Kisah Manis, Pedagang Online dari Lereng Gunung yang Harus Jalan Puluhan Kilometer Demi Dapat Sinyal
Bukan hal yang mudah bagi Manis mencoba membangun bisnis jualan kopi online untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
TRIBUNMATARAM.COM - Bukan hal yang mudah bagi Manis mencoba membangun bisnis jualan kopi online untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hidup di lereng gunung yang jauh dari jangkauan, membuat Manis harus rela berjalan berkilo-kilometer hanya untuk mendapatkan sinyal.
Bagi penjual kopi online, sinyal menjadi yang paling penting bagi Manis.

Merintis usaha bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, namun dengan memiliki semangat dan tekat yang kuat bisa menjadi kunci utama ketika menjalankan bisnis.
• Geger Pulau Pendek di Buton Dijual Murah di Situs Belanja Online, Cuma Rp 36.500 per Meter Persegi
• Kisah Novi Sang Juara Kelas yang Tak Miliki Ponsel Pintar untuk Belajar Online, Harus Berjalan 1 Jam
Hal ini jugalah yang dirasakan oleh Manis yang merupakan pengusaha rintisan kopi yang diberi nama Pustaka Kopi Masboy.
Hidup di pelosok desa dan sulitnya mendapatkan sinyal, tidak membuat pemuda berusia 25 tahun ini patah semangat menjalankan usaha rintisannya itu.
Kepada Kompas.com ia menceritakan asal-muasal tercetusnya ide untuk membuka usaha kopinya tersebut.
Wabah Covid-19 yang menghantam seluruh wilayah di Indonesia termasuk di Balikpapan, tempatnya bekerja, memaksa dia pulang ke kampung halamannya di Probolinggo tepatnya di lereng Gunung Argopuro, Jawa Timur.
"Karena ada pendemi saya harus pulang dan mengamankan diri di kampung saya. Eh pas di kampung, saya bingung, enggak ada pendapatan karena enggak kerja, sementara kalau mau pergi lagi ke Balikpapan, masih takut karena pandemi masih ada," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).
Di Balikpapan, Manis awalnya bekerja sebagai penjual kosmetik, lalu ia banting stir membuka usaha kopi lantaran jumlah pemasukan dari bisnis kosmetiknya menipis dan tidak adanya perkembangan.
Bisnis kopi yang ia jalani dulu diberi nama Kopi Masboy, ia menjual berbagai macam jenis kopi dengan target pasar adalah para pengusaha cafe kopi yang tidak memiliki alat untuk menghancurkan kopi alias mesin roasting.
Namun karena adanya Covid-19 yang membuat sejumlah cafe-cafe ditutup di wilayah Balikpapan, membuat omzetnya drastis menurun. Cashflow-nya pun ikut terganggu dan mengharuskan dia harus menutup bisnis kopinya.
"Di Balikpapan saya cukup lama, bisnis kosmetik dulu saya jalani baru buka bisnis kopi.
Kopi saya dulu udah lumayan cukup terkenal, banyak yang beli. Tapi karena cafe-cafe di sana pada tutup sejak PSBB, omzet saya tumbang, makanya saya paksa tutup dan saya pulang ke kampung saya,"katanya.
Pada saat itu Manis hampir tidak memiliki uang sama sekali, untungnya dia masih memiliki sedikit uang yang cukup untuk membeli tiket pulang ke kampungnya.