TRIBUNMATARAM.COM - Cerita Leonard Renold Tanto, memutuskan berhenti kuliah meski telah semester akhir, kini sukses beternak babi dengan omzat milyaran rupiah.
Meski tak berakhir menyandang gelar sarjana Ilmu Komunikasi, Leonard Renold Tanto tak pernah menyesali pilihannya meninggalkan bangku kuliah dan memilih beternak babi.
Kini, Leonard Renold Tanto sukses membesarkan peternakan babinya dengan omzet mencapai milyaran rupiah, bagaimana kisah perjalanannya?
Di mana ada kemauan, pasti di situ ada jalan. Ungkapan ini sangat cocok untuk Leonard Renold Tanto (26), seorang pemuda asal Desa Nampung Lau, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT.
• Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Dana Hibah Koni, Ini Dia Peranan Menpora Imam Nahrawi
• Sidang Kasus Narkoba Dihadiri Mantan Kekasih, Jefri Nichol Tersenyum: Alhamdulillah
• Berakhir Ricuh, Massa Rusak Gerbang dan Lempari Gedung Kanwil Kemenkumham NTB
• BPJS Kesehatan Belum Bayar Utang Rp 60 Miliar ke PT Indofarma
Pemuda yang sudah berusia 26 tahun ini sudah menempuh pendidikan tinggi hingga semester 8 di kampus Widya Mandala Surabaya dengan jurusan ilmu komunikasi.
Renold bahkan sedang menyelesaikan skripsinya. Tetapi, ia memilih berhenti kuliah dan melepaskan tulisan akhirnya begitu saja dengan alasan bosan.
Ia pun mengaku tidak sedikit pun menyesal berhenti kuliah. Meski sudah menghabiskan waktu studi selama 4 tahun.
Renold juga mengaku kuliah dan ambil jurusan komunikasi tanpa cita-cita mau jadi apa. Tidak ada motivasi apa pun masuk jurusan itu.
"Pada bulan November 2014, saya memutuskan berhenti kuliah.
Skripsi saya lepas. Saya pulang Maumere.
Alasannya, saya bosan kuliah. Itu saja," kata pemuda yang kerap disapa Renold saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/9/2019) siang.
Ia menceritakan, setelah tiba di Maumere, ia langsung memikirkan apa yang harus dikerjakan agar tidak menganggur.
Tidak sampai satu bulan di Maumere, ia memutuskan untuk beternak babi.
Renold menceritakan, awalnya ia tidak mengerti sedikit pun tentang bagaimana beternak babi.
Dengan modal uang tiket, ia berangkat ke Bali dan Kupang untuk mempelajaru bagaimana teknisnya orang beternak babi.
"Selama di 2 tempat ini saya belajar vaksin, kebiri, dan takaran obat untuk babi.
Selebihnya saya lihat-lihat saja cara mereka merawat babi di kandang," katanya.
Renold mengatakan, ia memilih beternak babi itu punya alasan yang jelas.
Prospek ternak babi di Maumere cukup bagus dan menjanjikan.
"Acara apa saja di Maumere pasti butuh babi. Saya putuskan untuk ternak babi. Daripada tidak ada kerja," kata pemuda yang masih status lajang itu.
Renold mengisahkan, awal usaha ternak babi itu, ia mesti pinjam uang di Bank Nasional Indonesia (BNI) cabang Maumere untuk membeli babi.
Menurutnya, dengan meminjam uang di bank itulah membuat dirinya berani dan termotivasi untuk segera menjalankan usaha ternak babi.
Awalnya membeli 28 ekor babi betina dan 2 jantan. Dari puluhan induk itulah pelan-pelan menghasilkan ratusan ekor babi seperti sekarang ini.
"Per tahun itu hasil dari ternak babi ini ya, ratusan juta. Satu ekor babi kan dijual Rp 1 juta. Pada tahun 2017 pernah hasil Rp 1 miliar.
Sebelum dan sesudah, hasilnya Rp 700 juta dan Rp 800 juta.
Tetapi, itu bukan hitung bersih. Kita kan beli pakan, vaksin, obat, dan gaji karyawan. Kalau bersih, ya sekitar Rp 500 juta," tutur Renold.
Tantangan
Ia menyebut, selama 4 tahun menjalani usaha ternak babi pasti mengalami tantangan.
Tantangan yang sering dialami itu adalah anak babi mati dan karyawan berhenti.
Ia menyebutkan, pada tahun 2016 sebagian induk dan anak babi kena penyakit huklera.
Ada 5 induk yang mati dan puluhan anak babi yang mati karena penyakit itu.
• Berjaya Lawan Mariana Utara, Timnas U-16 Indonesia Berhasil Menang Telak 15-1
• Polisi Tetapkan Supir Bus Rosalia Jadi Tersangka Kecelakaan yang Tewaskan 8 Orang
• ZODIAK HARI INI Ramalan Zodiak Kamis 19 September 2019 Gemini Sibuk, Aries Hati-hati dengan Uangmu!
• Jual Rumah untuk Biaya Pengobatan Kanker Shakira Aurum, Denada Juga Ungkap Biaya Hidup di Singapura
"Saat itu sempat kecewa dan putus asa. Tetapi tetap bersyukur.
Yang penting ada hasil. Saya selalu berpikir positif, setiap usaha pasti ada jatuh bangunnya.
Pernah juga saya kerja sendiri. Urus makan dan bersihkan kandang.
Tetapi, intinya tetap semangat dan tidak kehilangan harapan," kata Renold.
Ia melanjutkan, hasil usaha ternak babi diperuntukkan membiayai adik-adiknya yang sedang kuliah 2 orang, gaji karyawan, kredit motor pekerja, dan belanja kebutuhan sehari-hari.
Ia mengatakan, beternak babi itu sebenarnya tidak ribet dan tidak lama jika memahami pola kerjanya.
"Kawinnya kan 1 hari pagi dan sore. Untuk buntingya itu 3 bulan, 3 minggu, dan 3 hari.
Satu induk minimal menghasilkan 8 anak dan sampai belasan. Kalau di bawah 8 kita rugi. Dalam 2 bulan kita sudah bisa jual dengan harga Rp 1 juta per ekor," katanya. (Kompas.com/ Kontributor Maumere, Nansianus Taris)