TRIBUNMATARAM.COM - Jadi salah satu yang ada di garda terdepan, perawat Indonesia masih mendapatkan stigma negatif hingga kekerasan dari pasien, ini deretan kisahnya.
Meski menghadapi pandemi yang sudah membunuh lebih dari 100 ribu orang di dunia mereka masih bertanggung jawab.
Padahal ada berbagai resiko yang bisa mereka terima karena merawat pasien virus corona.
Salah satunya adalah tertular sakit covid-19 yang menyerang paru-paru ini.
• UPDATE Perkembangan Pasien Covid-19 di Dunia & Indonesia 13 April, 1,314,933 Kasus Aktif Virus Coroa
• Ahli Prediksi Virus Corona di Indonesia Selesai pada Akhir April, Asal 1 Syarat Ini Terpenuhi
Tak hanya kesehatannya yang terancam.
Ada banyak stigma negatif yang diterima sosok yang bisa disebuh pahlawan saat masa pandemik ini.
Ada perawat harus hadapi pasien yang mengamuk hingga ditampar saat ingatkan gunakan masker.
Tak hanya itu, jenazah perawat yang positif virus corona juga sempat mendapatkan penolakan.
TribunMataram.com mengutip dari Kompas.com berbagai kisah perawat yang kurang meyenangkan.
Bagaimana kisah perawat Indonesia yang mendapat diskriminasi dari masyarakat hingga ada yang ditampar?
1. Jenazah Perawat Ditolak
Jenazah seorang perawat RSUP Dr Kariadi Semarang yang dinyatakan positif corona ditolak oleh sekelompok warga di Desa Sewakul, Ungaran.
Sewakul, Ungaran, dipilih sebagai lokasi pemakaman lantaran ayah sang perawat juga dimakamkan di tempat tersebut.
"Keluarga meminta dimakamkan di Sewakul Ungaran Timur agar dekat dengan makam ayahnya," kata Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang Alexander Gunawan.
• Polisi Tangkap 3 Provokator Penolak Jenazah Perawat Positif Corona, Tersangka Malah Tokoh Masyarakat
Awalnya tak ada penolakan. Namun, pada hari pemakaman, sekelompok warga tiba-tiba tak menerima jenazah perawat tersebut.
Penolakan berujung dipindahnya makam perawat berusia 38 tahun itu.
"Oleh keluarga kemudian dimakamkan di Bergota makam keluarga RS Kariadi Semarang, karena beliau bertugas di sana," ujar dia.
2. Tanggapan Ganjar Pranowo
Buntut penolakan pemakaman, tiga orang tokoh masyarakat di Ungaran ditangkap.
Mereka diduga memprovokasi 10 warga dan memblokade jalan masuk menuju pemakaman.
Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Budi Haryanto menjelaskan, tiga pelaku diduga melanggar Pasal 212 KUHP dan 214 KUHP serta Pasal 14 ayat 1 UU no 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah.
• Ganjar Pranowo: Tenaga Medis Tak Pernah Tolak Pasien Covid-19, Kenapa Tega Menolak Jenazah Mereka?
Menyusul kejadian ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta maaf.
Ia memastikan bahwa jenazah pasien positif yang telah meninggal tak akan menularkan virus.
Dengan mata berkaca-kaca, Ganjar meminta agar masyarakat mengasah kepekaan dan rasa kemanusiaan.
"Para perawat, dokter, dan tenaga medis tidak pernah menolak pasien, kenapa kita tega menolak jenazah mereka?" ungkap Gubernur Ganjar.
3. Diusir dari Kos
Para staf medis dan perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan memilih angkat kaki dari indekos mereka lantaran mendapat perlakuan diskriminatif.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur RSUP Persahabatan Rita Rogayah.
Kuatnya stigma tetangga indekos membuat perawat RSUP Persahabatan memilih pergi.
"Mereka tidak nyaman karena ada stigma, mereka bekerja di RSUP Persahabatan sebagai rumah sakit infeksi," kata dia.
• Diusir dari Kos dan Dianggap Tularkan Virus Corona karena Rawat Pasien Covid-19, Perawat Tidur di RS
Lingkungan tempat indekos memposisikan para petugas medis tersebut membawa penyakit, padahal mereka telah melalui prosedur yang ketat setiap pulang dari bertugas.
"Sehingga mereka kalau kembali ke rumah, mereka merasa sepertinya menularkan Covid-19 dan membawa virus ke rumah. Lingkungan itu menstigma mereka itu membawa penyakit," kata dia.
Menyusul kejadian itu, beberapa pihak telah mencarikan tempat bagi mereka.
Beberapa donatur bersedia menawarkan bantuan akomodasi bagi para petugas medis.
4. Ditampar Saat Ingatkan Pakai Masker
Seorang perawat klinik berinisial HM mendapatkan tamparan usai mengingatkan seorang satpam supaya mengenakan masker saat berobat.
Maksud baik sang perawat untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 itu justru berujung penganiayaan.
Oknum satpam berinisial B awalnya berobat di Klinik Dwi Puspita, Semarang.
B saat itu datang tanpa memakai masker. HM yang melihatnya kemudian mengingatkan B untuk memakai masker.
• Fakta Lengkap Viral Satpam Tampar Perawat di Semarang, Pelaku: Cuma Menggetok, Bukan Penganiayaan
Bukan berterima kasih, B justru menampar HM hingga perawat itu trauma dan mengalami pusing.
HM pun akhirnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Semarang Timur.
Selain ditampar, HM mengaku diancam akan dibunuh.
Ia berharap, semoga kejadian yang sama tak lagi terulang, lebih-lebih pada para tenaga medis sepertinya.
"Tolong hargai profesi kami. Karena kami bekerja dengan hati ikhlas membantu masyarakat," kata HM.
5. Seorang PDP Ngamuk & Pecahkan Kaca
Seorang pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur mengamuk, memecahkan kaca serta mendobrak pintu.
Tak berhenti di situ, pasien juga melakukan ancaman pada perawat.
"Dia juga mengancam perawat pakai pecahan kaca," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Samarinda Osa Rafsodia, Sabtu (11/4/2020).
• Detik-detik Jamaah Tabligh Gowa PDP Corona Ngamuk di Ruang Isolasi, Pecahkan Kaca & Ancam Perawat
Bahkan petugas kepolisian pun dipanggil lantaran pasien dinilai mengancam keselamatan petugas medis.
Setelah berhasil ditenangkan, pasien klaster Ijtima Ulama Gowa itu dipulangkan dengan catatan wajib mengisolasi diri di rumahnya.
Osa mengatakan, pasien itu diisolasi mulai tanggal 8 April 2020 usai hasil rapid test menyatakan pasien reaktif terpapar virus corona.
Ia berharap, kasus ancaman hingga kekerasan pada perawat tak lagi terulang. (TribunMataram.com/ Asytari Fauziah) (Kompas.com/ Pythag Kurniati)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah-kisah Perawat Melawan Aniaya dan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Diancam Pecahan Kaca dan Jenazah Ditolak Warga
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Saat Virus Corona Mewabah, Deretan para Perawat Indonesia Harus Hadapi Aniaya Hingga Stigma Negatif