Guru Jadi Pemenang Pertama Kuis Who Wants To Be a Millionaire setelah 14 Tahun, Cuma Pakai 1 Bantuan
Setelah 14 tahun, kuis Who Wants To Be a Millionaire? akhirnya kembali mencetak pemenang baru.
Selain itu, tambah dia, semua guru di sekolahnya juga berkata demikian kepadanya sehingga membuatnya semakin semangat.
Gagal lolos SNMPTN
Waktu yang dinanti pun tiba, tetapi takdir berkata lain, Rayhan dinyatakan gagal diterima melalui jalur SNMPTN.
Saat itu, dia memilih Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika (STEI) ITB dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.
Dia pun sempat merasa semua prestasi yang pernah ia raih semasa duduk di bangku SMA menjadi sia-sia dan tak berguna.
"Seolah olah, prestasi prestasi yang sudah saya capai selama 3 tahun di SMA menjadi sia sia. Walaupun saya yakin tidak ada yang sia-sia," kata Rayhan.
Karena apa yang dia impikan tidak terwujud, Rayhah membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menenangkan diri dan mencoba bangkit.
"Lagi pula hasil juga sudah mutlak, kan?" tanya Rayhan kepada diri sendiri.
Setelah sedikit melupakan kegagalannya di SNMPTN, Rayhan akhirnya memfokuskan diri untuk belajar lebih giat agar bisa lolos di jalur berikutnya, yakni SBMPTN.
Intensitas belajar, lanjut Rayhan, ditingkatkan hingga memakan waktu belasan jam dan berakibat kurangnya waktu istirahat.
"Saya belajar sampai 12 jam saya lakuin dengan waktu tidur hanya 4-5 jam. Saya benar benar tidak mau gagal di SBMPTN," jelas Rayhan.
• Pernyataan Cinta Berujung Tragis, Pria 24 Tahun Meninggal Setelah Foto Bersama Kekasihnya
Stroke, Buat Ayahnya Meninggal Dunia
Bayang-bayang gagal SNMPTN belum sepenuhnya hilang dari benak Rayhan, kini dia diberikan cobaan yang lainnya ketika sang ayah menghadap ke Sang Ilahi.
Ayah Rayhan pergi untuk selama-lamanya karena penyakit stroke yang telah lama dideritanya.
"Papa saya meninggal akibat serangan stroke yang dideritanya. Papa bukan hanya seorang ayah buat saya, tapi beliau seorang teman," ungkap Rayhan.
Rayhan menambahkan, setiap kali dirinya merasa lelah semasa berjuang di ajang OSN lalu, orang pertama yang selalu mendukung dan memotivasinya untuk lebih semangat adalah sang ayah.
Sang ayah, Rayhan melanjutkan, walau tidak memiliki latar belakang pendidikan Fisika, tetapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik.
Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya.
"Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.
Gagal lolos SBMPTN

Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental.
Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan.
Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia.
Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.
Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).
Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari diumumkannya hasil SBMPTN.
"Pengumuman SBMPTN pun berlangsung, dan akhirnya saya dinyatakan gagal lolos seleksi. Three times strikes out. Gagal SNMPTN, papa meninggal dan gagal SBMPTN," sesal Rayhan.
Ada Kebahagiaan Setelah Air Mata
Seolah olah, kata Rayhan, kebahagiaan yang ia peroleh pada 2019 digantikan menjadi sebuah ujian pada 2020 ini.
Ia sempat berpikir bahwa Sang Kuasa sangat mudah membalikkan keadaan manusia dari titik tertinggi (kebahagiaan) menjadi titik terendah (ujian dari Tuhan).
Namun, Rayhan juga berpikir bahwa Sang Pencipta uga akan mudah membalikkan kondisi seseorang dari titik terendah, menjadi titik tertinggi.
"Alhamdulillah, saya diberi ujian. Berarti Tuhan masih memperhatikan saya. Saya percaya pasti akan ada kebahagiaan yang datang ke saya," jelas Rayhan.
Setelah semua ujian berhasil ia lewati, Rayhan pun mendapat kebahagiaan setelahnya.
Agustus 2020 ini, seolah menjadi bulan baik baginya karena Rayhan berhasil diterima di banyak universitas, bahkan beberapa di antaranya adalah universitas ternama.
"18 Agustus saya diterima di Teknik Mesin UI (Jalur Simak) dan Teknik Mesin UNS (Jalur Prestasi), 23 Agustus diterima di Fakultas Kedokteran UNPAD (jalur Prestasi).
Diterima juga di Universitas Bina Nusantara (BINUS) dengan beasiswa full, diterima melalui jalur prestasi untuk kuliah di Ilmu Biomedis Universitas Andalas, Padang," jelas Rayhan.
Akhirnya Tidak Merantau
Dengan banyaknya universitas yang menerimanya itu, Rayhan sempat kebingungan untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinya.
Akhirnya, Rayhan memilih kuliah di jurusan Teknik Mesin, Universitas Indonesia (UI).
Terdapat alasan utama mengapa Rayhan memilih UI sebagai tempat berikutnya menimba ilmu.
"Papa saya baru meninggal 4 bulan yang lalu. Tanggung jawab keluarga sekarang ada di saya. Walaupun saya anak bungsu, tetapi saya satu satu nya laki-laki di keluarga. Jadi saya mikirin juga untuk enggak mau merantau dan sebisa mungkin kuliah di tempat yang terdekat," jelas Rayhan.
"Apalagi sekarang peran Papa harus saya gantikan," imbuh dia.
Rayhan berharap, kisahnya yang ramai di media sosial ini bisa memotivasi para siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
(Kompas.com/ Aditya Jaya Iswara) (TribunMataram.com/ Asytari Fauziah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Dia Pemenang Pertama Kuis Who Wants To Be a Millionaire? dalam 14 Tahun".