Virus Corona

Hasil Swab Test PDP Corona Ini Membingungkan, 10 Kali Diuji Hasilnya Berubah-ubah Positif & Negatif

Editor: Asytari Fauziah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus Corona

TRIBUNMATARAM.COM - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng tengah berkoordinasi dengan WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia perwakilan Indonesia di Jakarta.

Sebab, seorang warga dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) yang sedang diisolasi di RS Pratama Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng, hasil tes PCR-nya selalu berubah-ubah.

Sekretaris GTPP Covid-19 Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengatakan, tes telah dilakukan sekitar 10 kali.

Namun, hasilnya terus berubah yakni dari positif ke negatif, lalu positif lagi.

2 Kali Hasil Swab Tes Sudah Negatif, Pria Ini Malah Ditemukan Meninggal Dunia Saat Isolasi Mandiri

Intinya, hasil tes negatif tak pernah beruntun sebanyak dua kali sehingga pasien tersebut belum bisa dinyatakan sembuh.

Hasil tes terakhir pada Sabtu (19/4/2020) lalu kembali menunjukan hasil positif.

Teknisi pendukung klinis Douglas Condie mengekstrak virus dari sampel swab sehingga struktur genetik virus dapat dianalisis dan diidentifikasi di laboratorium pengujian coronavirus di Glasgow Royal Infirmary, Glasgow, Inggris Raya. Rabu (19/02/2020). (Jane Barlow/POOL/AFP) (AFP/JANE BARLOW)

"Dan ini memang cukup membingungkan karena ada satu pasien yang menghadapi hasil swab berubah-ubah.

Dari positif beberapa kali jadi negatif habis itu positif lagi beberapa kali jadi negatif, dan sekarang kita berharap negatif ternyata positif," kata Suyasa, saat memberikan keterangan pers, Minggu (19/4/2020).

Untuk itu, pihaknya melalui Kepala Dinas Kesehatan Buleleng telah melaporkannya ke WHO yang ada di Jakarta.

Hal tersebut untuk dianalisa dan diketahui penyebabnya.

"Ini sedang dikaji dan sudah dilaporkan kepada WHO lewat kontak telepon dari Jakarta dengan Kadiskes langsung," kata dia.

Ayah & Ibu Meninggal karena Corona dalam Waktu 2 Hari, Adik Positif, Eva Justru Dipersulit Tes Swab

Nantinya diharapkan terhadap pasien tersebut ada penanganan secara khusus.

Sebab, sudah 30 hari pasien tersebut diisolasi namun hasil tesnya berubah-ubah.

Untuk diketahui, update data Covid-19 Bali per 19 April, 135 pasien terkonfirmasi positif.

Kemudian, 38 dinyatakan sembuh, 3 meninggal dunia, dan 94 masih menjalani perawatan. (Kompas.com/ Kontributor Bali, Imam Rosidin /Robertus Belarminus)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hasil Tes Pasien PDP Corona Ini Membingungkan, Dites 10 Kali Berubah-ubah Positif Negatif"

Seorang Petugas Medis di Ruang Isolasi RSUD Provinsi NTB, usai memantau kondisi pasien Balita 1,5 Tahun asal China yang dirawat karena mengalami demam tinggi, Senin (27/1/2020). Pasien beljm dinyatakan suspect Corona. (Kompas.com (FITRI R))

Cerita Perawat Kuatkan Pasien Positif Corona

Cerita perawat kuatkan pasien positif corona yang tidak mau ditinggal sendirian.

Banyak suka duka yang dilalui tenaga medis di Indonesia dalam menjadi garda terdepan Covid-19.

Salah satunya dialami Nurdiansyah, seorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, menceritakan pengalamannya merawat pasien Covid-19 selama hampir dua bulan ini.

Ketika menangani pasien, Nurdiansyah selalu mengenakan alat pelindung diri lengkap, mulai dari sepatu bot, baju khusus perawat, dan masker N95.

• Harapan Sederhana Perawat ke Pemerintah Indonesia di Tengah Wabah Corona : Lindungi Kami dengan APD

• Duka Perawat Pasien Corona, Ikut Tertular, Diusir dari Kontrakan hingga Gugur dalam Tugas

Setiap hari, ia memantau perkembangan pasien melalui monitor yang ada di setiap kamar.

Di kamar pasien, banyak pekerjaan yang harus dilakukan Nurdiansyah, mulai dari mengganti baju pasien, mengganti infus, menyiapkan obat, hingga makanan.

Ilustrasi pasien positif corona di ruang isolasi (TribunMataram Kolase/ Twitter @bananahoe/ ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Perawatan satu orang pasien, kata dia, bisa memakan waktu 30 menit hingga satu jam.

Sebab, banyak pasien yang tidak mau ditinggal sendirian.

"Ada pasien yang dia masih tidak berani kalau kita keluar (dari kamar)," ujar Nurdiansyah, di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (19/4/2020).

Tidak hanya itu, Nurdiansyah dan perawat lain selalu menyarankan pasien untuk menonton hal-hal positif yang ditayangkan di televisi.

Sebagai perawat, Nurdiansyah juga betugas untuk menguatkan mental pasien agar imunitas menjadi kuat.

"Kadang pasien pegang tangan kita. Ketika dia sesak, kita berikan penguatan, kita ajarkan teknik napas dalam agar dia rileks," lanjut dia.

Nurdiansyah sebenarnya perawat yang kerap menangani pasien HIV AIDS dan telah bekerja selama 1,5 tahun di RSPI Sulianti Saroso.

Namun, sejak virus corona mewabah di Indonesia pada awal Maret, ia dan seluruh perawat menangani pasien Covid-19.

"Satu perawat (menangani) dua sampai tiga orang (pasien), tergantung jumlah pasiennya. Tapi sekarang pasien full semua kita pegangnya dua sampai tiga orang (pasien) satu perawat," kata Nurdiansyah.
Selain itu, Nurdiansyah menuturkan bahwa kunci utama melawan Covid-19 adalah dengan melakukan pencegahan.

Perawat dan tenaga kesehatan menjadi garda terakhir ketika seseorang terpaksa terinfeksi Covid-19.

"Tetapi, masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam melakukan pencegahan penularan.

Mari kita lakukan pencegahan dengan baik," tutur dia. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Perawat Berikan Penguatan ke Pasien Covid-19 yang Takut Ditinggal".

dan di Tribunnews.com dengan judul Pasien PDP di Bali Hasil Test PCR-nya Membingungkan, 10 Kali Diuji Berubah-ubah Positif dan Negatif