Virus Corona
Surat Anak untuk Ayah yang Positif Covid-19 Tak Pernah Terbaca, Wafat saat Isoman : Cepat Sembuh Yah
Ia ditemukan meninggal di rumah kontrakannya yang dipakainya melakukan isolasi mandiri (isoman) karena terpapar Covid-19.
TRIBUNMATARAM.COM - Surat yang diselipkan anak IDS (45) di bawah pintu rumah kontrakannya tak pernah sempat terbaca.
Pria itu meninggal dunia setelah menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19.
IDS merupakan warga Citrodiwangsan, Kecamatan Lumajang, Jawa Timur.
Ia ditemukan meninggal di rumah kontrakannya yang dipakainya melakukan isolasi mandiri (isoman) karena terpapar Covid-19.
Sebelum ditemukan tewas, anak korban sempat menulis surat untuk ayahnya.
Dalam surat itu, si anak memberi semangat agar ayahya lekas sembuh.
Baca juga: Tengah Isolasi Mandiri, PNS di Madura Justru Asyik Selingkuh, Langsung Disanksi Turun Jabatan
Baca juga: 5 Cara Cepat Sembuh Covid-19, Lakukan Hal Ini Selama Isolasi Mandiri, Masker Dobel, Kamar Terpisah
Peristiwa itu terjadi di Kelurahan Citrodiwangsan, Kecamatan Lumajang, Jawa Timur.
Surat dari anak korban itu ditemukan berada di bawah pintu rumah kontrakan.

"Ayah barusan aku ke sini (kontrakan) kok ndak bukakan kenapa? Ayah cepat sembuh makan yang banyak, minum susu yang banyak, ayo semangat yah," begitu tulisan surat tersebut.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, IDS melakukan isolasi mandiri sejak 29 Juni.
Sebelumnya IDS sempat melakukan tes Swab antigen di salah satu klinik.
Ternyata dari tes itu IDS mendapati hasilnya positif Covid-19. Bukannya melanjutkan tes PCR terlebih dahulu, IDS memutuskan melakukan isolasi mandiri di sebuah rumah kontrakan dekat tempatnya bekerja di kawasan Purwosono.
Rupanya, selama menjalani masa isolasi IDS tak berterus terang dengan orang-orang sekitarnya.
Malahan, IDS sempat melakukan kontak dengan tetangganya yang rata-rata adalah rekan bekerja.
Hendrik Dwi Martono, Kepala Desa Purwosono mengaku kaget kali pertama mendengar ada salah satu warga meninggal dengan keluhan sesak nafas.
Sebab, sebelumnya tidak ada laporan bahwa IDS sedang menjalani isolasi mandiri.
"Saya dapat laporan terus katanya sebelumnya sesak nafas. Nah itu saya minta warga gak langsung mengurus jenazah sendiri, tunggu tim medis datang."
"Setelah datang diperiksa di kamarnya ada surat tes corona dengan hasil positif yang pernah dilakukan di salah satu klinik di Lumajang," terangnya.
Temuan itu membuat Hendrik dan perangkat desa lain ironi. Sebab keberadaan IDS sebagai pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri tak terpantau oleh Satgas Covid-19.
"Harusnya kan kalau ada pasien cek terus hasilnya positif dilaorkan ke Dinkes. Biar pasien itu bisa terpantau," ujarnya, dikutip dari TribunJatim.com dengan judul Pria di Lumajang Ditemukan Meninggal Saat Isoman, Anak Korban Sempat Tulis Surat 'Ayah Cepat Sembuh'
Sementara adanya temuan itu, Tim Gugus Tugas Covid-19 Lumajang melakukan pemulasaran jenazah secara protokol kesehatan.
Pihak puskesmas setempat pun juga langsung mentracing 11 orang kontak erat korban.
Setelah dilakukan tes Swab antigen, satu orang tetangga kontrakan korban dinyatakan reaktif.
"Meskipun hanya 1 orang yang reaktif tapi kami minta semua untuk melakukan isolasi mandiri."
"Kami juga melakukan pemantauan sampai isolasi mandiri mereka selesai," pungkas Kepala Puskesmas Labruk Kidul, Citra Rahmania.
Cara Isolasi Mandiri yang Benar
Kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Pada 29 Juni 2021, pasien Covid-19 bertambah 20.467 seperti yang dilansir dari Kompas.
Sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai angka 2.156.465.
Karena terus bertambah, sejumlah rumah sakit mengenai kenaikan pasien Covid-19.
Selain utu RSDC Wisma Atlet juga kewalahan karena banyaknya pasien yang harus ditangani.
Sehingga pemerintah mengambil kebijakan agar pasien Covid-19 tanpa gejala dapat melakukan isolasi mandiri di rumah.
Melakukan isolasi mandiri di rumah, tentu bukan perkara mudah karena harus menangani kesehatan sendiri.

Namun, ada kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh pasien bergejala ringan.
Hal tersebut disampaikan oleh dr. Andi Khomeini Takdir, Sp.PD (K-Psi), Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet.
Apa saja yang harus dilakukan? Simak poin-poinnya di bawah ini!
1. Masker dobel

Ketika melakukan isolasi di rumah, pasien dianjurkan mengenakan masker dobel.
Masker dua lapis dinilai mampu menaikkan proteksi dari 60 persen menjadi 90 persen.
Berdasar postingan di akun Instagram resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), masker yang dipakai adalah masker medis di bagian dalam dan masker kain di bagian luar.
Tak hanya pasien saja, masyarakat juga dianjurkan untuk memakai masker dobel tersebut.
2. Kamar terpisah

Apabila masih tinggal dengan keluarga atau kerabat, pastikan untuk memiliki kamar yang terpisah.
Selain itu jendela kamar harus terbuka agar mendapat sinar matahari.
Dengan kamar yang terpisah ini, memungkinkan untuk tidak sharing barang atau makanan dengan orang lain.
Sehingga tidak memilki potensi menularkannya ke orang rumah.
3. Terus konsultasi dengan dokter
Walaupun menjaga kesehatan sendiri, pastikan konsultasi dengan dokter apabila terjadi sesuatu.
Hindari melakukan diagnosa diri karena akan berakibat fatal.

Juga jangan mengikuti saran dari Google atau pesan WhatsApp yang belum terbukti kebenarannya.
Apalagi gejala semakin berat, harus segera menghubungi dokter.
Konsultasi dokter bisa dilakukan melalui daring, media sosial, atau mengontak langsung.
4. Jaga pola makan
Pola makan adalah hal yang penting agar pasien dapat cepat sembuh.
Apalagi tidak sedikit pasien yang tidak bisa merasakan makanan karena gejala Covid-19.
Hal tersebut membuat pasien menjadi tidak nafsu makan.

Pastikan untuk makan teratur dengan gizi yang seimbang.
Keluarga diminta mendukung dengan mengusahakan makanan yang membuat pasien berselera.
5. Berpikir positif
Selain kiat-kiat dari luar, diperlukan juga sugesti dari dalam diri.
Hal ini juga disebutkan oleh artis Ben Kasyafani, yang sempat positif Covid-19 tahun lalu.
Dirinya selalu berusaha berpikir positif dan tidak menjadikan Covid-19 kambing hitam.
“Tahun lalu saya terkonfirmasi positif Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri di rumah.
Secara total saya melakukan isolasi mandiri di kamar sendiri selama 20 hari.
Anak dan istri saya dites dan menunjukkan hasil negatif, sehingga kami memisahkan diri,”
“Bagi yang menjalani isolasi mandiri, kita harus terus berpikir positif.
Energi kita harus fokus untuk mencari solusi dari pandemi ini.
Mulailah mencari informasi mengenai Covid-19 yang benar agar kita bisa cepat mencari solusinya,” ujarnya.
(TribunJatim.com/Tony Hermawan)