Virus Corona
Jokowi Siap Jadi yang Pertama, Ini Urutan Penerima Vaksin Covid-19 yang Diprioritaskan
Siapa saja yang diprioritaskan untuk menerima vaksin Covid-19 sudah ditentukan sejak Terawan masih jadi Menteri Kesehatan.
Epidemiolog kandidat PhD dari Griffth Univeristy, Australia, Dicky Budiman mengatakan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan telah sembuh masih membutuhkan suntikan vaksin.
Alasannya, karena masih ada potensi reinfeksi virus corona.
"Jadi yang pernah terinfeksi pun itu perlu divaksinasi. Karena, pertama, data riset yang saat ini kita miliki membuktikan bahwa ada potensi reinfeksi," ujar Dicky, dikutip TribunMatara.com dari Kompas.com.
Menurut dia, mereka yang pernah terinfeksi memiliki kekebalan tubuh dari Covid-19 sesuai dengan tingkat keparahan yang dialami.

Semakin parah Covid-19 yang diderita seseorang, maka kemungkinan besar memiliki antibodi kekebalan tersebut.
Namun, jika pasien memiliki gejala ringan atau tidak bergejala (OTG), maka kekebalan tubuh yang dimiliki juga akan lemah.
Meski demikian, sistem kekebalan yang didapatkan pasien ini tidak berlangsung lama.
"Pasien yang terinfeksi itu pun membuktikan bahwa daya tahan ini yang timbul akibat reinfeksi tidak akan lama, sekitar 3 bulanan," ujar Dicky.
"Karena atas dasar itulah otomatis orang tersebut masih membutuhkan vaksin," lanjut dia.
Dicky mengatakan, program vaksinasi ini tidak dilihat dari faktor apakah seseorang pernah terinfeksi atau tidak.
Semua orang harus divaksinasi. Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan bukan hanya masalah program vaksinasinya, tetapi ada program prakondisinya.
Ada Perbedaan dari Segi Kekebalan Tubuh
Dilansir dari Huffpost, 16 Desember 2020, seorang dokter penyakit menular di Yale Medicine, yang turut menguji vaksin Pfizer, Onyema Ogbuagu, meyakini bahwa orang yang baru terinfeksi virus corona mungkin tidak perlu segera disuntik vaksin.
Penelitian menemukan, antibodi penetral yang dihasilkan oleh infeksi alami di dalam tubuh masih bertahan.
Kekebalan ini setidaknya bertahan selama beberapa bulan.
