Demi 400 Pengajar yang Dirumahkan karena Covid-19, Pemilik Bimbel Banting Setir Jadi Penjual Pepes

Perjuangan Ni Putu Arie Utami, pemilik bimbel yang banting setir jadi penjual ikan pepes demi 400 gurunya yang dirumahkan.

(Dokumen Pribadi)
Owner Bimbingan Belajar Anemone Reading School Indonesia Ni Putu Arie Utami 

"Kita kasih kesempatan kepada guru-guru yang rehat enggak ngajar kita jadikan reseller, banyak yang mau mengambil peluang ini, akhirnya mereka sedikit demi sedikit bisa tetap berpenghasilan," kata dia.

Memupuk harapan di tengah kesulitan ekonomi

Ketika ditanya kenapa repot-repot memikirkan ratusan karyawan, padahal Ami sendiri sudah mengantongi keuntungan di awal?

Dia mengatakan agar seluruh karyawannya bisa tetap memiliki harapan di Anemone Reading School.

"Sebanyak 400 orang ini join di Anemone punya harapan, kalau dulu harapannya membuka bimbel dan mengajar di bidang pendidikan. Nah ketika mereka tidak bisa berpenghasilan lagi, saya ingin mereka tetap punya harapan di Anemone, saya sebagai leader memikirkan cara supaya siapa yang ada di komunitas kita, yang ada di Anemone itu bisa memiliki harapan," kata Ammy.

Dia mengatakan, ada perasaan bahagia ketika karyawannya yang penghasilannya tersendat akibat Covid-19 bisa kembali memiliki harapan dan berpenghasilan kembali.

"Ketika mereka ada penghasilan lagi seperti ada perasaan bahagia gitu, ternyata mereka masih bisa memiliki harapan di masa seperti ini," tutur dia.

Setelah tiga bulan penutupan bimbel Anemone, banyak orang tua murid meminta agar lembaga bimbel kembali dibuka untuk persiapan anak-anak mereka masuk ke sekolah dasar.

Ammy pertimbangkan untuk kembali dibuka secara perlahan dengan cara shifting dan mengurangi jumlah kehadiran guru di kelas yang sebelumnya terdapat dua guru dalam satu kelas menjadi satu guru agar protokol kesehatan berjalan.

Begitu juga jumlah anak yang dikurangi dalam satu kelas yang saat ini hanya ada tiga anak dalam satu kelas pembelajaran.

"Kelasnya kecil untuk sesi, 1 guru 3 anak, dengan protokol kesehatan yang ketat. Itu kita lakukan sekarang," kata dia.

Adaptasi dengan kondisi

Ammy mengatakan dirinya masih optimis bahwa bisnis pendidikan tidak akan pernah mati selama manusia masih beregenerasi. Hanya saja diperlukan kreativitas dan inovasi di setiap zaman agar bisnis bisa tetap bertahan.

"Setiap krisis pasti ada peluang, setidaknya 5-10 tahun ke depan bisnis kita sekarang yang tidak bisa kita samakan dengan blue print sebelum pandemi. Menyesuaikan diri, adaptif inovatif untuk membuat bisnis kita bisa berjalan dan bahkan bisa berkembang di masa pandemi," kata dia.

Dia juga memiliki harapan agar Pemerintah bisa mempertimbangkan pembelajaran tatap muka bisa berlangsung di masa pandemi dengan cara-cara yang tidak melanggar protokol kesehatan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved