Kisah Korban Pelecehan SMA SPI: 'Kami Anak Yatim Piatu & Tak Mampu, Awalnya Bangga Dipanggil Mentor'

Korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan pendiri SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu, Jawa Timur angkat bicara.

Editor: Irsan Yamananda
KOMPAS.com/LAKSONO HARI WIWOHO
Ilustrasi - Kisah siswa dari anak yatim piatu dan tidak mampu mendapatkan kekerasan seksual dari pendiri SMA SPI Kota Batu, Jawa Timur. 

Korban lainnya mengatakan, jumlah siswa yang diajak ke rumah pribadinya tidak menentu.

Antara 7 sampai 12 orang siswa dalam sekali ajakan.

Terkadang mereka didampingi oleh guru yang lain.

Terkadang juga mereka hanya bersama JE.

Di rumah pribadi itu, mereka tinggal selama tiga atau bahkan lima hari.

 Gofar Hilman Dituding Lakukan Pelecehan, Nikita Mirzani: Selama Kenal, Gue Tak Pernah Merasakan

"Beberapa kali ada (didampingi guru pembina).

Tapi beberapa kali memang hanya sama JE," katanya.

"Biasanya saat keberangkatan itu lebih banyak perempuan memang yang dibawa, tapi pasti ada (siswa) laki-laki, mungkin satu atau dua," katanya.

Korban yang mengalami kekerasan seksual dipanggil seorang diri oleh JE.

"Jadi memang siasatnya adalah memanggil satu satu, tengah malam setelah training. Jadi pada jam tertentu dipanggil," kata Arist menambahkan keterangan dari kedua korban.

Korban berharap, dugaan kasus kekerasan itu segera ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian.

Korban meminta JE untuk diadili atas perbuatannya.

"Kalau yang saya harapkan adalah pelaku ini ditangkap dan diproses secara hukum dan diadili seadil-adilnya.

Terus kemudian kami sebenarnya melakukan hal ini bukan untuk kepentingan pribadi.

Justru kami sebenarnya memperhatikan nasib adik-adik kami yang ada di dalam situ.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved