Berita Terpopuler
POPULER Pakai 1 Bantuan, Guru Ini Pemenang Pertama dalam 14 Tahun Kuis Who Wants To Be a Millionaire
Setelah 14 tahun, kuis Who Wants To Be a Millionaire? akhirnya kembali mencetak pemenang baru.
TRIBUNMATARAM.COM - Setelah 14 tahun, kuis Who Wants To Be a Millionaire? akhirnya kembali mencetak pemenang baru.
Ia adalah seorang guru sejarah dan politik bernama Donald Fear (57).
Fear bahkan membuat sang host kagum lantaran seolah seperti kamus berjalan dan Google berjalan.

• POPULER Viral Guru Honorer Kerja Tanpa Digaji 2 Tahun, Kepsek Sebut Upah Hanya Terlambat Diberikan
• Sempat Disebut Pengusaha, Pemenang Lelang Motor Listrik Jokowi Ternyata Buruh, Bingung Ditagih 2,5 M
Diberitakan The Guardian pada Jumat (11/9/2020), pemenang akan bepergian mengelilingi Inggris dan berencana membelanjakan hadiah 1 juta poundsterling (Rp 19,17 miliar) untuk membeli mobil.
Donald Fear (57) yang menjadi pemenang kuis legendaris itu bekerja sebagai guru sejarah dan politik.
Pria yang tinggal di Telford ini menjawab dengan benar pertanyaan terakhir atau ke-15, tentang kematian seorang bajak laut terkenal pada 1718.
Ayah empat tersebut adalah juara keenam dalam 22 tahun sejarah kuis Who Wants To Be a Millionaire? di Inggris.
Kakak laki-lakinya, Davyth, tahun lalu memenangkan 500.000 pounds (Rp 9,5 miliar) dari kuis itu juga.
Setelah kemenangannya, Fear dan Debs sang istri memulai perjalanan di sepanjang pantai Northumberland.
Mereka sebelumnya berencana ke Spanyol mengunjungi Santander, Bilbao, dan Pamplona lalu lanjut ke Pyrenees, tapi gagal karena pandemi virus corona.
Jeremy Clarkson selaku pembawa acara mengatakan, Fear seakan-akan "Encyclopaedia Britannica di hadapanku" dan menambahkan, "Ini Google di depanku."
Pertanyaan terakhir yang dijawab benar adalah, "Pada 1718 bajak laut mana yang tewas dalam pertempuran di lepas pantai yang sekarang menjadi North Carolina?"
Jawabannya adalah Blackbeard. "Saya orang yang hafal tanggal," kata Fear.
"Anda tidak akan menjadi guru sejarah selama 33 tahun tanpa mengetahui beberapa tanggal, dan tanggal-tanggal di 1718 juga Blackbeard langsung terlintas di kepalaku."
Fear hanya menggunakan satu opsi bantuan yakni 50:50 dan tidak memakai dua bantuan lainnya yakni Phone a Friend dan Ask the Host.
Episode ini ditayangkan dalam rekaman karena tidak ada penonton di studio guna menghindari Covid-19.
Sebagai gantinya, kontestan bisa dua kali melakukan Phone a Friend sebagai pengganti Ask the Audience.
Selain pertanyaan Blackbeard, pertanyaan-pertanyaan lain yang sangat menjebak adalah, "Konstruksi bangunan terkenal mana yang selesai pertama kali?"
Pilihannya: Empire State Building, Royal Albert Hall, Menara Eiffel, atau Menara Jam Big Ben.
Jawabannya adalah Menara Jam Big Ben.
Lalu, "Siapakah satu-satunya politisi Inggris yang pernah memegang keempat jabatan tinggi negara selama karier mereka?"
Pilihannya: Davod Lloyd George, Harold Wilson, James Callaghan, atau John Major.
Jawabannya adalah James Callaghan.
Viral Juara Olimpiade Internasional yang Gagal SNMPTN
Nasib kurang menyenangkan dialami seorang juara olimpiade yang malah gagal kuliah lewat SNMPTN dan SBMPTN, bahkan sang ayah meninggal dunia bersamaan.
Bak sudah jatuh tertimpa tangga, inilah kisah pilu seorang juara Olimpiade yang pernah gagal SNMPTN dan SBMPTN hingga kehilangan ayahnya.
Kisahnya viral di Twitter dan menuai perhatian dari warganet.
Menjadi juara Olimpiade tentu sebuah prestasi yang sangat membanggakan.
Apalagi jika Olimpiade yang diikuti bertaraf Internasional.
• Daftar Portal Pengumuman UTBK SBMPTN Terbaru 2020 di Sini, UGM, UI, Unair, Undip, ITB, Pukul 15.00
Tak hanya mengharumkan nama bangsa dan keluarga, masa depan sang juara pun akan cemerlang dan diharapkan tak ada aral melintang.
Tapi siapa sangka, keberuntungan seperti itu bahkan tak didapatkan oleh juara Olimpiade bernama Rayhan Danendra Wiracalosa.

Rayhan Danendra Wiracalosa lalu membagikan kisah kegagalannya itu ke Twitter pada 28 Agustus 2020 lalu.
Unggahan tersebut dibagikan oleh akun Twitter @wiracalosa yang tidak lain adalah sang penyandang status gelar juara olimpiade internasional tersebut.
Ia adalah Rayhan Danendra Wiracalosa, yang membagikan kisahnya saat gagal melanjutkan studi ke perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN.
Hingga berita ini diturunkan, unggahan Rayhan tersebut telah di retweet lebih dari 12.000 kali dan disukai lebih dari 52.000 kali.
Ini kisah Rayhan seperti dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com
Bercita-cita jadi juara di Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Saat dihubungi Kompas.com secara langsung, Rayhan mengaku sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia bermimpi menjadi juara di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Seiring berjalannya waktu, mimpi Rayhan itu pun terwujud di tahun 2019 ketika meraih medali perak bidang Fisika di OSN 2019, Manado.
Berkah dari menjuarai ajang tersebut, Rayhan mendapat kesempatan untuk mewakili daerahnya ke ajang olimpiade internasional.
"Sekaligus saya terpilih untuk mewakili DKI Jakarta di ajang International Olympiad of Metropolises 2019, Moscow," ucap Rayhan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/9/2020).
• Kronologi Guru Honorer Cabuli Siswi SMP saat Olimpiade Sains, Korban Berteriak Lari dari Kamar Hotel
Bukan hanya sebagai pelengkap, Rayhan membuktikan bahwa dirinya memang berprestasi dengan mendapat medali perunggu di bidang fisika pada ajang internasional itu.
Berbekal prestasi yang ia raih di olimpiade nasional dan internasional tersebut, Rayhan sangat optimistis dapat diterima pada jalur undangan saat seleksi masuk perguruan tinggi.
"Setelah semua prestasi yang saya raih, ditambah juga saya bisa menjaga nilai sekolah saya. Saya awalnya optimistis untuk diterima di jalur SNMPTN (undangan)," kata Rayhan.
Selain itu, tambah dia, semua guru di sekolahnya juga berkata demikian kepadanya sehingga membuatnya semakin semangat.
Gagal lolos SNMPTN
Waktu yang dinanti pun tiba, tetapi takdir berkata lain, Rayhan dinyatakan gagal diterima melalui jalur SNMPTN.
Saat itu, dia memilih Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika (STEI) ITB dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.
Dia pun sempat merasa semua prestasi yang pernah ia raih semasa duduk di bangku SMA menjadi sia-sia dan tak berguna.
"Seolah olah, prestasi prestasi yang sudah saya capai selama 3 tahun di SMA menjadi sia sia. Walaupun saya yakin tidak ada yang sia-sia," kata Rayhan.
Karena apa yang dia impikan tidak terwujud, Rayhah membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menenangkan diri dan mencoba bangkit.
"Lagi pula hasil juga sudah mutlak, kan?" tanya Rayhan kepada diri sendiri.
Setelah sedikit melupakan kegagalannya di SNMPTN, Rayhan akhirnya memfokuskan diri untuk belajar lebih giat agar bisa lolos di jalur berikutnya, yakni SBMPTN.
Intensitas belajar, lanjut Rayhan, ditingkatkan hingga memakan waktu belasan jam dan berakibat kurangnya waktu istirahat.
"Saya belajar sampai 12 jam saya lakuin dengan waktu tidur hanya 4-5 jam. Saya benar benar tidak mau gagal di SBMPTN," jelas Rayhan.
• Pernyataan Cinta Berujung Tragis, Pria 24 Tahun Meninggal Setelah Foto Bersama Kekasihnya
Stroke, Buat Ayahnya Meninggal Dunia
Bayang-bayang gagal SNMPTN belum sepenuhnya hilang dari benak Rayhan, kini dia diberikan cobaan yang lainnya ketika sang ayah menghadap ke Sang Ilahi.
Ayah Rayhan pergi untuk selama-lamanya karena penyakit stroke yang telah lama dideritanya.
"Papa saya meninggal akibat serangan stroke yang dideritanya. Papa bukan hanya seorang ayah buat saya, tapi beliau seorang teman," ungkap Rayhan.
Rayhan menambahkan, setiap kali dirinya merasa lelah semasa berjuang di ajang OSN lalu, orang pertama yang selalu mendukung dan memotivasinya untuk lebih semangat adalah sang ayah.
Sang ayah, Rayhan melanjutkan, walau tidak memiliki latar belakang pendidikan Fisika, tetapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik.
Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya.
"Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.
Gagal lolos SBMPTN

Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental.
Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan.
Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia.
Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.
Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).
Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari diumumkannya hasil SBMPTN.
"Pengumuman SBMPTN pun berlangsung, dan akhirnya saya dinyatakan gagal lolos seleksi. Three times strikes out. Gagal SNMPTN, papa meninggal dan gagal SBMPTN," sesal Rayhan.
Ada Kebahagiaan Setelah Air Mata
Seolah olah, kata Rayhan, kebahagiaan yang ia peroleh pada 2019 digantikan menjadi sebuah ujian pada 2020 ini.
Ia sempat berpikir bahwa Sang Kuasa sangat mudah membalikkan keadaan manusia dari titik tertinggi (kebahagiaan) menjadi titik terendah (ujian dari Tuhan).
Namun, Rayhan juga berpikir bahwa Sang Pencipta uga akan mudah membalikkan kondisi seseorang dari titik terendah, menjadi titik tertinggi.
"Alhamdulillah, saya diberi ujian. Berarti Tuhan masih memperhatikan saya. Saya percaya pasti akan ada kebahagiaan yang datang ke saya," jelas Rayhan.
Setelah semua ujian berhasil ia lewati, Rayhan pun mendapat kebahagiaan setelahnya.
Agustus 2020 ini, seolah menjadi bulan baik baginya karena Rayhan berhasil diterima di banyak universitas, bahkan beberapa di antaranya adalah universitas ternama.
"18 Agustus saya diterima di Teknik Mesin UI (Jalur Simak) dan Teknik Mesin UNS (Jalur Prestasi), 23 Agustus diterima di Fakultas Kedokteran UNPAD (jalur Prestasi).
Diterima juga di Universitas Bina Nusantara (BINUS) dengan beasiswa full, diterima melalui jalur prestasi untuk kuliah di Ilmu Biomedis Universitas Andalas, Padang," jelas Rayhan.
Akhirnya Tidak Merantau
Dengan banyaknya universitas yang menerimanya itu, Rayhan sempat kebingungan untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinya.
Akhirnya, Rayhan memilih kuliah di jurusan Teknik Mesin, Universitas Indonesia (UI).
Terdapat alasan utama mengapa Rayhan memilih UI sebagai tempat berikutnya menimba ilmu.
"Papa saya baru meninggal 4 bulan yang lalu. Tanggung jawab keluarga sekarang ada di saya. Walaupun saya anak bungsu, tetapi saya satu satu nya laki-laki di keluarga. Jadi saya mikirin juga untuk enggak mau merantau dan sebisa mungkin kuliah di tempat yang terdekat," jelas Rayhan.
"Apalagi sekarang peran Papa harus saya gantikan," imbuh dia.
Rayhan berharap, kisahnya yang ramai di media sosial ini bisa memotivasi para siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
(Kompas.com/ Aditya Jaya Iswara) (TribunMataram.com/ Asytari Fauziah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Dia Pemenang Pertama Kuis Who Wants To Be a Millionaire? dalam 14 Tahun".
BACA JUGA di Tribunnewsmaker.com dengan judul Guru Jadi Pemenang Pertama Kuis Who Wants To Be a Millionaire setelah 14 Tahun, Cuma Pakai 1 Bantuan.