Bom di Mapolrestabes Medan

Detik-detik Polisi Tembak Mati 2 Perakit Bom Bunuh Diri di Medan, Berperan Jadi 'Pengantin'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WAJAH TERDUGA PELAKU BOM BUNUH DIRI MEDAN

TRIBUNMATARAM.COM - Detik-detik polisi tembak mati dua perakit bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan.

Dua perakit bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan akhirnya dihujam timah panas hingga tewas karena berusaha melarikan diri saat hendak ditangkap.

Polisi mengungkapkan, dua orang perakit bom tersebut memiliki peran sebagai pengantin yang harus diwaspadai.

Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Agus Andrianto mengatakan dua dari tiga orang yang ditangkap di Dusun I, Jalan Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, adalah perakit bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan. 

Hal tersebut disampaikan Agus kepada wartawan di RS Bhayangkara Medan, Sabtu (16/11/2019) sore.

Pada penangkapan terduga teroris di Hamparan Perak pada Sabtu siang, ada empat orang yang disergap. Tiga orang dilumpuhkan dan satu orang melarikan diri. 

Pelaku Bom Bunuh Diri Medan Sempat Disapa Tetangga, Beri Jawaban Ini saat Ditanya Mau Kemana

Salah satu dari mereka ditembak di bagian dada dan paha, kemudian dua orang lainnya ditembak di bagian kaki.

WAJAH TERDUGA PELAKU BOM BUNUH DIRI MEDAN (TribunMataram Kolase/ Kompas TV)

Agus mengatakan, dua orang yang ditembak mati di Hamparan Perak itu adalah perakit bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan. Ketiga orang itu berinisial A, K dan P. 

"Ya, yang dua meninggal itu, dia adalah yang merakit (bom). Perannya saling bantu membantu. Ini kan satu hari dua hari bisa menjadi pengantin. Artinya, waspadalah," kata Agus. 

Menurut Agus, hingga hari ini, ada 18 orang yang diamankan di Sumut dan Aceh.

Polisi mengamankan 1 senjata api dan 2 senjata tajam serta beberapa rangkaian bom yang dibuang di Sicanang, Belawan, berikut juga bahan-bahan yang siap untuk dirakit. 

Penyesalan Terdalam Rudi, 3 Anaknya Diduga Terkait Bom Bunuh Diri Medan, Ngaji Bagus Kok Kaya Gini

Ketika ditanya apakah penangkapan yang di Aceh ada kaitannya dengan bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan, Agus membenarkannya.

Hingga saat ini, pihaknya masih terus mengejar jaringan RMN yang meledakan diri di Mapolrestabes Medan. 

"Merekam menyebar di mana-mana. Memang mereka di sekitar kita. Jadi, tolong waspada. Maka kepada masyarakat, kalau ada kelompok yang eksklusif, tak mau bersosialisasi, sampaikan kepada aparat setempat," kata dia. 

Agus menuturkan, kegiatan di Sumut ini tidak boleh tanggung. Pengembangan akan terus dilakukan sesuai dengan penyelidikan.

"Intinya, kegiatan kami di Sumut ini jangan tanggung, akan terus dilakukan upaya pengejaran dengan harapan bahwa bisa memberikan rasa aman," kata dia. 

Ketiga Anaknya Ditangkap karena Jadi Terduga Teroris Bom Medan, Sang Ayah Ungkapkan Kesedihannya

Diberitakan sebelumnya, di Dusun I, Jalan Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, empat orang dicegat oleh tim Densus 88 Mabes Polri.

Tiga orang diamankan dan satu orang melarikan diri. Salah satu pelaku sempat menyabet petugas dengan pisaunya sehingga akhirnya petugas menembaknya. (Kompas.com/ Kontributor Medan, Dewantoro)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/11/16/20541761/polisi-tembak-mati-perakit-bom-bunuh-diri-di-polrestabes-medan?page=all#page2

Penyesalan Terdalam Rudi, 3 Anaknya Diduga Terkait Bom Bunuh Diri Medan, 'Ngaji Bagus Kok Kaya Gini'

TRIBUNMATARAM.COM - Penyesalan terdalam Rudi Suharto (52) kala ketiga anaknya diduga terkait bom bunuh diri di Mapolrestabes, Medan.

Rudi hanya bisa menyesali keterlibatan ketiga anaknya dengan kasus bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan.

Terlebih, ketika ia mulai menyadari jika pelaku pengeboman sering kali berkunjung ke rumahnya dan bergaul dengan ketiga anaknya tersebut.

Rabu (13/11/2019) sekitar pukul 15.00 WIB, Rudi Suharto (52), warga Kecamatan Belawan, Kota Medan, melihat tayangan televisi yang menyiarkan teror bom di Mapolrestabes Medan.

Walaupun layar televisi goyang-goyang dan pandangan matanya kurang jelas, Rudi mengenali pelaku bom bunuh diri sebagai teman anak-anaknya.

• Ketiga Anaknya Ditangkap karena Jadi Terduga Teroris Bom Medan, Sang Ayah Ungkapkan Kesedihannya

Rudi bercerita bahwa pria yang disebut pelaku bom bunuh diri itu sering datang ke rumahnya dalam tiga bulan terakhir.

"Saya tahulah orangnya. Kenal di jalanlah saya. Sering ke sini dia, sekitar tiga bulanan terakhirlah. Dia datangnya siang. Dia dibawa kemungkinan karena satu pengajianlah," katanya.

Keseharian Rabbial Pelaku Bom Diri di Medan Diungkap Teman Kecil, Sudah DO Sejak Kelas 1 SMK. RMN, pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019). (Istimewa via Tribunnews)

Rudi mengaku memiliki gubuk di tambak yang ia jaga. Tambak itu untuk budidaya kepiting dan ikan.

Gubuk tersebut berada di ujung kampung dan berbatasan langsung dengan laut. Namun, jalannya sudah terbuat dari semen.

Jarak lokasi tersebut dengan Kota Medan sekitar 30 km. Untuk menuju ke gubuk tersebut, harus melewati jalan-jalan kecil dan tambak milik warga.

Tiga anaknya, yaitu Aris (28), Andri (25), dan Fadli (23), serta rekan-rekannya sering duduk-duduk di gubuk tersebut.

• Pelaku Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan Ternyata Sempat Sindir Jokowi & Ahok, Videonya Viral

Polisi menyebutkan, gubuk tersebut digunakan untuk merakit bom bunuh diri yang meledak di Mapolrestabes Medan.

"Kalau tak salah ya jangan dihukumlah"

Rudi Suharto (52) merasa sedih tiga anaknya terkait bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan pada Rabu pagi (13/11/2019). Ketiganya yakni Aris (28), Andri (25) dan Fadli (23). Saat ini Andri melarikan diri.(KOMPAS.com/DEWANTORO)

Kamis (14/11/2019) malam, Rudi membawa dua anaknya, Aris (28) dan Fadli (23), ke rumah Kepala Ligkungan (Kepling) Jehadun Bahar (52).

Ia melakukan itu setelah melihat tayangan televisi dan Kepling mencari informasi tentang anaknya.

"Saya ajak ke rumah Kepling karena kepling yang cari informasi. Cemana lah kok sampai kek gini kalian," katanya.

Rudi mengatakan kepada dua anaknya bahwa mereka harus bertanggung jawab dan menahan mereka agar tidak melarikan diri.

• Tetangga Ungkap Sosok Pelaku Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan: Begitu Berumah Tangga Berubah

Sekitar 20 menit di rumah Kepling, polisi datang kemudian membawa Aris dan Fadli.

"Memang tak saya kasih lari mereka. Harus kalian tanggung jawab karena walaupun lari kalian, pasti akan dicari lagi. Waktu saya bilang gitu (Aris dan Fadli) diam saja," katanya.

Sementara Andri (25), anak keduanya, diduga melarikan diri pada Rabu malam. Saat itu Rudi yang ada di belakang rumah melihat Andi mengambil baju dan pergi. Ia mengira Andri pergi ke tambak.

"Rencananya mau saya bilangin. Tapi tak lama dia pigi keluar. Habis itu tak pulang-pulang. Kalau si abang masih di kolam. Kawannya pun datang, kemungkinan mau ngajak lari karena dia lari juga," katanya.

Sejak saat itu, Rudi tidak lagi melihat anak kedunya.

Ia mengaku sedih karena tiga anaknya terlibat bom di Mapolrestabes Medan.

Rudi memiliki lima orang anak. Yang tidak terlibat peritiwa itu hanya anak sulung dan anak bungsunya.

"Kalau sedih ya sedihlah. Kalau salah ya dihukum, kalau tak salah ya jangan dihukumlah. Saya bilang, kok gini kalian. Bapak kan nyuruh ngaji bagus-bagus, masak kayak gini, kami enggak tahu katanya," ungkapnya.

Tetangga diduga ikut terlibat

Suasana rumah Syamsudin (Syafri) setelah digeledah tim gabungan dari Polda Sumatera Utara, Polrestabes Medan, Polres Pelabuhan Belawan dan dibantu tim Densus 88 Mabes Polri. Warga masih berkerumun di sekitar lokasi.(KOMPAS.COM/DEWANTORO)

Syafri, tetangga Rudi Suharto, juga terlibat dalam bom bunuh diri Mapolrestabes Medan. Rumah Syafri dan Rudi hanya berjarak 100 meter.

Menurut keterangan Djuhadi (75), Syafri jarang terlihat berkomunikasi dengan tiga anak Rudi Suharto yang terlibat bom bunuh diri di Mapolrestabes Medam.

Djuhadi bercerita bahwa Syafri sempat bekerja sebagai petugas sekuriti di Ujung Baru, Belawan. Beberapa bulan lalu ia dipecat karena tidak mau hormat pada bendera.

Sejak empat tahun lalu, Syafri dan keluarganya sering menggelar pengajian secara tertutup di rumahnya.

Ada 10-20 orang yang datang. Ia menyebutkan, para tamu yang datang ada orang luar desa.

Awalnya mereka di luar rumah, kemudian masuk ke dalam rumah dan pintunya ditutup.

Aktivitas tersebut membuat warga resah. Keresahan masyarakat karena keluarga itu tidak mau bergaul.

Bahkan warga juga melarang mereka beribadah di masjid di tempat tersebut yang jaraknya hanya sekitar 50 meter.

"Karena sudah lain pengajiannya. Orang di sini sudah dianggapnya tak ada saja. Di luar kelompok itu dianggapnya kafir," katanya.

Rumah tersebut adalah milik Syamsudin alias Iwan, mertua Syafri yang saat ini sudah pindah ke Bengkulu. Di rumah tersebut Syafri tinggal bersama Ainun, istrinya, dan dua anaknya yang masih kecil.

Djuhadi mengaku terakhir kali melihat Syafri meninggalkan rumah pada Rabu (13//11/2019) sore.

Saat itu Syafri berboncengan dengan rekannya menggunakan dua sepeda motor.

Geledah tiga rumah di Belawan

Polisi memasang garis polisi di dekat rumah yang digeledah di lingkungan 20, Kelurahan Sicanang (Canang Kering), Kecamatan Medan Belawan pada Jumat siang (15/11/2019). Di lokasi ini, tim gabungan menggeledah tiga rumah yang diduga terkait dengan bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan.(KOMPAS.COM/DEWANTORO)

Pada Jumat (15/11/2019), tim gabungan dari Polda Sumatera Utara, Polrestabes Medan, dan Polres Pelabuhan Belawan dibantu tim Densus 88 Mabes Polri menggeledah tiga rumah di Lingkungan 20 Kampung Sentosa Barat, Jalan Tambak, Kelurahan Sicanang (Canang Kering), Kecamatan Medan Belawan.

Penggeledahan dilakukan sejak pukul 14.30 WIB hingga malam. Seorang perempuan dibawa oleh polisi.

Kepala Lingkungan 20, Jihadun Akbar, mengatakan, rumah pertama yang diperiksa adalah rumah Syamsudin alias Iwan, mertua Syafri.

Lalu rumah Rudi Suharto dan rumah Anto. Rumah Anto berada di belakang rumah Syamsudin.

Jihadun mengatakan, rumah yang paling sering digunakan kumpul-kumpul adalah rumah Syamsudin.

"Paling sering di rumah Syamsuddin ini yang ada kumpul-kumpul hampir tiap hari. Syamsudin tidak tinggal di situ. Yang tinggal anaknya (Syafri dan istrinya)," katanya.

Jihadun bercerita, sejak lama warga menaruh curiga pada kegiatan mereka sehingga warga ikut memantau aktivitas mereka.

"Keresahan masyarakat karena mereka sering kumpul sampai larut malam di atas jam 12 malam. Kadang ada yang pulang dan menginap," katanya.

Jihadun menambahkan, aktivitas seperti itu sudah dijalankan Syamsudin sejak 2013, kemudian dilanjutkan oleh anaknya.

Sepengetahuannya, kelompok pengajian orangtuanya dulu bernama Jamiatul Insani.

"Yang ikut di pengajian itu, warga dari luar. Mereka pengajian atau kumpul sampai tengah malam. Tapi, mereka tertutup dan saat kita datang mereka diam," katanya.

Saat penggeledahan, tim INAFIS membawa dua plastik transparan berisi pakaian dan satu plastik berisi botol air mineral yang dipotong setengah berisi sesuatu.

Saat ditanya, si pembawa barang tersebut hanya diam sambil terus berlalu.

Pada pukul 19.00 WIB, tim gabungan itu mulai meninggalkan lokasi dan garis polisi di rumah tersebut juga sudah dilepas.

Seketika warga berkerumun semakin mendekat.

Jumat malam, beberapa aparat kepolisian terlihat masih berjaga di lokasi tersebut.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dewantoro | Editor : Aprillia Ika)

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/11/16/07170001/fakta-3-saudara-sekandung-di-belawan-terduga-teroris-bom-medan-nyuruh-ngaji?page=all#page2