Krisis Myanmar

Bagai Medan Perang, Polisi Myanmar Tembaki dan Lempar Granat ke Demonstran, Sedikitnya 5 Orang Tewas

Situasi di Myanmar semakin mencekam. Polisi tembaki dan lempar granat ke arah demonstran.

Editor: Irsan Yamananda
Lillian SUWANRUMPHA / AFP
Seorang migran Myanmar memegang poster dengan gambar Kepala Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima angkatan bersenjata Myanmar, saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di luar kedutaan Myanmar di Bangkok pada 1 Februari 2021, setelah itu. Militer Myanmar menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam kudeta. 

Sementara itu, sebuah badan amal melaporkan dua orang tewas di pusat Kota Bago.

Lebih lanjut, media lokal mengatakan aksi anarkis polisi terjadi di Kota Lashio dan Myeik.

Pemimpin junta milter, Jenderal Min Aung Hlaing pekan lalu mengatakan, pihaknya akan menggunakan kekuatan minimal untuk menangani protes.

Polisi anti huru hara memblokir jalan ketika pengunjuk rasa berkumpul untuk demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 6 Februari 2021.
Polisi anti huru hara memblokir jalan ketika pengunjuk rasa berkumpul untuk demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 6 Februari 2021. (YE AUNG THU / AFP)

Kendati demikian, sedikitnya ada 5 orang demonstran yang tewas dalam aksi unjuk rasa.

Di sisi lain, tentara mengklaim seorang polisi juga tewas dalam salah satu aksi.

Baca juga: Anak Saksikan Ibunya Dibunuh Ayahnya, Lari Tunggang Langgang Minta Tolong, Pas Balik Ayah Ikut Tewas

Tindakan keras dari aparat menunjukkan tekad militer untuk memaksakan otoritasnya terhadap protes masyarakat.

Bukan hanya di jalanan, tapi juga masuk ke berbagai bidang seperti layanan sipil, pemerintah kota, peradilan, sektor pendidikan dan kesehatan, serta media.

Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa orang yang dipapah di Kota Yangon.

Di sekitarnya nampak trotoar yang berlumuran darah karena polisi melepaskan tembakan.

Polisi juga melemparkan granat kejut, menggunakan gas air mata dan menembak ke udara, kata saksi mata.

HITAM PUTIH - Seorang pria yang terluka dibawa dengan tandu oleh tim medis setelah pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay pada 20 Februari 2021.
HITAM PUTIH - Seorang pria yang terluka dibawa dengan tandu oleh tim medis setelah pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay pada 20 Februari 2021. (str / AFP)

Meski demikian, ratusan pengunjuk rasa menolak untuk mundur menjelang sore.

Beberapa dari mereka berbaris, kemudian berkumpul untuk menyanyi dan mendirikan barikade.

"Jika mereka mendorong kami, kami akan bangkit."

"Jika mereka menyerang kami, kami akan bertahan."

"Kami tidak akan pernah berlutut untuk sepatu bot militer," kata Nyan Win Shein, salah satu demonstran di Yangon.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved