1 WNI Rayakan Ultah dan Tiup Lilin di Masjid Arab Saudi, Rakyat Indonesia Terdampak, Simak Kisahnya
Gara-gara kelakuan 1 WNI di Masjid Terapung Laut Merah di Kota Jeddah Arab Saudi, seluruh rakyat Indonesia kena dampaknya.
Penulis: Irsan Yamananda | Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNMATARAM.COM - Sebuah insiden di Masjid Terapung Laut Merah Kota Jeddah patut dijadikan pertimbangan bagi orang-orang yang ingin pergi ke Arab Saudi.
Pasalnya, hal yang sekilas terlihat sepele itu bisa berdampak besar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hal tersebut diungkapan di salah satu video pada kanal YouTube Alman Mulyana.
Oknum tersebut diketahui tengah merayakan ulang tahun di Masjid Terapung tersebut.
"Calon jamaah haji dan umrah, jadi kebiasaan dari Indonesia itu jangan terbawa ke sini."
"Yaitu salah satunya ulang tahun tiup lilin."
• Pengertian & Bacaan Niat Salat Tarawih dalam Bahasa Arab dan Latin, Dilengkapi Tips Agar Tak Ngantuk
• Ibadah Haji 2021 Semakin Mendekat, Menag Beri Arab Saudi Deadline Maret, Apakah Seperti Tahun Lalu?

"Nah, masjid apung ini kenapa ditutup?"
"Dulu itu karena ada orang Indonesia, salah satu oknum yang merayakan ulang tahun di pojok masjid ini," kata Alman dalam video INI DIA !! AKIBAT MERAYAKAN ULANG TAHUN DI MASJID DI ARAB.
Oknum WNI tersebut, lanjut Alman, melakukan aksi tiup lilin hingga ketahuan oleh pengurus masjid.
Sontak, perbuatan para oknum tersebut langsung mendapatkan tindakan dari petugas setempat.
• Fakta Baru Mayat WNI dalam Koper di Arab Saudi, Tak Ada Tanda Kekerasan, Tersangka Berniat Membuang
Para oknum jamaah asal Indonesia itu langsung dilaporkan kepada sang imam masjid.
Insiden ini berakibat pada pembatasan jamaah asal Indonesia yang ingin berkunjung ke sana.
"Dan sampai saat ini, itu jamaah haji dan jamaah umrah dari Indonesia itu dilarang ke sini dalam jumlah banyak."
"Tapi kalau misalkan dalam jumlah 5 orang maksimal 10 orang itu boleh," ujarnya.
Berikut video selengkapnya:
KJRI: Arab Saudi Sudah Gelar Persiapan Internal Pelaksanaan Haji
Konsul Jenderal Republik Indonesia Jeddah Eko Hartono mengatakan sejauh ini Pemerintah Arab Saudi belum memberikan kepastian soal pelaksanaan ibadah haji pada tahun ini.
Meski begitu, Eko mengatakan Pemerintah Arab Saudi telah melakukan persiapan internal untuk menghadapi pelaksanaan ibadah haji.
"Untuk haji 2021, belum ada keterangan resmi dari Arab Saudi tentang pelaksanaannya. Hanya memang persiapan internal sudah dilakukan yang mengarah haji," ujar Eko kepada Tribunnews.com, Jumat (19/3/2021).
Persiapan tersebut salah satunya adalah pelaksanaan vaksinasi terhadap tenaga kesehatan haji dan muassasah.
• Fakta Baru Mayat WNI dalam Koper di Arab Saudi, Tak Ada Tanda Kekerasan, Tersangka Berniat Membuang
Muassasah adalah organisasi yang memandu jemaah haji.
Muassasah beranggotakan muzawir (pembimbing ziarah) dan para mutawif (pembimbing tawaf yang biasa disebut syekh).
"Misal perintah vaksinasi untuk muassasah dan tenaga kesehatan haji," ungkap Eko.
Kepastian asal jemaah yang diperbolehkan mengikuti ibadah juga belum diinformasikan oleh Pemerintah Arab Saudi.
Eko mengatakan belum dapat dipastikan pelaksanaan ibadah haji diperbolehkan jemaah dari negara lain atau hanya untuk jemaah dalam negeri.
"Belum jelas apakah haji hanya untuk domestik atau juga undang jamaah asing," pungkas Eko.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memastikan persiapan penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini tetap dilakukan.
Persiapan ini, menurut Yaqut tetap dilakukan Kemenag sambil menunggu kepastian dari Pemerintah Arab Saudi terkait penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini.
"Kepastian tunggu info resmi dari Saudi," ujar Yaqut melalui keterangan tertulis, Selasa (9/3/2021).
Menag Sebut Biaya Haji Berpotensi Naik di Masa Pandemi Covid-19
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas optimistis, penyelenggaraan ibadah Haji 1442H / 2021M akan dibuka kembali oleh Kerajaan Arab Saudi meski virus Corona masih mewabah.
Jika itu terwujud, Menag Yaqut menyebut bjaya penyelenggaraan ibadah Haji tahun 2021 berpotensi naik akibat pandemi Covid-19.
Menurutnya, ada 4 variabel yang mempengaruhi pembiayaan penyelenggaraan ibadah haji, yaitu kuota haji, protokol kesehatan, pajak tambahan dan kurs.
Hal itu dikatakannya dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Senin (15/3/2021).
"Kami kira dapat dimaklumi bersama bahwa pelaksanaan haji di masa pandemi seperti sekarang ini akan berkonsekuensi pada pembiayaan," kata Yaqut di Ruang Rapat Komisi VIII DPR, Senayan, Jakarta.
Yaqut mengatakan, semakin kecil kuota jemaah haji yang ada, maka semakin besar beban biaya untuk para calon jemaah haji.
Namun, dia tidak merinci besaran biaya ibadah Haji.
"Secara matematis, semakin kecil kuota jemaah yang diberangkatkan, maka semakin besar beban biaya per orangnya," ucapnya.
• Ibadah Umrah di Arab Saudi Akan Kembali Dibuka Awal November 2020, Tapi Tak Semua Negara Bisa Ikut
Satu di antara variabel penentu perhitungan tersebut adalah penerapan protokol kesehatan pada aspek transportasi.
Yaqut berharap, ada kesepahaman atau sinkronisasi antara ketentuan protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan dan penerapannya dalam kegiatan transportasi menurut Kementerian Perhubungan, terutama menyangkut jarak fisik (physical distancing) dan persyaratan tes swab.
"Adanya sinkronisasi protokol akan memudahkan kami dalam mengimplementasikan skenario sekaligus menghitung biaya secara lebih tepat," ucapnya.
BACA JUGA : di Tribunnewsmaker.com dengan judul 1 WNI Tiup Lilin dan Rayakan Ultah di Masjid Arab Saudi, Rakyat Indonesia Terdampak, Simak Kisahnya.