5 Kisah Keprihatinan Guru di Pedalaman Indonesia, Gaji Habis untuk Beli Air, Tak Digaji 9 Bulan

Memperingati Hari Guru Nasional Rabu (25/11/2020), pendidikan di Indonesia masih menjadi masalah yang serius.

(KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON)
Berta Bua’dera saat berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang ia lintasi selama 11 tahun sejak 2009 di Kampung Berambai Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kaltim, Rabu (28/10/2020).  

TRIBUNMATARAM.COM - Peringatan Hari Guru Nasional, inilah kisah 5 guru yang harus bertahan di pedalaman.

Memperingati Hari Guru Nasional Rabu (25/11/2020), pendidikan di Indonesia masih menjadi masalah yang serius.

Terutama dalam kesejahteraan para pengajar di pedalaman Indonesia.

Peran guru dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia sangat besar dan menentuka masa depan.

Baca juga: KUMPULAN LENGKAP Ucapan Selamat Hari Guru 25 November, Bahasa Inggris & Terjemahan, Sangat Menyentuh

Baca juga: Subsidi Gaji Akan Dibagikan untuk Guru Honorer & Tenaga Pendidikan Non-PNS, Simak Syarat Lengkapnya

Namun perjuangan para guru di pedalaman untuk mengajar tak pernah berhenti.

Di Kabupaten Mappi, Papua, seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) mengaku gajinya habis untuk membeli air dan minyak tanah.

Mereka mengambil gajinya setiap dua bulan sekali karena harus menyewa perahu kecil untuk mengambil gaji di Distrik Haju.

Sementara di Kutai Kartanegara, seorang guru bertahan mengajar di sebuah desa tanpa daratan yakni Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis.

Saat mengajar, sang guru hampir saja menyerah karena 9 bulan tak digaji. Namun ia bertahan untuk mengajar para murid hingga dinyatakan lulus tes CPNS.

Berikut 5 kisah para guru yang mengajar di pedalaman:

1. Di pedalaman Papua, gaji habis untuk beli air

Diana Cristian Da Costa Ati (23), seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) yang merupakan program Bupati Mappi menceritakan pengalamannya mengajar di pedalaman Papua.

Sebagai guru di SD Inpres Kaibusene, Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Diana menerima gaji Rp 4 juta pe bulan se

Namun nilai tersebut harus dipotong pajak pendapatan 5 persen. Selain itu untuk mengambil gaji, mereka harus menyewa perahu kecil utnuk pergi ke Distrik Haju.

Untuk mengakali pengeluaran, mereka mengambil gaji ke Bank Papua setiap dua bulan sekali. Selain itu gajinya juga cepat habis untuk membeli air minum, minyak tanah, dan juga BBM.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved