Konflik Israel vs Palestina

Pernyataan Menohok Mahathir Mohamad pada Israel, Julukan 'Perampok' hingga Cekal Atlet

Mahathir Mohamad dikenal sebagai salah satu tokoh yang dijuluki 'Anti-semit' karena beberapa kali memberikan pernyataan menohok pada Israel.

AP PHOTO/KHALIL HAMRA
Seorang polisi Palestina berdiri di depan reruntuhan Jala Tower, gedung 13 lantai kantor media Al Jazeera dan Associated Press, yang diledakkan serangan udara Israel di Gaza pada Sabtu (15/5/2021). 

TRIBUNMATARAM.COM - Konflik Israel vs Palestina yang belakangan ini kembali memanas turut menyeret sejumlah nama tokoh besar dunia.

Salah satunya adalah Mahathir Mohamad, mantan Perdana Menteri Malaysia.

Mahathir Mohamad dikenal sebagai salah satu tokoh yang dijuluki 'Anti-semit' karena beberapa kali memberikan pernyataan menohok pada Israel.

Mahathir Mohamad pernah menolak seorang atlet asal Israel untuk berlaga di negaranya kala dirinya masih menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Saat itu, sang atlet renang akan mengikuti Kejuaraan Para Renang Dunia yang berlangsung pada 29 Juli hingga 4 Agustus 2019.

Kejuaraan itu sendiri diikuti oleh 70 negara dan menjadi salah satu kualifikasi untuk dapat ikut serta dalam Paralimpiade yang sempat dijadwalkan diselenggarakan di Tokyo, Jepang.

Baca juga: Hamas Menolak Mundur, Ancam akan Ada Serangan Balas Dendam ke Israel: Tel Aviv Target Roket Kami

Baca juga: Israel Menolak Gencatan Senjata, Sang Pemimpin: Hanya Ada Dua Cara untuk Menangani Hamas

Malaysia sendiri sebenarnya sudah dua kali menolak delegasi Israel untuk hadir dalam acara olahraga yang diselenggarakan negaranya.

Pada 2015, dua atlet selancar Israel terpaksa memillih untuk mengundurkan diri setelah permohonan visa mereka ditolak.

Sementara pada 2017, mereka dengan lantang menolak menjadi tuan rumah konferensi badan sepakbola dunia, FIFA, dengan alasan adanya delegasi Israel yang akan hadir.

Sikap Mahathir kemudian menarik berbagai kecaman, salah satunya dari Kementerian Luar Negeri Emmanuel Nahshon.

"Israel mengecam keputusan yang terinspirasi oleh anti-Semitisme fanatik dari PM Malaysia Mahathir," ujar Nahshon, dilansir AFP, Kamis (17/1/2019).

Namun, meski sudah dicap sebagai seorang anti-Semit, Mahathir memilih untuk tak menganggapnya sebagai sebuah masalah.

Dikutip The Star Sabtu (19/1/2019), dalam pertemuan Oxford Union di London, Mahathir merasa bahwa mengomentari tindakan Israel atas Palestina adalah haknya.

"Kita berbicara tentang kebebasan berpendapat dan Anda tak bisa mengatakan apapun tentang Israel, tentang Yahudi, mengapa bisa begitu?" tanya Mahathir, seperti dikutip dari kompas.com.

Mahathir Mohamad.
kompas.com
Mahathir Mohamad.

"Adalah hak mereka beropini tentang saya. Juga hak saya untuk mengatakan bahwa mereka sudah melakukan banyak kesalahan," tegas pria berjudul Dr M tersebut yang disambut tepuk tangan hadirin.

Menurut Mahathir, sebuah negara berhak untuk menutup wialyahnya bagi warga negara tertentu.

Apalagi, tegas Mahathir, selama ini Malaysia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Pria yang saat itu berusia 93 tahun tersebut juga mengaku tidak merasa bersalah menghukum warga Israel atas perbuatan pemerintahnya.

"Kami tak perlu menunjukkan sikap bersahabat kepada mereka," terangnya.

Selang beberapa bulan setelah kebijakannya menolak atlet Israel datang ke negaranya, Mahathir kembali membuat kuping Israel panas.

PM Malaysia Mahathir Mohamad memerintahkan penyitaan dana perusahaan China senilai 240 juta dolar.
Reuters via The Straits Times
PM Malaysia Mahathir Mohamad memerintahkan penyitaan dana perusahaan China senilai 240 juta dolar.
Mahathir dengan lantang memberikan sebuah julukan yang tak menyenangkan pada Israel.
Kala itu, Jumat (23/3/2019), Mahathir yang sedang berkunjung ke Pakistan menyebut Israel sebagai perampok.

“Anda tidak dapat merebut tanah orang lain, dan membentuk negara. Ini tak ubahnya seperti sebuah negara perampok,” tutur Mahathir seperti dilansir Anadolu Agency.

Sadar ucapannya akan kembali menuai kecaman, Mahathir pun langsung menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang yang membenci bangsa Yahudi.

Yang mereka benci adalah tindakan Israel sebagai sebuah negara yang menduduki tanah Palestina.

"Kami tidak menentang orang Yahudi tetapi kami tidak bisa mengenali Israel karena pendudukannya atas tanah Palestina," kata Mahathir.

Hamas Menolak Mundur

Hamas mengancam Israel dengan serangan roket balas dendam di Tel Aviv setelah "150 militannya" dimusnahkan selama pertempuran di Jalur Gaza.

Harapan gencatan senjata telah menyusut setelah Israel meningkatkan agresinya. “Negeri Zionis” menyerang blok menara lain yang menampung kementerian dalam negeri pemerintah Hamas pada Senin (17/5/2021).

Israel Menolak Gencatan Senjata, Sang Pemimpin: Hanya Ada Dua Cara untuk Menangani Hamas

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan telah membunuh lebih dari "150 operasi teroris," mayoritas dari Hamas.

Mereka juga mengklaim telah menghancurkan sembilan mil terowongan bawah tanah di Kota Gaza.

Tapi Hamas tidak menganggap enteng serangan udara tanpa henti itu. Kelompok ini berjanji untuk menempatkan Tel Aviv kembali di antara target roket Hamas.

“Kami akan menempatkan Tel Aviv kembali di antara target roket kami. Anda telah diperingatkan." tulis sebuah pernyataan dari kelompok militan tersebut melansir The Sun pada Selasa (18/5/2021).

Menurut para pejabat, 212 warga Palestina dilaporkan tewas di Gaza, termasuk sedikitnya 61 anak-anak. Sementara lebih dari 1.400 lainnya luka-luka.

Awal Mula Israel Menyerang Palestina: Bermula dari Sidang Umum PBB Tahun 1947, Pecah Perang di 1948

Target serangan

Di Israel, sepuluh orang, termasuk seorang anak laki-laki berusia lima tahun, telah tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat roket yang ditembakkan dari jalur Gaza.

IDF mengatakan pihaknya menggunakan 60 pesawat, untuk menjatuhkan lebih dari 100 bom pada sedikitnya 65 sasaran selama serangan semalam di terowongan Hamas, yang dikenal sebagai "The Metro" oleh militer Israel.

Lintasan tersebut telah menjadi target utama karena disebut digunakan Hamas untuk operasi dan penyelundupan. Israel mengklaim telah menghancurkan setidaknya 62 mil terowongan.

Sebuah tweet mengejek dari IDF yang diunggah pada Selasa (18/5/2021) berbunyi: "Semalam, kami menyerang target teror di Kota Gaza: situs peluncuran roket yang ditujukan ke Tel Aviv dan di seluruh Israel, 65 target teror di sistem terowongan 'Metro' Hamas, sebuah Anti-Tank Hamas Pasukan rudal.”

"Hamas kembali membuktikan bahwa mereka sengaja menempatkan sasaran militer di wilayah sipil," bunyi pernyataan Israel.

Ini adalah permainan menyalahkan tanpa henti antar wilayah, dengan Hamas sebelumnya mengklaim serangan itu adalah "pembunuhan yang telah direncanakan sebelumnya," karena korban anak-anak terus meningkat.

Sementara kelompok teror Lebanon, Hizbullah, diyakini juga berada di balik serangan roket yang menargetkan Israel yang gagal mendarat.

Tentara Israel mengatakan pihaknya meluncurkan artileri ke Lebanon sebagai tanggapan pada Senin (17/5/2021) setelah "enam upaya peluncuran (serangan) yang gagal teridentifikasi".

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan dari Lebanon itu.

Tetapi, serangan itu terjadi setelah demonstrasi besar-besaran yang diorganisir Hizbullah untuk mendukung Palestina terjadi di ibu kota Beirut. Di mana mereka yang ambil bagian membawa rudal.

#Israel #Palestina

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved