TRIBUNMATARAM.COM - Perawat pasien virus corona jadi salah satu yang tak bisa nikmati lebaran di rumah dengan keluarga, masih harus bekerja di Wisma Atlet.
Idul Fitri atau lebaran biasanya dirayakan bersama dengan keluarga di rumah.
Menyantap berbagai makanan yang sangat khas saat hari raya umat muslim.
Namun tahun ini semuanya harus dijalani berbeda.
• Lawan Stigma Negatif, Komunitas Punk Bagikan Makanan & Sumbang Baju Layak Pakai untuk Korban Corona
• POPULER Viral RS Minta Uang Pemulasaraan Jenazah PDP Corona Rp 3 Juta, Ini Faktanya
Apalagi di tengah wabah virus corona yang sedang melanda seluruh dunia.
Kini idul fitri dirayakan dengan penuh kesederhanaan dan jauh dari hiruk pikuk.
Apalagi pemerintah melarang masyarakat mudik pulang ke kampung halamannya.
Terlebih untuk para petugas medis yang masih harus bekerja merawat pasien virus corona.
Salah satu kisahnya dibagikan oleh perawat di Wisma Atlet Kemayoran.
Simak kisah selengkapnya dari Annisa Walidatus Sholihah (26).
1. Lebaran Pertama Tak Bareng Keluarga
Lebaran tahun ini merupakan pertama kalinya dia tidak merayakan Lebaran bersama keluarga.
Annisa telah bertugas di RSD Kemayoran sejak 7 April 2020 dan akan berakhir kontraknya pada 30 Juni 2020.
Annisa memilih untuk mengabdi di RSD Wisma Atlet di tengah masa pandemi ini.
• Lawan Stigma Negatif, Komunitas Punk Bagikan Makanan & Sumbang Baju Layak Pakai untuk Korban Corona
Mudik tak menjadi pilihan karena ia kini berada di zona merah virus corona.
Annisa harus menjalani karantina atau isolasi mandiri selama 14 hari dan setelah itu jadi ODP.
"Jadi aku memilih enggak mudik, daripada nanti membahayakan orangtuaku," kata dia kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
2. Keluarga Mengerti
Ketika hendak berangkat ke Jakarta, dia memberi pengertian kepada keluarganya bahwa ia akan berada di Jakarta sampai selesai kontrak, dan kemungkinan untuk pulang tak akan mudah.
"Tanggapan dari orangtua atau keluarga alhamdulillah sih ngerti ya, karena Covid-19 ini kan beda dari penyakit lain.
• Ketika Dokter & Perawat Medis Diintimidasi Hingga Dimarahi, Sampai Pasien Covid-19 Ancam Bunuh Diri
Pasti kangen, itu enggak bisa dibohongi. Tapi, kan itu demi kebaikan bersama," kata dia.
Saat Idul Fitri, rencananya dia dan teman-temannya akan shalat Idul Fitri dengan memperhatikan physical distancing.
3. Melakukan Tugas Sebagai Perawat
Di RSD Atlet Kemayoran, Annisa bertugas di ruang rawat inap pada tiga minggu pertama. Setelah itu, dia bertugas di ruang HCU atau High Care Unit.
HCU adalah ruang perawatan pasien ICU yang dinilai sudah menunjukkan perbaikan, tetapi masih dalam pengawasan ketat.
Setiap harinya, dia bertugas selama delapan jam dan memakai alat pelindung diri (APD).
Tugas perawat dan dokter berbeda. Perawat memiliki waktu lebih lama bersama pasien dibandingkan dokter.
Secara umum, perawat bisa melakukan tindakan secara menyeluruh, sedangkan dokter khusus menangani penyakit dan fisiologi.
Annisa menjelaskan, tugas yang dilakukannya seputar memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Jadi, dia harus siap menyuapi pasien, menjadi perantara pasien dengan dokter, mencatat keluhan pasien, mengambil paket dari keluarga, dan menyiapkan kebutuhan lainnya.
4. Jenis Pasien di RSD Wisma Atlet
Dia menjelaskan, ada dua macam pasien, yaitu pasien mandiri dan pasien yang harus dibantu melakukan kegiatan sehari-hari.
Pasien yang ada di RSD Wisma Atlet adalah pasien dengan penyakit-penyakit ringan.
Di sana, pernah ada pasien hamil, tetapi kemudian dirujuk ke RS Fatmawati karena alat berat dan dokter kandungan tidak tersedia di RSD Wisma Atlet.
• Cerita Dokter Relawan Covid-19 di Wisma Atlet, Butuh 1 Jam Pakai APD, Tahan Perih hingga Kencing
Ada juga pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Namun, karena tidak ada dokter spesialis kejiwaan di sana, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit lain.
5. Pasien juga Tanyakan Kapan Pulang
Menjelang Lebaran, banyak pasien yang menanyakan kapan mereka bisa diizinkan pulang karena ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Perawat membantu menjelaskan kondisi yang mereka hadapi saat ini, serta sebisa mungkin memberikan semangat kepada pasien.
"Ketika ngasih semangat ke pasien secara enggak langsung nyemangatin diri aku juga," kata lulusan D4 Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Malang itu.
Tak bisa dimungkiri, kekhawatiran akan tertular Covid-19 dirasakan Annisa.
Dia mengatakan, untuk menghapus rasa khawatir itu, dia terus berdoa, berpikir positif, makan-makanan bergizi, menjaga imunitas tubuh, dan mengurangi stres.
"Kita selalu sharing dengan teman-teman satu angkatan di situ. Kita saling menguatkan, baik lewat chat group maupun ketemu langsung," kata Annisa.
Jika ada masalah, Annisa dan teman-temannya juga bisa berkonsultasi kepada psikolog klinis yang ada di RSD.
Para perawat di RSD mendapatkan penginapan, makanan, APD, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Beberapa waktu lalu, Annisa dan teman-temannya menjalani rapid test. Ia bersyukur, hasilnya non-reaktif. (TribunMataram.com/ Asytari Fauziah) (Kompas.com/ Nur Fitriatus Shalihah)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Perawat di Wisma Atlet Tak Bisa Lebaran dengan Keluarga Bahkan Harus Rawat Pasien Covid-19