Korban Penculikan Duda 3 Anak Ngaku Trauma dengan Ibu, Tak Mau Bertemu, MInta Rawat Bayinya Sendiri

F, korban penculikan duda anak tiga di Cengkareng, Jakarta Barat mengaku trauma dengan ibu kandungnya.

(Humas Polres Jakarta Barat )
Konferensi pers kasus penculikan anak dibawa umur dan pemerkosaan di Polres Metro Jakbar, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (21/8/2020) 

TRIBUNMATARAM.COM - F, korban penculikan duda anak tiga di Cengkareng, Jakarta Barat mengaku trauma dengan ibu kandungnya.

F bahkan enggan untuk bertemu dengan ibunya sendiri dan memilih berada di bawah perlindungan KPAI.

Ia juga meminta bayinya yang kini dirawat oleh ibunya untuk diserahkan padanya.

Ilustrasi penculikan anak
Ilustrasi penculikan anak (Tribunnews)

Ditemukan, Fisik Bocah 14 Tahun yang Dibawa Kabur Duda Memprihatinkan, Baru Melahirkan Dicabuli Lagi

Fakta Lengkap Remaja SMP Dibawa Kabur Duda, Kronologi Awal hingga Pelaku Terancam 15 Tahun Penjara

Permasalahan yang dialami F, remaja 14 tahun asal Cengkareng, Jakarta Barat, semakin pelik.

Setelah diperkosa lalu hamil dan melahirkan, kemudian diculik ke Sukabumi oleh seorang pria berinisial W (41), F juga harus menghadapi trauma terhadap ibu kandungnya sendiri.

F bahkan tak mau menemui R, ibu kandungnya, meski telah berbulan-bulan berpisah.

"Kemaren (R) datang sama kami, tapi si anak enggak mau ketemu orangtuanya," kata Komisioner KPAI, Putu Elvina, Senin (25/8/2020).

Putu mengatakan, ada berbagai alasan yang disebutkan F kepada mereka tentang mengapa ia menolak bertemu ibu kandungnya itu.

Salah satu alasan yang disebutkan yaitu F pernah mengalami kekerasan yang dilakukan ibunya. Hal itu menjadi traumatis bagi si anak. Karena itu untuk sementara ia merasa tidak ingin bertemu dengan ibunya.

F bahkan meminta KPAI agar anaknya yang selama ini dirawat ibunya semasa dia diculik untuk dirawat oleh dirinya sendiri.

"Kemaren dia ngomong sama kai minta anaknya yang lagi dirawat sama ibunya. Mau dirawat sendiri katanya," kata Putu.

Namun, permohonan itu tak dikabulkan KPAI. Alasannya, F terlalu belia untuk merawat seorang anak.

"Tapi ya sementara anaknya itu tetap kami biarkan dirawat ibunya (R). Soalnya beban psikologis F ini banyak, pengalaman sama orangtuanya, sama si W ini, terus juga harus jadi ibu. Itu akan menguras psikologisnya," ucap Putu.

Untuk sementara, F menjalani rehabilitasi di rumah aman guna mendapatkan pemulihan kondisi psikologisnya.

Selain mendapatkan bantuan dari psikolog, rencananya ia akan belajar di sana agar setelah keluar nanti bisa kembali bersekolah.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved