Laporan ke Andi Mallarangeng Ditolak, Kubu Moeldoko Geram Sampai Minta Penyidik Polda Metro Dicopot
Kubu Moeldoko dibuat geram. Laporannya terhadap Andi Mallarangeng ditolak oleh pihak berwajib.
TRIBUNMATARAM.COM - Kubu Moeldoko dibuat geram. Laporannya terhadap Andi Mallarangeng ditolak oleh pihak berwajib.
Karena kesal, mereka sampai minta penyidik Polda Metro dicopot.
Partai Demokrat kubu dari Moeldoko tampaknya marah besar.
Hal itu tak lepas dari ditolaknya laporan mereka terhadap Andi Mallarangeng ditolak.
Kepala Komunikasi Publik Partai Demokrat kubu Moeldoko, Razman Arif Nasution mengungkapkan rasa jengkelnya saat menyambangi Mapolda Metro Jaya.
Hal itu lantaran laporan pihaknya terhadap politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng tak diterima kepolisian.
Baca juga: Sindir Tergoda oleh Kekuasaan? ke Moeldoko, Ini Profil Dipo Alam, Pernah Diberi Kepercayaan SBY
Baca juga: Kenang Momen Selamati Moeldoko, Dipo Alam Kecewa Eks Panglima TNI Khianati SBY Kehormatan Pupus

Alasannya, untuk kasus UU ITE, kini penyidik disebut memiliki SOP baru yang diterbitkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
"Ingat UU ITE ada Pasal 27 nomor 11 tahun 2008, perubahan UU ITE Pasal 45 nomor 19 tahun 2016. Ini UU. Yang disampaikan Kapolri itu imbauan. Tidak boleh lebih tinggi edaran Kapolri daripada UU. Kecuali UU itu nanti direvisi DPR bersama pemerintah. Barulah berlaku. Apalagi SOP," kata Razman di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (13/3/2021).
Dirinya pun mengaku sempat berdebat dengan penyidik bernama Kompol Khaerudin.
Perdebatannya yakni seputar SOP dan laporan yang akan dibuatnya menyangkut mantan Menpora tersebut.
"Pertanyaan saya kalau memang benar ada SOP, karena saya datang bawa surat kuasa, saya bawa bukti, saya tanya SOP-nya, Khairudin malah lari itu tadi, keluar dari ruangan, enggak sanggup debat sama saya keluar dari ruangan," tambahnya.
Baca juga: Moeldoko Dinilai Sulitkan Jokowi dengan Kudeta AHY, Presiden Masih Diam Saja : Beban Istana
Dirinya pun meminta agar penyidik tersebut dicopot dari jabatannya.
Dia mengeluh lagi karena pelayanan Polri yang dinilainya berbeda sejak era-era sebelumnya.
"Cabut dia. Begitu pelayanan? Itu mempermalukan. Debat sama saya. Dia penegak hukum, saya penegak hukum," katanya.
"Jadi yang kami laporkan adalah saudara Andi Mallarangeng karena beliau ini sebagai Sekretaris Majelis Tinggi (Partai Demokrat) telah patut diduga melakukan tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik kepada pak Moeldoko," katanya.
Razman pun mengatakan bahwa laporannya tidak ditolak, tetapi diminta untuk melengkapi.
"Hari ini kami akan lengkapi. Kami akan komunikasi ke Pak Moeldoko dan teman-teman apa yang beliau siapkan kita siapkan. Kita akan buat lengkap lengkap data itu, nanti kita buat LP syaratnya itu doang kan. Syaratnya cuma itu kami akan lengkapi," kata Razman.
Dipo Alam Beri Sentilan ke Moeldoko

Mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam sentil Kepala Staf Presiden Moeldoko yang kini menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB).
Keduanya dulu sama-sama menjabat di bawah kepimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tepatnya pada Kabinet Indonesia Bersatu II.
Melalui akun Twitternya, @dipoalam49, mantan seskab itu mengingat momentum saat Moeldoko dilantik oleh SBY menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga: Moeldoko Hilang setelah Kudeta AHY, Kesibukannya Diungkap, Jawab Kemungkinan Nyapres 2024
Baca juga: Gatot Nurmantyo Bocorkan Sosok yang Tawari Ketum Versi KLB: Sama-sama Bangun Demokrat & Bantu SBY

Ia ikut memberikan ucapan selamat kepada Moeldoko ketika pelantikan itu.
Saat itu, Dipo berharap adab kekeluargaan TNI akan dijaga Moeldoko.
Adab yang dimaksud, dari kepatutan hingga kehormatan pada senior di dunia TNI.
"Ketika dilantik oleh Presiden SBY di Istana, saya Selamati Panglima TNI Moeldoko, sambil pandang matanya: berharap adab kekeluargan TNI dijaga dalam kepatutan, kekompakan, kesatuan dan kehormatan pada seniornya," tulis Dipo, Kamis (11/3/2021).
Baca juga: Mahfud MD Bongkar Reaksi Joko Widodo Saat Tahu Moeldoko Terlibat KLB Demokrat: Santai & Diam Saja
Namun kenyataannya, kini harapannya pupus.
Melihat sekarang, Moeldoko malah mengambil alih partai yang dulu dipimpin SBY sendiri melalui KLB.
"Kini PUPUS, tergoda oleh kekuasaan..?," lanjut tulisnya.
Baca juga: Ngaku Diajak Jadi Ketum Demokrat Versi KLB Sebelum Moeldoko, Intip Kehidupan Pribadi Gatot Nurmantyo
Putra Sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketum Demokrat pun ikut menyentil Moeldoko yang berusaha mengambil alih kepemimpinannya.
Diberitakan sebelumnya, AHY memberikan refleksi kebangsaan kepada seluruh kadernya yang hadir di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (8/3/2021).
Dalam refleksinya, AHY menyinggung pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang yang dinilainya tidak mengedepankan nilai-nilai etika dan moralitas dalam berpolitik.
KLB tersebut, kata dia, sarat akan praktik-praktik politik yang tidak adil.
Baca juga: Daftar Kekayaan Iti Octavia, Sosok yang Ingin Kirim Santet pada Moeldoko, Bupati Lebak 2018-2023

"Hari ini sebagaimana kita saksikan dalam testimoni peserta kongres ilegal tersebut, kita disajikan oleh suguhan praktik-praktik politik yang tidak fair," ucap AHY.
AHY juga menyinggung keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, dalam gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).
Moeldoko dituding memanfaatkan uang dan kekuasaan untuk menguasai Partai Demokrat.
AHY mengingatkan bahwa tidak ada cara yang singkat untuk memperoleh sesuatu.
"Bukan dengan jalan pintas, apalagi menghalalkan segala cara. Baik menggunakan kekuatan uang maupun elemen kekuasaan," ujar AHY.
AHY kemudian berpesan bahwa berpolitik adalah etika untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.
Baca juga: Terlanjur Berkhianat Teriak Sah Moeldoko Ketum Demokrat, Kader Telan Pil Pahit 100 Juta Cuma Angan
Bukan semata-mata cara untuk memperoleh kekuasaan.
"Bagi saya, politik seharusnya adalah etika untuk mengabdi, bukan semata-mata cara untuk berkuasa. Inilah esensi dari konferensi pers hari ini," kata AHY.
Menurut AHY, tidak bisa budaya berpolitik terus dilakukan dengan cara-cara yang tidak fair dan tidak sehat.
"Kompetisi yang tidak fair dan tidak sehat itulah yang mengurungkan niat putra-putri terbaik bangsa untuk masuk dalam gelanggang politik," ujar AHY.
"Untuk itu, yang saya perjuangkan, yang kami perjuangkan, bukan hanya kedaulatan, kehormatan, eksistensi dan masa depan Partai Demokrat, tetapi yang kami perjuangkan adalah nasib dan masa depan demokrasi di bangsa kita," ujar AHY.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Laporan Terhadap Andi Mallarangeng Tak Diterima, Kubu Moeldoko Minta Penyidik Polda Metro Dicopot.