Unjuk Rasa di Deiyai Papua Berakhir Ricuh, 2 Warga Sipil Tewas Ditembak & Kena Anak Panah di Perut

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah mahasiswa asal Papua melakukan unjuk rasa di Jalan Kusumanegara, DI Yogyakarta, Selasa (20/8/2019). Aksi tersebut merupakan aksi solidaritas dan bentuk protes terhadap dugaan kekerasan serta diskriminasi rasial terhadap warga Papua.

TRIBUNMATARAM.COM - Dua orang warga sipil meninggal dunia karena luka tembak dan terkena anak panah di bagian perut dalam kerusuhan unjuk rasa di Deiyai, Papua.

Polisi menduga kuat, pelaku penembakan dan penyerangan dengan anak panah tersebut dilakukan oleh oknum Kelompok Kriminal Bersenjata / KKB.

Polri mengungkapkan bahwa salah satu warga sipil meninggal dunia akibat luka tembak saat aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di Kabupaten Deiyai, Papua, pada Rabu (28/8/2019).

Sementara itu, satu korban lainnya meninggal akibat terkena anak panah di bagian perut.

"Satu orang massa kena tembakan di kaki dan meninggal dunia di RS Enarotali.

Satu orang massa meninggal dunia kena panah di perut di halaman Kantor Bupati Deiyai," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo melalui keterangan tertulis, Rabu.

Roger Danuarta Kenang Pertemuan Awal dengan Cut Meyriska, Jatuh Cinta Pandangan Pertama 5 Tahun Lalu

Kronologi Awal Bos Malaysia Tolak Gojek hingga Sebut Indonesia Negara Miskin, Kini Minta Maaf

Kronologi Paskibraka Hilang Setelah Upacara Penurunan Bendera, Sudah 2 Minggu Tak Ada Kabar

4 Makanan yang Bisa Kempeskan Kantung Matamu yang Bengkak, Mudah Didapat Harga Terjangkau!

Sementara, dari pihak aparat keamanan, dua anggota TNI dan empat anggota polisi menjadi korban.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (19/8/2019).(KOMPAS.com/Devina Halim) ( )

Kemudian, lima anggota lainnya mengalami luka akibat terkena anak panah.

Seluruh korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Enarotali untuk mendapat perawatan.

Informasi tersebut sekaligus memperbarui keterangan sebelumnya yang menyebutkan terdapat satu anggota TNI meninggal dunia dan lima anggota polisi terluka.

Peristiwa itu bermula dari aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 150 orang di halaman Kantor Bupati Deiyai, Papua, Rabu.

Unjuk rasa tersebut memprotes tindakan diskriminatif dan lontaran kalimat rasis terhadap mahasiswa Papua di asramanya di Surabaya, Jawa Timur.

Dedi mengatakan, massa yang berunjuk rasa meminta bupati menandatangani perjanjian referendum.

Namun, saat aparat bernegosiasi dengan massa, sekitar ribuan orang datang dari berbagai penjuru dengan membawa senjata tajam dan panah.

Kelompok itu datang sambil menari tarian adat perang.

Kemudian, massa yang baru datang menyerang serta memprovokasi aparat TNI dan Polri yang sedang berjaga.

"Pada saat proses negosiasi itu sedang berlangsung, muncul kurang lebih sekitar ribuan masyarakat dari berbagai macam penjuru dengan membawa sajam dan panah," ujar dia. 

Polisi, kata Dedi, menduga bahwa pihak yang tiba-tiba menyusup merupakan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Penyerangnya diduga terindikasi kelompok KKB," ungkap Dedi ketika ditemui di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu.

• Ruben Onsu Singgung Farhat Abbas Pakai Akun Bodong untuk Buktikan Hotman Paris Bersalah, Benarkah?

• 5 Fakta YouTuber Angga Candra, dari Penjual Es Kelapa, Pengamen hingga Punya Puluhan Juta Subscriber

• Sejarah Superhero Gundala Putra Petir dan Fakta Menariknya, Film Gundala Tayang 29 Agustus 2019

• Tega Menghabisi Suami & Anak Tirinya karena Masalah Ekonomi, Ternyata Segini Besarnya Utang Pelaku

Hingga Rabu malam waktu setempat, polisi menyebut bahwa kondis sudah aman dan kondusif.

Selain korban dari masyarakat sipil, Kapolda Papua Irjen Pol Rudolph A. Rodja juga mengakui dalam aksi tersebut, massa telah merampas senjata api milik TNI.

"Massa merampas sekitar 10 pucuk senpi sambil melakukan penembakan ke arah petugas TNI dan Polri yang sedang melakukan pengamanan unjuk rasa yang pada awalnya damai," kata Rudolph. (Kompas.com/ Devina Halim)

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/23335911/2-warga-sipil-tewas-karena-luka-tembak-dan-kena-anak-panah-di-deiyai?page=all

Nasib 5 Anggota TNI Kepung Asrama Mahasiswa Papua di Jatim, Diskors & Diseret ke Pengadilan Militer

TRIBUNMATARAM.COM - Nasib lima anggota TNI yang mengepung asrama mahasiswa Papua di Jawa Timur, diskorsing dan diseret ke Pengadilan Militer.

Lima anggota TNI yang mengepung asrama mahasiswa Papua di Jatim akhirnya dijatuhi sanksi.

Kodam V/Brawijaya memberikan skorsing kepada lima anggotanya atas peristiwa pengepungan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, pekan lalu.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V/Brawijaya Letkol Arm Imam Hariyadi mengatakan, lima anggotanya yang dijatuhi skorsing, salah satunya adalah Danramil 0831/02 Tambaksari Mayor Inf N.H Irianto.

• Viral Jenazah Digendong karena Tak Boleh Pakai Ambulans, Wakil Walikota Tangerang Minta SOP Diubah

• Niat Puasa Asyura Lengkap Latin & Terjemahan Jelang Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H

• 4 Zodiak yang Paling Tertutup & Butuh Waktu Menerima Kehadiran Orang Lain, Pisces Takut Dihakimi

• Niat Puasa Senin Kamis Besok Senin 25 Agustus 2019 Lengkap Serta Manfaatnya yang Istimewa!

"Skorsing itu namanya pemberhentian sementara, sifatnya temporer.

Sejumlah polisi menggunakan perisai mendobrak dan menjebol pintu pagar Asrama Papua Surabaya di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019).(KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN) ( )

Walaupun sebenarnya itu merupakan sanksi juga ya, jadi hak-hak dia dikurangi juga," kata Imam kepada Kompas.com, Minggu (25/8/2019) malam.

Menurut dia, skrosing itu diberikan untuk memudahkan Pomdam V/Brawijaya dalam melakukan penyidikan.

Ia menyayangkan tindakan oknum anggota TNI tersebut yang diduga telah melakukan prlanggaran disiplin.

Seorang prajurit teritorial, sambung dia, seharusnya bisa menjaga sikap di lapangan.

"Terkait dengan anggota saya, mereka pada saat di lapangan kenapa bisa menampilkan sikap-sikap seperti itu (melontarkan ujaran rasial)," ujar dia.

"Seharusnya, seorang prajurit teritorial, tampilan mereka di lapangan seharusnya menampilkan komunikasi sosial.

Tidak emosional, walaupun situasinya seperti itu (memanas)," tutur Imam.

Ia menjelaskan, penyidikan yang dilakukan Pomdam V/Brawijaya terus berjalan.

Selain itu, Pomdam juga melengkapi berkas-beekas perkara sehingga kasus tersebut bisa segera dibawa ke persidangan.

Mengenai sanksi yang akan dijatuhkan nanti, akan diputuskan melalui persidangan di peradilan militer.

"Begitu persidangan nanti kan ada putusan. Nanti hasil putusan itulah yang nanti (menentukan hukuman).

Dasarnya adalah hasil penyidikan saat ini," terang Imam.

• Reaksi Keluarga Bani Mulia Menikahi Lulu Tobing Mantan Mantu Cendana, Dua Foto Jadi Bukti

• Sebelum Resepsi, Terekam Aksi Mesra Roger Danuarta & Cut Meyriska di Depan Lift, Lendot-lendot Manja

• Begitu Cuek, 5 Zodiak ini Sulit Berperilaku Romantis Kepada Pasangan, Capricorn Paling Buruk!

• Usai Akad, Cut Meyriska & Roger Danuarta Tak Bisa Menahan Senyum Saat Dengarkan Nasihat Pernikahan

Selain Danramil Tambaksari Mayor Inf NH Irianto, Imam tidak menjelaskan secara rinci siapa saja 4 anggota TNI lainnya yang diduga ikut melontarkan makian kepada mahasiswa asal Papua tersebut.

Namun, ia memastikan semua yang ada di lapangan sudah diambil keterangannya.

"Saya kurang tahu. Nanti yang lain juga akan didalami apakah hanya saksi atau diduga ikut terlibat (melontarkan kata-kata rasis), yang jelas kalau saya lihat ada satu kelihatan emosi," kata Imam. (Kompas.com/Kontributor Surabaya, Ghinan Salman)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/08/25/21011051/kasus-di-asrama-mahasiswa-papua-5-tni-diskors-dan-diseret-ke-pengadilan?page=all