Virus Corona

Masker Transparan Jadi Inovasi Baru, Dibuat untuk Mempermudah Komunikasi Teman Bisu dan Tuli

Editor: Asytari Fauziah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masker transparan inovasi dari Dwi Rahayu yang juga Ketua Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Cabang Kabupaten Sleman

TRIBUNMATARAM.COM - Masker menjadi salah satu alat pelindung diri di tengah pademi Covid-19 saat ini.

Dwi Rahayu Februarti (41), warga Dusun Gemawang, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman membuat inovasi masker transparan yang memudahkan orang berkebutuhan khusus berkomunikasi.

Dwi Rahayu yang juga Ketua Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Cabang Kabupaten Sleman ini mengatakan, masker transparan ini tujuanya untuk mempermudah komunikasi.

• Ngaku Anggota TNI Ternyata Bukan, Identitas Pria yang Ngamuk Ditegur Tak Pakai Masker Terungkap

"Dibuat transparan untuk mempermudah komunikasi.

Sebab kalau masker yang ditutup total, teman-teman tuli tidak bisa melihat ekspresi dan gerak bibir," ujar Dwi, Jumat (17/4/2020).

Dwi yang merupakan penyandang bisu-tuli ini menceritakan awalnya mendapat informasi mengenai virus Covid-19. Masyarakat lantas diminta mengenakan masker untuk pencegahan.

PEMBAGIAN MASKER - Siswa mengenakan masker gang dibagikan Petugas Taruna Siaga Bencana dalam Sosialisasi Kesehatan dan Pembagian Masker di SDN Gubuk Klakah I, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Rabu (6/1/2016). Kegiatan di sejumlah sekolah merupakan upaya pencegahan ancaman infeksi saluran pernafasan akibat debu vulkanik yang mengguyur kawasan Kabupaten Malang. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO (SURYA/SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO)

Berawal dari situlah, Dwi lantas kepikiran untuk membuat masker. Hanya saja, masker yang dibuatnya berbeda pada umumnya.

Dwi berinovasi dengan membuat masker transparan di bagian mulut.

"Ini saya menggunakan biaya pribadi untuk membuat masker transparan," urainya.

Dwi mengaku membuat masker transparan juga untuk mengisi kesibukan.

Selama ini dirinya membuka warung kelontong, namun karena pedemi Covid-19 ini jualanya sepi.

Bahan yang digunakan untuk masker transparan ini yakni kain katun yang tidak panas.

Sedangkan untuk agar transparan di bagian mulut menggunakan mika.

"Kemarin pertama buat lima masker, terus sekarang kalau dari pagi bisa 10 sampai 15 masker setiap hari," bebernya.

Menurutnya masker transparan ini dibagikan gratis untuk teman-teman difabel tuli.

• Tak Terima Diingatkan Gunakan Masker Saat di Klinik, Seorang Satpam Nekat Tampar Perawat

Mereka biasanya datang ke rumahnya untuk meminta masker transparan.

"Kemarin saya senang karena melihat anggota Gerkatin Sleman saat bagi-bagi masker ini mereka merasa senang," ujarnya.

Ia berharap teman-teman tuli, bisa membuat sendiri masker transparan. Selain bisa digunakan sendiri, juga bisa dijual.

"Saya harapannya teman-teman tuli bisa jahit sendiri dengan saya ajari bagimana bikin polanya.

Bisa buat sendiri yang mungkin bisa dijual, atau bisa dikenakan sendiri, jadi saya hanya ingin memberikan contoh ke teman-teman tuli," ungkapnya.

Disampaikanya, tenaga medis juga bisa membuat atau menggunakan masker transparan ini. Terkait bahan, bisa disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.

"Mungkin teman-teman dari tenaga medis juga bisa ada inovasi membuat inovasi serupa dengan bahan yang disesuaikan agar bisa melayani pasien tuli dengan baik," jelasnya.

Saat ini, pihaknya masih menerima masukan-masukan dari teman-teman tuli terkait masker transparan buatnya. Sehingga ke depan, masker transparan ini bisa lebih nyaman digunakan.

"Kami menerima masukan kurang apa dari teman-teman tuli, kemarin ada yang bilang transparannya nempel di mulut. Akhirnya jahitanya dibuat agar tidak nempel," tegasnya.

Selain teman-teman Gerkatin, lanjutnya, masyarakat umum juga bisa memesan masker transparan. Dwi pun tidak mengambil untung dari pesanan itu.

"Sebenarnya masyarakat umun pun bisa minta dibuatkan, memesan, dengan mengganti biaya untuk bahan-bahannya," ucapnya. (Kompas.com/ Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma/ Khairina)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga di Sleman Ciptakan Masker Transparan untuk Permudah Komunikasi Penyandang Bisu Tuli"

Masker tiga lapis (YouTube BNPB)

Potret Masker Kain 3 Lapis yang Wajib Dipakai untuk Cegah Penyebaran Covid-19

Potret masker tiga lapis yang disarankan tim pakar gugus corona untuk dipakai masyarakat yang sehat demi tangkal corona.

Makin meningkatnya kasus corona di Indonesia, membuat pemerintah mulai mewajibkan seluruh warga untuk memakai masker walaupun tidak sedang sakit.

Pasalnya, penggunaan masker bisa menangkal virus hingga 70 persen.

Apalagi angka penyebaran Covid-19 di Indonesia kian meningkat.

• POPULER Ahli Ungkap Daftar Barang yang Harus Dibeli di Tengah Wabah Virus Corona, Bukan Masker!

• Anies Baswedan Tanggapi Harga Masker Melejit Capai Rp 300Ribu, Bersyukur Masyarakat Masih Mampu Beli

Selain jumlah pasien positif corona yang terus bertambah, korban meninggal dunia akibat virus ini semakin banyak.

Atas kondisi itu, per Minggu (5/4/2020), pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat yang berada di luar rumah untuk memakai masker. Hal ini berlaku pula bagi masyarakat yang sehat.

Anjuran pemerintah tersebut bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada awal Maret 2020.

Saat itu, Terawan menyebut bahwa sebagaimana standar World Health Organization (WHO), masker hanya diperuntukkan bagi yang sakit.
Ilustrasi masker (SURYA/SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO)
Sedangkan, yang sehat tidak perlu mengenakan masker.

Satu bulan berlalu, pemerintah membuat pernyataan yang berbeda: masker harus digunakan oleh setiap orang yang sedang berada di luar rumah.

Hal itu bersesuaian dengan rekomendasi WHO yang juga menyatakan penggunaan masker tidak hanya untuk orang sakit tapi juga yang sehat.

Namun demikian, pemerintah menekankan, masyarakat umum yang sehat dapat memakai masker berbahan kain.

1. Rekomendasi WHO

Anjuran penggunaan masker bagi seluruh masyarakat disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, Minggu (5/4/2020).

Menurut Yuri, hal ini sebagaimana rekomendasi World Health Organization (WHO) dalam mencegah penyebaran Covid-19.

"Mulai hari ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO kita jalankan masker untuk semua. Semua harus menggunakan masker," katanya di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu.

Yuri menjelaskan, masyarakat umum dapat menggunakan masker berbahan dasar kain.

Sedangkan tenaga kesehatan wajib mengenakan masker bedah atau masker N95.

Menurut dia, penting bagi seluruh masyarakat untuk menggunakan masker, karena ketika seseorang berada di luar rumah akan ada banyak sekali ancaman penularan virus.

Disarankan, penggunaan masker kain tidak lebih dari empat jam.

Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air dan dipastikan bersih sebelum dipakai kembali.

"Lindungi diri kita, semua menggunakan masker pada saat keluar rumah terutama," ujar Yuri.

Di samping itu, Yuri juga tetap mengingatkan pentingnya jaga jarak pada saat berkomunikasi, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta tidak keluar rumah jika tak ada kepentingan yang mendesak.

"Karena kita tidak pernah tahu bahwa di luar banyak sekali kasus yang memiliki potensi untuk menularkan ke kita," kata dia.

2. Tiga jenis masker

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga menekankan bahwa masker menjadi perlindungan utama dalam mencegah penularan virus corona.

Pasalnya, virus menyebar melalui droplet atau percikan air ludah dari orang yang sakit ke orang sehat.

Penggunaan masker dapat menangkal perpindahan droplet tersebut.

Wiku menjelaskan, ada tiga jenis masker yang dapat digunakan untuk mencegah penularan Covid-19.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona.(Youtube BNPB) ()

Di antaranya yaitu masker berbahan dasar kain.

Masker ini dapat digunakan oleh masyarakat umum yang sehat.

"Masker kain lapis tiga yang bisa digunakan masyarakat ketika kita berada di tempat umum atau keramaian.

Tiga lapisan dalam masker akan meningkatkan efektivitas masker dalam menangkal virus," kata Wiku saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (5/4/2020).

Selain masker kain, ada pula masker bedah dan masker N95.

Masker bedah digunakan untuk tenaga medis atau masyarakat yang sedang sakit, sedangkan masker N95 diperuntukkan bagi tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 dengan tingkat infeksi tinggi.

Wiku mengatakan, di samping masker, yang juga dapat menjadi pelindung utama penularan Covid-19 adalah rutin mencuci tangan.

Droplet orang yang terinfeksi virus bukan tidak mungkin tertinggal pada benda mati, dan secara tidak sengaja tersentuh oleh orang sehat. Jika tak mencuci tangan, droplet tersebut sangat mudah berpindah ke tangan, mulut, atau mata.

"Kita harus memiliki solidaritas untuk saling mengingatkan, pakai masker dan cuci tangan," kata Wiku.

3. Tangkal virus 70 persen

Meski penggunaannya dianjurkan, masker berbahan kain ternyata hanya mampu menangkal virus hingga 70 persen.

"Sesuai hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus sebesar 70 persen," kata Wiku.

Oleh karena hal tersebut, masyarakat yang telah menggunakan masker kain tetap diminta untuk menjaga jarak dengan orang lain, minimal 1 hingga 2 meter.

Selain itu, masyarakat juga diimbau tak keluar rumah jika tak ada keperluan mendesak.

Wiku mengatakan, masyarakat dapat membuat masker berbahan dasar kain secara mandiri.

Pembuatannya bisa dilakukan secara manual maupun menggunakan mesin jahit.

Disarankan supaya masker dibuat dengan tiga lapisan supaya bekerja lebih baik dalam menangkal virus.

Dalam membuat masker ini, yang paling penting adalah memastikan masker menutupi hidung dan dagu sehingga tidak longgar.

Wiku juga menyarankan supaya masyarakat secara rutin mencuci masker kain mereka.

Masker harus diganti setiap kali basah atau kotor.

"Jadi kita mungkin bisa miliki beberapa masker kain," ujar dia. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masker yang Kini Diwajibkan untuk Cegah Penularan Corona".

dan di Tribunnews.com dengan judul Warga di Sleman Ciptakan Masker Transparan untuk Bantu Komunikasi Teman Tuli dan Bisu