Tanggapi Kudeta Militer di Myanmar, Pengungsi Rohingya: Mengutuk Tapi Tak Kasihani Aung San Suu Kyi

Pengungsi Rohingya turut memberikan tanggapan terkait kudeta militer di Myanmar.

Editor: Irsan Yamananda
Lillian SUWANRUMPHA / AFP
Seorang migran Myanmar memegang poster dengan gambar Kepala Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima angkatan bersenjata Myanmar, saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di luar kedutaan Myanmar di Bangkok pada 1 Februari 2021, setelah itu. Militer Myanmar menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam kudeta. 

Presiden AS Joe Biden mengatakan kudeta itu menjadi serangan langsung kepada Myanmar yang sedang bertransisi menuju demokrasi dam supremasi hukum.

Tak Minta Soal Hak Asuh Anak & Harta Gono-gini, Rachel Vennya Gugat Cerai Niko, Apa Alasannya?

Para migran Myanmar memegang potret Aung San Suu Kyi saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di luar kedutaan Myanmar di Bangkok, Thailand pada 1 Februari 2021, setelah militer Myanmar menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam sebuah kudeta.
Para migran Myanmar memegang potret Aung San Suu Kyi saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di luar kedutaan Myanmar di Bangkok, Thailand pada 1 Februari 2021, setelah militer Myanmar menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam sebuah kudeta. (Lillian SUWANRUMPHA / AFP)

Sebelum reformasi, Myanmar berada di bawah pemerintahan langsung militer selama puluhan tahun.

Joe Biden mengatakan, pemerintahan AS akan mengawasi tanggapan negara-negara lain perihal kondisi politik Myanmar.

"Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap Burma selama dekade terakhir berdasarkan kemajuan menuju demokrasi."

"Pembalikan kemajuan itu akan membutuhkan peninjauan segera terhadap hukum dan otoritas sanksi kami, diikuti dengan tindakan yang sesuai," kata Biden dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan bekerja dengan mitra kami di seluruh kawasan dan dunia untuk mendukung pemulihan demokrasi dan supremasi hukum, serta meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab untuk membatalkan transisi demokrasi Burma," katanya

Presiden AS Joe Biden menyampaikan sambutan tentang perawatan kesehatan, di Ruang Oval Gedung Putih, Kamis, 28 Januari 2021, di Washington.
Presiden AS Joe Biden menyampaikan sambutan tentang perawatan kesehatan, di Ruang Oval Gedung Putih, Kamis, 28 Januari 2021, di Washington. (Associated Press)

Krisis Myanmar merupakan ujian besar untuk janji Biden yang ingin lebih banyak bekerjasama dengan sekutu untuk permasalahan internasional, utamanya mengenai China.

Sikap ini kontras dengan pendekatan 'America First' yang sering dilakukan mantan presiden Donald Trump.

Kecaman atas kudeta militer digaungkan sejumlah negara seperti Australia, Uni Eropa, India, Jepang, dan AS.

China tidak mengecam insiden itu dan mengatakan agar semua pihak menghormati konstitusi.

Negara-negara lain di kawasan itu termasuk tetangganya, Thailand, menolak berkomentar soal urusan dalam negeri Myanmar.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengungsi Rohingya Kutuk Kudeta Tapi Tak Kasihani Aung San Suu Kyi: Kami Menyadari Karakter Aslinya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved