Kecelakaan Sriwijaya Air

Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air Versi KNKT: Sistem Autopilot Tidak Aktif di Ketinggian 10.900 Kaki

KNKT merilis kronologi jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak.

Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas gabungan memeriksa benda yang diduga serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang. 

TRIBUNMATARAM.COM - KNKT merilis kronologi jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak.

Sistem autopilot dan throttle kanan sempat tak berfungsi.

Berikut ulasan lengkapnya.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menjelaskan kronologi jatuhnya pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air SJ 182.

Dalam penjelasan awal terkait penyebab jatuhnya SJ 182 ini, KNKT menyebutkan pesawat ini telah terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Kemudian berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR) bahwa sistem autopilot pesawat tersebut aktif di ketinggian 1.980 kaki.

Sebulan Pascainsiden Sriwijaya Air, CVR Pesawat Belum Ditemukan, KNKT Ungkap Dugaan Penyebabnya

Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pesawat SJ 182 setelah lepas landas dan melewati ketinggian 8.150 kaki tuas pengatur tenaga mesin atau Throttle sebelah kiri bergerak mundur sehingga tenaga berkurang.

Sebulan Tragedi Jatuhnya Sriwijaya Air: Black Box CVR Masih Hilang, 4 Jenazah Belum Teridentifikasi

"Sementara itu tuas pengatur tenaga mesin sebelah kanan tetap. Kemudian saat melewati ketinggian 10.600 kaki, pesawat berada di posisi 46 derajat lalu mulai berbelok ke arah kiri," ucap Nur Cahyo dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2/2021).

Nurcahyo menjelaskan, sebelumnya pilot pesawat SJ 182 meminta kepada petugas Air Traffic Controller (ATC) untuk berbelok ke 75 derajat dan diizinkan.

ATC pun memprediksi perubahan arah ini akan membuat SJ 182 bertemu dengan pesawat lain dengan tujuan yang sama. Maka pesawat ini pun diminta untuk mempertahankan ketinggian di 11.000 kaki.

"Pada ketinggian 10.900 kaki, menurut data FDR sistem autopilot tidak aktif dan tuas Throttle sebelah kiri kembali turun dan tenaga semakin berkurang sedangkan tuas Throttle sebelah kanan tidak bergerak," ucap Nurcahyo.

Kemudian pada ketinggian tersebut, pesawat kemudian mulai turun dan sistem autopilot tidak aktif atau disengage.

Sikap pesawat pun menurut data FDR pada posisi naik atau pitch up, dan pesawat miring ke kiri. Kemudian tuas mesin Throttle sebelah kiri kembali berkurang.

Melihat anomali tersebut, lanjut Nurcahyo, ATC pun meminta pesawat SJ 182 untuk menaikan ketinggian ke 13 ribu kaki dan dijawab oleh pilot.

"Ini komunikasi terakhir ATC dengan pesawat SJ 182, dan FDR sudah tidak merekam data penerabngan selama 20 detik," ujar Nurcahyo.

Dari hasil investigasi yang dilakukan KNKT, Nurcahyo mengungkapkan, ada dua kerusakan yang ditunda perbaikannya sejak 25 Desember 2020.

"Penundaan perbaikan ini, atau Deferred Maintenance Item (DMI) merupakan hal yang sesuai asal tetap mengikuti panduan Minimum Equipment List atau MEL," kata Nur Cahyo.

Pada 25 Desember 2020, ditemukan penunjuk kecepatan di sisi sebelah kanan rusak dan belum berhasil diperbaiki dan dimasukan ke daftar penundaan perbaikan kategori C sesuai MEL.

Pada 4 Januari 2021, indikator pun diganti dan hasilnya terlihat bagus sehingga DMI pun ditutup. Kemudian pada 3 Januari pilot melaporkan autothrottle tidak berfungsi, dan dilakukan perbaikan dengan hasil baik.

Tetapi, pada 4 Januari 2021 autothrottle kembali mengalami kerusakan dan tidak berfungsi. Kemudian perbaikan pun belum berhasil dilakukan, sehingga dimasukan dalam daftar DMI. Pada 5 Januari 2021, autothrottle telah berhasil diperbaiki dan DMI pun ditutup.

CVR Pesawat Belum Ditemukan

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu belum bisa ditemukan karena tertimbun lumpur di dasar laut.

Hal itu diungkapkan Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo Utomo, dalam preliminary report atau laporan awal investigas SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, Rabu (10/2/2021).

Nur Cahyo mengungkapkan pihaknya telah menandai posisi koordinat yang ditengarai menjadi lokasi CVR.

 Sebulan Tragedi Jatuhnya Sriwijaya Air: Black Box CVR Masih Hilang, 4 Jenazah Belum Teridentifikasi

 Kesaksian Dokter Forensik Soal Kondisi Bagian Tubuh Korban Sriwijaya Air : Mereka Tak Rasakan Sakit

Petugas Basarnas memeriksa benda yang diduga serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang.
Petugas Basarnas memeriksa benda yang diduga serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

"Posisi koordinat CVR sudah kami tengarai, mengacu pada ditemukannya FDR juga elektronik modul atau casing dari CVR dan FDR," ungkap Nur Cahyo, dikutip dari Kompas TV.

Nur Cahyo menyebut, luas pencarian CVR memiliki dimensinya 25 meter x 25 meter.

"Kami sudah membuat garis di bawah laut, sebanyak lima kotak."

"Dugaan kami CVR tertimbun lumpur, penyelam akan menggali wilayah yang telah dikotakkan," ungkapnya.

 Update Dugaan Penyebab Sriwijaya Air Jatuh, KNKT Sebut Bukan karena Meledak: Utuh Saat Jatuh ke Air

KNKT juga mengungkapkan telah menggunakan alat peniup lumpur untuk memudahkan proses pencarian CVR.

"Kemarin sudah kita tiup pagi, saat sorenya sudah kembali tertimbun lumpur sungai."

"Mudah-mudahan di waktu tidak terlalu lama bisa kita temukan," ungkapnya.

Diketahui CVR berisikan rekaman percakapan antara pilot dan kopilot di dalam kokpit pesawat.

Untuk itu, KNKT masih akan melakukan investigasi pencarian CVR.

"Investigasi belum selesai, CSMU (crash-survivable memory unit) dari CVR belum diketemukan."

"KNKT masih melakukan upaya pencarian dengan berbasis di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu," ungkap Nur Cahyo.

Adapun proses pencarian CVR dibantu Basarnas dan penyelam yang berbasis di SMP di Pulau Lancang.

 Duka Mendalam Petinggi Sriwijaya Air Kehilangan Captain Afwan : Sedih Putra Terbaik Kami Gugur

Kronologi Penerbangan Sriwijaya Air SJ-182

Sementara itu KNKT mengungkapkan setelah tinggal landas, pesawat SJ-182 mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya, yakni jalur dengan kode ABASA 2D.

"Data FDR merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki," ungkap Nur Cahyo.

Kemudian pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur (tenaga berkurang) sedangkan yang kanan tetap.

 4 Korban Sriwijaya Air Belum Teridentifikasi, Termasuk 1 Bayi & Bocah 2 Tahun yang Dipangku Ayahnya

"Pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat dan diizinkan," ungkapnya.

Adapun Air Traffic Controller (ATC) memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat SJ-182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari Landas Pacu 25L bertujuan sama.

"Oleh karenanya ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," lanjutnya.

Lalu, pada pukul 14.39.47 WIB, ketika melewati 10.600 kaki dengan arah pesawat berada di 046 derajat, pesawat mulai berbelok ke kiri.

"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur sedangkan yang kanan masih tetap," ungkapnya.

 Daftar 58 Korban Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 yang Telah Teridentifikasi, Kini Tersisa 4 Orang

ATC lalu memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39.59 WIB.

"Ini adalah komunikasi terakhir dari SJ-182," ujarnya.

Kemudian pada pukul 14.40.05 WIB, FDR merekam ketinggian tertinggi, yaitu 10.900 kaki.

"Selanjutnya pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif (disengage) ketika arah pesawat di 016 derajat."

"Sikap pesawat pada posisi naik (pitch up) atau hidungnya ke atas, dan pesawat miring ke kiri (roll)."

 Temukan Indikasi Kesalahan Boeing dalam Insiden Sriwijaya Air SJ182, Pengacara Korban Ajukan Gugatan

"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap," jelas Nur Cahyo.

Lalu pada pukul 14.40.10 WIB, FDR mencatat autothrottle tidak aktif (disengage) dan sikap pesawat menunduk (pitch down).

"Sekitar 20 detik kemudian FDR berhenti merekam data," ungkapnya.

Adapun diketahui, pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 14.40 WIB.

Pesawat tersebut mengalami kecelakaan 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Pesawat Sriwijaya SJ-182 mengangkut 62 orang yang terdiri dari 12 kru, 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.

(Tribunnews/ Hari Darmawan)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KNKT Merilis Kronologi Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved