Sebelum Hilang saat Magang di Bali 9 Tahun Lalu, 3 Siswa SMK Bantul Dijanjikan Uang Rp 8 Juta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lucia Martini Menunjukkan Sertii Anaknya Ignatius Leyola Andinta Denny Murdani yang hilang kontak saat Mengikuti PKL di Bali oleh SMK N 1 Sanden, Bantul ditemui di rumahnya Rabu (4/9/2019)

TRIBUNMATARAM.COM - Sebelum 3 siswa SMK di Bantul hilang saat magang di Bali, ketiganya dijanjikan uang Rp 4 juta hingga Rp 8 juta.

Tiga siswa SMKN 1 Sanden Bantul, Yogyakarta hilang 9 tahun lalu ketika hendak melaksanakan magang di Pelabuhan Benoa Bali.

Hingga kini, tidak diketahui nasib ketiga siswa SMK yang diduga dijual oleh calo kapal tersebut.

Pihak keluarga telah mencoba berbagai cara, tapi semuanya sia-sia.

Riswanto Hadiyasa, orangtua Agiel Ramadhan Putra, siswa SMK yang hilang saat PKL bercerita bahwa ia dan puluhan orangtua siswa diundang ke sekolah untuk mendapatkan sosialisasi terkait PKL.

Kronologi 3 Siswa SMK Bantul Hilang 9 Tahun saat Magang, Dijual Calo Kapal, Tak Jelas Nasibnya Kini

Kilas Balik 5 September 14 Tahun Lalu Mandala Air Meledak, Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin Tewas

Telepon Terakhir Khansa di Tol Cipularang, Diduga Salah Satu Korban Terbakar Kecelakaan Beruntun

Dul Jaelani Kembali Gantikan Posisi Ahmad Dhani dalam Konser Reuni Dewa 19, Akui Kerap Lost Control

Cerita tersebut disampaikan Riswanto kepada Kompas.com Rabu (4/9/2019).

Menurutnya, saat itu Agiel masih duduk di kelas 2 SMK dan akan dijadwalkan berangkat PKL.

Saat sosialisasi, Ahmad Fudadi yang saat itu menjabat sebagai Kepala SMKN 1 Sanden menyampaikan kepada wali murid bahwa tempat PKL diubah ke Tanjung Beno Bali dengan alasan di sana adalah pelabuhan internasional.

Padahal secara resmi, PKL dari sekolah dilaksanakan di Pekalongan Jawa Tengah selama 3 bulan.

Anak-anak yang berangkat magang ke Bali juga dijanjikan mendapatkan uang Rp 4 juta sampai Rp 8 juta.

Pihak sekolah juga meminta uang Rp 2.250.000 untuk keperluan biaya keberangakat siswa ke Bali.

Riswan juga bercerita bahwa anaknya, Agiel yang masih berusia 16 tahun diwajibkan untuk mengurus KTP sebelum berangkat ke Bali pada 31 Desember 2009.

Karena sudah percaya kepada pihak sekolah, Riswan dan orangtua lainnya merelakan anak-anaknya PKL di Tanjung Benoa, Bali.

Sebeperti diberitakan sebelumnya, tiga orang siswa di SMK N 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta, berangkat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali pada tahun 2009 lalu tidak diketahui nasibnya, karena kapal yang mereka tumpangi hilang.

3 siswa tersebut dijual ke perusahaan kapal dan dipekerjakan sebagai anak buah kapal (ABK) di KM Jimmy Wijaya.

SUMBER: KOMPAS.com (MARKUS YUWONO)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/09/05/10445811/3-siswa-smk-hilang-saat-magang-di-bali-dijanjikan-uang-rp-8-juta

Kronologi 3 Siswa SMK Bantul Hilang 9 Tahun saat Magang, Dijual Calo Kapal, Tak Jelas Nasibnya Kini

TRIBUNMATARAM.COM - Kronologi awal tiga siswa SMK asal Yogyakarta hilang saat magang dan tak pernah ditemukan selama 9 tahun.

Tiga orang siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta hilang dalam masa magang di Pelabuhan Benoa, Bali 9 tahun yang lalu.

Bahkan hingga kini, nasib ketiga siswa SMK N 1 Bantul, Yogyakarta tersebut belum diketahui kejelasannya.

Riswanto Hadiyasa menceritakan awal mula anaknya, Agiel Ramadhan Putra menghilang dan tidak pernah ditemukan selama 9 tahun.

Agiel merupakan satu dari tiga siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta, yang hilang setelah berangkat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali.

• Kilas Balik 5 September 14 Tahun Lalu Mandala Air Meledak, Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin Tewas

• Telepon Terakhir Khansa di Tol Cipularang, Diduga Salah Satu Korban Terbakar Kecelakaan Beruntun

• Dul Jaelani Kembali Gantikan Posisi Ahmad Dhani dalam Konser Reuni Dewa 19, Akui Kerap Lost Control

• 4 Fakta Terbaru Perseteruan Nikita Mirzani dan Elza Syarief, Seret Nama Hotman Paris

Dari puluhan siswa yang berangkat, tiga siswa ini yang sampai sekarang tidak diketahui nasibnya, karena kapal yang ditumpanginya hilang.

Riswanto mengatakan, waktu itu Agiel masih kelas 2 SMK dan akan berangkat PKL.

Oleh pihak sekolah, Riswanto dan puluhan orangtua siswa lainnya diundang ke sekolah untuk mendapatkan sosialisasi.

Dalam sosialisasi itu, Kepala SMK N 1 Sanden, Ahmad Fuadi menyampaikan bahwa PKL yang resmi sebenarnya dilaksanakan di Pekalongan, Jateng, selama tiga bulan.
Lucia Martini Menunjukkan Sertii Anaknya Ignatius Leyola Andinta Denny Murdani yang hilang kontak saat Mengikuti PKL di Bali oleh SMK N 1 Sanden, Bantul ditemui di rumahnya Rabu (4/9/2019) (KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO)

Namun, PKL dilaksanakan di Tanjung Benoa, Bali, selama tiga bulan dengan alasan di sana merupakan pelabuhan internasional.

Selain itu, anak-anak akan mendapatkan uang Rp 4 sampai Rp 8 juta.

Dalam sosialisasi juga diperkenalkan seseorang yang bernama Mugiri yang menurut dia sebagai guru pembimbing.

Namun, belakangan diketahui bahwa Mugiri adalah calo tenaga kerja.

Setelah rencana PKL itu disetujui, sekolah meminta uang Rp 2, 25 juta untuk keperluan biaya keberangkatan para siswa ke Bali.

Medio 31 Desember 2009, ketika anaknya dan para siswa di SMKN 1 Sanden akan berangkat untuk PKL di Bali, mereka harus mengurus KTP.

Padahal waktu itu Agiel berusia 16 tahun dan belum layak mendapatkan KTP.

Tanpa curiga karena sudah percaya pada sekolah, akhirnya para orangtua merelakan anak mereka melaksanakan PKL di Tanjung Benoa.

Setelah beberapa bulan anaknya mengikuti PKL, Riswanto tidak menaruh curiga hingga akhirnya ia menerima surat dari PT Sentra Buana Utama tertanggal 2 Maret 2010, memberitahukan bahwa KM Jimmy Wijaya tempat Agil bekerja hilang kontak per 6 Februari 2010 pukul 04.00 WIT.

Riswan menerima surat dari petugas pos perihal kabar kurang sedap itu.

Dalam surat itu disebutkan Agiel bekerja mulai tanggal 27 Februari 2010.

• Penyakit Autoimun Diderita Raditya Dika Belum Ada Obatnya, Begini Cara Berteman dengan Autoimun

• 7 Fakta Menarik Medina Moesa, Istri Baru Sajad Ukra, Mantan Nikita Mirzani, Bukan Wanita Sembarangan

• Kegantengan Dhuha Yuliandri Al Fatih Mengapa Viral? Disamakan Song Joong Ki, Roti Sobek Jadi Sorotan

• Elza Syarief Ajak Syahrini Lawan Nikita Mirzani, Hotman Paris dan Sahabat Luna Maya

"Saya percaya itu PKL, dapat surat ditujukan kepada saya orangtua, dalam surat itu lost contact.

Di situ saya kaget, kok di sini dapat dari PT, setahu saya anak lagi PKL," katanya saat dihubungi, Selasa (3/9/2019).

Waktu itu, Riswanto menelepon perusahaan pemberi surat menanyakan soal PKL.

Kenyataannya, Agiel dan teman-temannya disalurkan calo untuk bekerja di kapal.

Pihak perusahaan pun memberitahukan bahwa masih mencari kapal tersebut.

Riswanto akhirnya mendatangi sekolah tanpa terlebih dahulu memberitahukan tentang kejadian hilangnya kapal yang ditumpangi anaknya.

Ketika ditanya soal PKL, kepala sekolah bilang baik-baik saja.

"Waktu itu dijawab baik-baik saja.

Saya tanya kerja di mana anak saya, dan dijawab baik-baik saja.

Surat (dari perusahaan) saya banting di meja, begitu baca gemeter," ucapnya.

Saat itu Riswanto menanyakan mengenai PKL yang ternyata dipekerjakan oleh perusahaan.

Akhirnya ia berangkat ke Bali untuk mendapatkan kejelasan mengenai nasib anaknya.

Awal pencarian, ia sempat mengalami kesulitan sampai akhirnya bisa bertemu dengan perusahaan.

Riswanto mendapatkan bukti kontrak kerja, dan pihak perusahaan mendapatkan tenaga kerja dari calo ke calo.

Perusahaan sendiri menerima mereka bekerja karena memiliki KTP yang diketahui palsu.

"Dalam kontrak kerja itu enam bulan, ternyata anak saya sudah teken (tanda tangan). Intinya anak saya tidak mengetahui," ucap pria yang saat ini mengaku tinggal di Jakarta.

Setelah mendapatkan bukti-bukti kuat soal penipuan, Riswanto pun melaporkan ke pihak kepolisian.

Namun, hingga hampir satu tahun kasus tersebut tidak jelas ujungnya.

Riswanto mendatangi Kementerian Hukum dan HAM, hingga menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dibuatkan lah surat tembusan ke Polda Bali dan Polda DIY.

Sampai akhirnya masuk ke ranah persidangan, dan kepala sekolah beserta guru divonis bebas.

Riswanto terus berupaya mencari keadilan.

Ia berusaha meminta bantuan Presiden Joko Widodo.

Namun, tidak ada respons.

Akhirnya Riswanto pun mencoba mengontak Menteri Kelautan dan Perikanan yang nomornya didapat dari seseorang.

Tetapi hingga kini tidak ada respons.

"Saya berharap Denny mengetuk pintu rumah"

Lucia Martini, ibu dari Ignatius Andrianta Loyola mengatakan, saat itu anak ketiganya sempat menolak diantar kakaknya.

Ia lebih memilih diantarkan ibunya.

"Saya diantar Mom (ibu) saja.

Nanti enam bulan saya tidak melihat Kedon (nama dusunnya)," kata Martini menirukan upacan anaknya, Rabu (4/9/2019).

Lucia tak menyangka akan berpisah dengan anaknya sampai sekarang.

Padahal anaknya bercita-cita menjadi prajurit TNI AL.

Lucia mengaku terlambat mendapatkan informasi hilangnya KM Jimmy Wijaya dibanding para orangtua korban lainnya.

Ia baru mendapatkan informasi soal hilangnya kontak kapal seminggu kemudian.

"Saya mendapatkan informasi terlambat, kedua orangtua mereka sudah mendapatkan informasi seminggu sebelumnya langsung dari Bali.

Sementara saya baru tahu 5 Maret (2010) ketika didatangi pihak sekolah.

Padahal Pak Joko (ayah Ginanjar) tahu kapal hilang kontak setelah disurati langsung oleh pihak perusahaan," ucapnya. (Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/09/05/10321831/ini-awal-mula-3-siswa-smk-hilang-saat-magang-hingga-tak-pernah-ditemukan?page=all