 Masih Dibuka, Tenaga Medis Diutamakan
Adelfonsa dan kawan-kawan berharap semua pasien Covid-19 segera sembuh.
Harapan paling besar pandemi Covid-19 ini segera berakhir.
Ikut Bertugas Rawat Pasien Covid-19, Perawat Ini Juga Sumbang Gajinya untuk Warga Terdampak Corona
Elisabet Wahyu Ajar Wulan (28), terketuk hati untuk menyumbangkan seluruh gajinya untuk warga terdampak virus corona atau Covid-19 di Magelang, Jawa Tengah.
Padahal, Wahyu panggilan akrabnya, adalah seorang perawat yang setiap hari menangani pasien dan sangat riskan terpapar virus.
Perempuan asal Dusun Bulu, Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang itu bekerja IGD RS Panti Rapih Yogyakarta.
• Tangis Haru Perawat RSPAD Saat Melihat Anak di Rumah Lewat Video Call: Bunda Cepat Pulang Ya
Meski berada di garis depan penanganan corona, namun ia merasa ada yang tidak seberuntung dirinya.
Mereka adalah para pekerja yang dirumahkan, bahkan di-PHK oleh perusahaan sebagai imbas pandemi corona.
Ia pun memutuskan untuk memberikan gajinya bulan April 2020 untuk setidaknya meringankan beban mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia mengaku masih memiliki tabungan.
“Saya lihat banyak yang kehilangan pekerjaannya karena di-PHK atau dirumahkan dan masih banyak lagi yang lain.
Untuk itu, saya tergerak membantu sesama terkait dampak dari pandemi ini,” ujar Wahyu, dihubungi Minggu (26/4/2020).
Lebih lanjut, keinginannya berdonasi juga terinspirasi dari seorang kawannya bernama Ismanto yang rela menukar karya-karya seninya dengan bahan pangan, untuk kemudian disumbangkan kepada warga terdampak pandemi.
Sumbangan Wahyu pun disalurkan melalui sanggar Gandhung Mlati Magelang, milik kawannya itu.
Wahyu menceritakan, saat pandemi ini, mereka yang bertugas di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) setiap hari dirundung khawatir karena harus menangani pasien langsung.
Meskipun saat bekerja Wahyu mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap namun rasa cemas selalu ada.
Kecemasan itu bukan tanpa alasan, sebab selain virus yang bisa saja menginfeksi dirinya tapi juga orang lain yang ia temui.
Belum lagi stigma sebagian masyarakat terhadap tenaga kesehatan saat ini.
• Duka Perawat Pasien Corona, Ikut Tertular, Diusir dari Kontrakan hingga Gugur dalam Tugas
Usai bertugas, Wahyu tidak bisa langsung pulang ke rumah kosnya di Yogyakarta. Ia harus mandi dan mencuci semua pakaiannya di laundry rumah sakit.
Setelah semua beres, ia baru bisa pulang ke kos. Beruntung ia memiliki teman kos yang mendukungnya.
“Saya mengedukasi teman-teman kos. Saya dalam bekerja memakai APD lengkap, setelah selesai bekerja mandi rumah sakit, pakai langsung di-laundry.
Setelah bersih semua baru pulang ke kos. Teman-teman di kos mendukung saya,” ujarnya alumni Stikes ST Elisabrth Semarang, itu.
Menjadi perawat sejak 2016 memang sudah menjadi cita-citanya. Wahyu ingin bisa mengedukasi masyarakat terkait kesehatan dan pola hidup sehat.
Apalagi, di sekitar tempat tinggalnya tenaga kesehatan masih sedikit.
“Ya agar bisa membantu edukasi kepada masyarakat terkait kesehatan, pola hidup sehat, pola hidup bersih.
Kemudian, upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat karena di daerah sekitar dimana saya tinggal tenaga kesehatan masih sedikit,” katanya. (Kompas.com/ Kontributor Maumere, Nansianus Taris/ David Oliver Purba/ Kontributor Magelang, Ika Fitriana /Khairina)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Bulan Tak Pulang ke Rumah, Relawan Covid-19: Rindu Sekali Jumpa Keluarga" dan "Cerita Elisabet, Perawat yang Rela Berikan Gaji untuk Warga Terdampak Corona"
BACA JUGA: Tribunnewsmaker.com dengan judul 3 Bulan Belum Pulang dan Hanya Bisa Video Call Keluarga, Ini Curhatan Relawan Covid-19 di NTT
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/mataram/foto/bank/originals/virus-corona.jpg)