TRIBUNMATARAM.COM - Virus corona telah menginfeksi hampir semua negara. Saat ini, Kamis (2/4/2020) sudah lebih 900.000 kasus dilaporkan dari seluruh dunia menurut Worldometers.
Gejala terinfeksi ada yang terlihat (simtomatik), ada yang ringan, bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimtomatik).
Bagaimana mengetahui Anda mengidap Covid-19 atau tidak?
• POPULER Rekap Perkembangan Pasien Virus Corona Sepanjang Bulan Maret & Prediksinya di Bulan April
Dilansir dari Lice Science (23/3/2020), menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), gejala yang harus diwaspadai adalah:
- demam
- batuk, dan
- sesak napas.
Gejala-gejala ini biasanya muncul antara 2-14 hari setelah paparan virus.
Dari laman CDC disebutkan, Anda disarankan segera menghubungi tenaga medis jika mengalami tanda-tanda peringatan darurat seperti:
- Kesulitan bernapas
- Nyeri atau tekanan yang menetap di dada
- Bibir atau wajah kebiru-biruan
Sementara itu menurut WHO, gejala-gejala umum virus corona adalah sebagai berikut:
- demam
- kelelahan
- batuk kering.
Sedangkan gejala khusus antara lain:
- sesak napas
- sakit dan nyeri
- sakit tenggorokan
- dan sangat sedikit orang akan melaporkan diare, mual atau pilek.
• Curhat Pasien Sembuh dari Virus Corona, Berharap Tak Dikucilkan: Kami Semua Butuh Doa dan Support
Sakit parah
Menurut sebuah laporan dalam Journal of American Medical Association, sebanyak 98 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami demam.
Lalu sekitar 76-82 persen mengalami batuk kering. Sebanyak 11-44 persen dilaporkan kelelahan.
Dalam kasus Covid-19 yang lebih serius, pasien mengalami pneumonia yang berarti paru-paru mereka mulai penuh dengan nanah atau cairan.
Hal itu menyebabkan sesak napas yang intens dan batuk yang menyakitkan.
Dilansir The Guardian (2/4/2020), menurut WHO, 1 dari 6 orang yang terpapar menjadi sakit parah.
Mereka adalah orang tua dan orang-orang dengan masalah medis mendasar seperti:
- Tekanan darah tinggi
- Masalah jantung atau diabetes
- Kondisi pernapasan kronis
Penelitian terbaru menunjukkan "kehilangan penciuman" sebagai gejala potensial yang dapat muncul.
Hal yang terjadi bisa berupa kehilangan penciuman saja, tanpa gejala lain.
• Merasakan Gejala Covid-19 Setelah Baca Berita Virus Corona? Kemungkinan Psikosomatis, Hati-hati!
Bagaimana penyembuhannya?
Menurut WHO, karena ini adalah pneumonia virus, antibiotik tidak ada gunanya.
Obat antivirus yang dimiliki untuk melawan flu tidak akan berfungsi. Selain itu saat ini juga belum ditemukan vaksin.
Sehingga pemulihan tergantung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh.
Menurut WHO, orang-orang yang mengalami kasus ringan (tidak lebih parah dari pilek) bisa sembuh tanpa perawatan khusus.
Dilansir Live Science (2/4/2020), menurut CDC, perawatan bagi yang terinfeksi virus corona didasarkan pada jenis perawatan yang diberikan untuk influenza (flu musiman) dan penyakit pernapasan parah lainnya.
Itu dikenal dengan perawatan suportif. Perawatan itu pada dasarnya mengobati gejala yang sering muncul seperti demam, batuk, dan sesak napas.
• Mekanisme Rencana Darurat Sipil yang Disampaikan Jokowi untuk Hadapi Penyebaran Virus Corona
Dalam kasus-kasus ringan, istirahat dan obat penurun demam seperti acetaminophen (Tylenol) mungkin diberikan.
Di rumah sakit dokter dan perawat kadang-kadang merawat pasien dengan obat antivirus oseltamivir atau tamiflu, yang tampaknya menekan reproduksi virus, setidaknya pada beberapa kasus.
Menurut Virolog Michigan Tech Ebenezer Tumban hal itu mengejutkan karena Tamiflu dirancang untuk menargetkan enzim pada virus influenza, bukan pada virus corona.
Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) telah memulai uji klinis untuk menguji antivirus remdesivir untuk Covid-19 di Pusat Medis Universitas Nebraska.
Dalam kasus pasien pneumonia yang menghambat pernapasan, pengobatan melibatkan ventilasi okosigen.
Ventilator tersebut meniupkan udara ke paru-paru melalui masker atau tabung yang dimasukkan langsung ke tenggorokan.
Sebuah studi New England Journal of Medicine terhadap 1.099 pasien rawat inap dengan coronavirus di Cina menemukan bahwa 41,3 persen membutuhkan oksigen tambahan dan 2,3 persen membutuhkan ventilasi mekanik invasif
Glukokortikoid diberikan kepada 18,6 persen pasien, pengobatan yang sering digunakan untuk mengurangi peradangan dan membantu membuka saluran udara selama penyakit pernapasan.
Meski begitu para ilmuwan dari seluruh dunia masih berusaha mencari vaksin yang tepat untuk menghadapi virus ini. (Kompas.com/ Nur Fitriatus Shalihah/ Sari Hardiyanto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gejala Corona Terbaru dan Berbagai Upaya Penyembuhan Covid-19"
Peneliti Indonesia temukan vaksin anti-corona
Kabar baik virus corona hari ini, peneliti gabungan IPB dan UI temukan senyawa anti-corona dari bahan alami.
Para peneliti di seluruh dunia, saat ini tengah berlomba-lomba menemukan anti-virus untuk menangkal corona.
Termasuk para peneliti di Indonesia.
Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University dan Universitas Indonesia (UI) sedang mengembangkan senyawa dari jambu biji, kulit jeruk, dan daun kelor, sebagai antivirus Covid-19.
• POPULER Fakta Baru Vaksin Corona, Disebut Efektif dan Akan Bertahan Lama di Tubuh
• POPULER Sederet Kabar Baik Terkait Virus Corona, Mulai Ditemukan Vaksin hingga Pasien Sembuh
Para peneliti gabungan tersebut meyakini, senyawa yang terkandung dalam bahan alami itu berpotensi mampu menghambat dan mencegah virus corona baru atau SARS-CoV-2.
Dekan FKUI Ari Fahrial Syam mengatakan, apabila buah dan tanaman tersebut dikonsumsi, khasiatnya dipercaya mampu mengatasi virus corona.
Dirinya menjelaskan, penelitian tersebut telah melalui beberapa tahapan dan hasil skrining aktivitas terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal terkait dengan mekanisme kerja virus.
Selain itu, penelitian juga telah dikaji melalui analisis big data dan machine learning dari basis data HerbalDB yang dikembangkan oleh Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI sejumlah 1.377 senyawa herbal.
"Dari situ diperoleh beberapa golongan senyawa tersebut yang berpotensi menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2," katanya.
Ia menerangkan, pemetaan farmakofor dilakukan dengan metode struktur dan ligan. Kemudian, dikonfirmasi hasilnya menggunakan metode pemodelan molekuler untuk dievaluasi aktivitas antivirusnya.
Dirinya berharap penemuan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mencegah dan meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus corona.
"Kami imbau masyarakat juga tetap memprioritaskan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat melalui rajin cuci tangan dengan sabun, menerapkan etika batuk dan bersin, dan penggunaan masker bagi yang sakit flu," sebutnya.
Sementara itu, Guru Besar IPB University Irmanida Batubara mengatakan, senyawa hesperidin yang terkandung di dalam kulit jeruk bermanfaat untuk memberikan perlindungan terhadap mikroba dan virus.
Dia menuturkan, selain kulit jeruk buah, senyawa hesperidin ini juga terdapat di kulit jeruk nipis, jeruk lemon, dan varietas jeruk lainnya.
"Jadi, selama berdiam di rumah, kita dapat membuat jus jeruk dan jangan lupa untuk ditambah sedikit kulit jeruk yang sudah dicuci bersih.
Memang akan terasa sedikit pahit.
Tahanlah sedikit rasa pahit itu karena ini menunjukkan hesperidin ada di dalamnya," pungkasnya. (Kompas.com/ Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Gabungan IPB dan UI Temukan Senyawa Antivirus Corona".
dan di Tribunnews.com dengan judul Gejala Terbaru Covid-19 Bahkan Ada yang Tak Rasakan Apapun & Berbagai Upaya Penyembuhan Virus Corona