Kecelakaan Sriwijaya Air
Black Box Sriwijaya Air Berhasil Diangkat ke Darat, Jadi Bukti Pesawat Utuh & Tak Meledak saat Jatuh
Kunci pemecah 'teka-teki' penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 akhirnya ditemukan.
TRIBUNMATARAM.COM - Black box atau kotak hitam Sriwijaya Air ditemukan perkuat dugaan pesawat utuh dan tidak meledak saat menghantam air.
Kunci pemecah 'teka-teki' jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 akhirnya ditemukan.
Kotak hitam atau black box akhirnya bisa dikeluarkan dari dalam laut.
Teka-teki jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB mulai mengarah ke titik terang.
Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sistem pesawat dengan rute Jakarta-Pontianak tersebut masih berfungsi sesaat sebelum terbentur ke permukaan air.

Merujuk data radar ADS-B dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia), sistem pesawat masih benar-benar berfungsi ketika masih mengudara.
Sistem pesawat terdeteksi masih berjalan setidaknya hingga berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.
Baca juga: Sarah Sehat saat Ditelepon karena Masuk Jadi Penumpang Sriwijaya Air, Tak Tahu KTP Dipakai Teman Kos
Baca juga: Ibu Mulyadi Baru Ngeh Keanehan Sebelum Anaknya Jatuh, Kejanggalan Kompor & Air Tak Kunjung Matang
Baca juga: Turbin Pesawat Sriwijaya Air Ditemukan di Hari Kedua, Menyusul Terdeteksinya Sinyal Black Box
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki mengindikasikan sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga mesin masih dalam kondisi hidup sebelum membentur air," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dikutip dari Antara, Selasa (12/1/2021).
Di samping itu, data radar ADS-B juga mencatat, pesawat mengudara dari Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 14.36 WIB.
Selepas berangkat, pesawat terdeteksi terbang menuju arah barat laut.
Ketika jarum jam memasuki pukul 14.40 WIB, Sriwijaya Air SJ 182 terdeteksi sudah mengudara di ketinggian 10.900 kaki.
Namun, setelah sempat terbang tinggi, pesawat justru berlahan mulai menurun.
Data radar ADS-B kali terakhir mencatat perjalanan pesawat tersebut ketika berada di ketinggian 250 kaki di atas permukaan laut.

Selain itu, data lain yang didapat KNKT dari KRI Rigel 933 mendapati adanya sebaran puing (wreckage) besar selebar 100 meter dengan panjang 300-400 meter.
Sebaran puing ini pun menguatkan dugaan jika pesawat tidak meledak sebelum jatuh ke permukaan air.