Penjelasan Novel Baswedan saat Ditanya Cuma Mata yang Luka Terkena Air Keras

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fakta penyiraman air keras Novel Baswedan

TRIBUNMATARAM.COMTanggapan Novel Baswedan saat ditanya mengapa hanya mata yang luka terkena air keras.

Kasus peradilan terhadap pelaku penyiraman air keras Novel Baswedan masih terus berlangsung.

Kejanggalan akan tuntutan jaksa juga masih menjadi sorotan.

Terlebih, jaksa menyatakan jika ada kesalahan penanganan yang membuat mata Novel Baswedan rusak.

Novel Baswedan (Tribunnews.com/Ilham Rian Pratama)

POPULER Kuasa Hukum Pelaku Klaim Mata Novel Baswedan Rusak Sebab Salah Penanganan, Minta Klien Bebas

Kuasa Hukum Penyiram Air Keras Minta Klien Dibebaskan, Sebut Mata Novel Baswedan Rusak karena Dokter

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan mengatakan, wajahnya tidak terkena luka bakar dalam peristiwa penyerangan terhadap dirinya karena ketika disiram air keras, Novel langsung mengaliri bagian matanya dengan air.

"Ketika saya pertama kali disiram air keras, penanganan pertama ada saya siram dengan diguyur air sampai lama," kata Novel dalam acara "Mata Najwa", Rabu (17/6/2020).

Novel mengatakan, setelah itu ia langsung dibawa ke rumah sakit di daerah Kelapa Gading.

Ketika sampai, Novel mengaku segera ditangani oleh dokter yang fokus menangani luka bakar.

"Saya dibius total, dibawa ke ruang operasi dan dilakukan penanganan yang khusus dengan disiram air murni dan lain-lain, saya tidak melihat tapi saya diceritain dan setelah itu diberikan kasa basah di wajah saya agar sel-selnya tidak mati," ujar dia.

Begitu pula saat ia melakukan perawatan di rumah sakit di Singapura. Novel mengaku sempat ditangani oleh dokter khusus luka bakar.

"Di Singapore General Hospital, saya ditempatkan sekitar 1 minggu di unit luka bakar, burn center," ujar Novel.

Di rumah sakit tersebut, Novel mengaku mendapat penanganan dari ahli luka bakar.

Namun, kondisi luka di wajahnya saat itu belum memerlukan bantuan ahli rekonstruksi wajah.

"Tapi karena lukanya-luka permukaan luka bakarnya luka permukaan maka dokter rekonstruksi wajah tidak melakukan tugasnya tapi dokter ahli luka bakar melakukan tugasnya," tutur Novel Baswedan.

"Saya kira penanganannya sudah sedemikian bagus dan alhamdulillah kembali. Apakah berarti kembali sembuh tidak pernah sakit?" kata dia.

Sebelumnya diberitakan, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bernama Dewi Tanjung menuding Novel Baswedan merekayasa peristiwa penyiraman air keras pada 11 April 2017.

Dewi pun melaporkan Novel ke Polisi atas tudingan rekayasa tersebut pada Rabu (6/11/2019).

"Ada beberapa hal janggal dari semua hal yang dialami, dari rekaman CCTV, bentuk luka, perban, dan kepala yang diperban. Tapi, tiba-tiba malah mata yang buta," kata Dewi di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, usai melapor.

sketsa wajah pelaku penyiraman novel baswedan (TribunMataram Kolase/ Tribunnews.com)

Kuasa Hukum Minta Klien Dibebaskan

Kuasa hukum klaim mata Novel Baswedan rusak karena penanganan dokter yang salah, minta kliennya dibebaskan.

Ketika kuasa hukum penyiram Novel Baswedan meminta kliennya dibebaskan.

Sidang penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan masih terus bergulir.

Namun, banyak kejanggalan yang justru mencuat di tengah persidangan.

Sidang tuntutan dua terdakwa penyerang air keras berjenis asam sulfat kepada penyidik senior KPK Novel Baswedan pekan lalu menjadi sorotan.

• Dituduh Pakai Sabu setelah Kritik Penyiraman Novel Baswedan, Bintang Emon Buktikan Tes Urine Negatif

• Bukan Hanya Tuntutan Satu Tahun Penjara, Novel Baswedan: Ada Banyak Permasalahan di Sini

Tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yang hanya satu tahun terhadap terdakwa Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis memunculkan banyak reaksi publik.

Salah satunya soal faktor ketidaksengajaan yang dilakukan Rahmat selaku eksekutor penyerangan terhadap Novel Baswedan.

Alasan jaksa menuntut rendah hukuman terhadap Rahmat ini menjadi bulan-bulnan warga karena dinilai tidak masuk akal.

Kemarin, Senin (16/6/2020) giliran terdakwa yang membacakan pembelaan (pledoi) di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut).

Pembelaan terdwaka Rahmat Kadir dibacakan seluruhnya oleh kuasa hukum. Di dalam materi pembelaan, Kuasa hukum meminta majelis hakim untuk membebaskan Rahmat dari semua dakwaan. 

"Kami mohon, majelis hakim yang mulia berkenan untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut. Satu menyatakan terdakwa tidak terbukti bersalah," kata kuasa hukum Rahmat dalam siaran langsung akun YouTube PN Jakarta Utara, Senin (15/6/2020).

Sebelumnya, jaksa mendakwa Rahmat melakukan tindak pidana sebagaimana ditentukan dalam dakwaan primer Pasal 355 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, subsider Pasal 353 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, lebih subsider Pasal 351 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP,

Bahkan, meski terdakwa telah mengakui perbuatannya, kuasa hukum meminta Rahmat untuk dibebaskan dari tahanan, dan mendapat pembersihan nama baik.

Kuasa hukum berpendapat, ada beberapa unsur yang tak terbukti berdasarkan fakta persidangan.

1. Sebut gangguan pengelihatan Novel akibat kesalahan medis

Alasan pertama yaitu penganiayaan yang dilakukan Rahmat terhadap Novel disebutkan oleh kuasa hukum bukanlah sebuah penganiayaan berat.

Kuasa hukum berpendapat, gangguan pengelihatan yang dialami Novel Baswedan bukanlah akibat dari penyiraman cairan asam sulfat yang dilakukan oleh kliennya.

"Kerusakan mata korban yang bukan merupakan akibat dari perbuatan penyiraman yang dilakukan oleh terdakwa, melainkan diakibatkan oleh sebab lain yaitu penanganan yang tidak benar atau tidak sesuai," kata kuasa hukum Rahmat Kadir.

Menurut dia, gangguan pengelihatan yang dialami Novel Baswedan terjadi akibat kesalahan penanganan medis dan tidak kooperatifnya korban semasa perawatan.

Mengutip dari keterangan dokter RS Mitra Keluarga yang pernah bersaksi di persidangan, dokter tersebut pernah menguji pandangan Novel dari jarak satu meter sesaat setelah tiba di rumah sakit.

Kala itu, Novel bisa melihat dengan baik tangan dari dokter tersebut.

Lalu tindakan medis yang dilakukan adalah menyiramkan air murni hingga kandungan asam sulfat pada mata Novel larut atau mencapai pH 7,0.

"Namun ternyata saksi korban mengatakan Rumah Sakit Mitra Keluarga tidak bisa dihandalkan untuk mengobati mata sehingga saksi korban meminta untuk rujuk ke Jakarta Eye Center (JEC)," ucap Kuasa Hukum Rahmat Kadir.

Kemudian kuasa hukum mengutip keterangan dari saksi dokter JEC, Novel seharusnya diobservasi selama 10 hari.

Tetapi di tengah masa observasi tersebut, Novel meminta untuk dirujuk ke Singapura atas keinginan keluarga.

"Dokter menyayangkan tindakan tersebut dianggap buru-buru. Seharusnya saksi korban bersabar untuk menunggu respon internal untuk mengevaluasi dan memperbaiki luka tersebut," tutur Kuasa Hukum Rahmat Kadir.

Disebutkan pula oleh kuasa hukum, Dokter JEC sebenarnya lebih menyarankan korban dibawa ke Sydney ketimbang Singapura.

Kuasa hukum Rahmat Kadir juga menyampaikan, sebelum dipindahkan ke Singapura, kondisi mata Novel Baswedan sudah berhasil dinetralkan dari asam sulfat.

Namun setelah dibawa ke Singapura justru terjadi komplikasi dan membuat pengelihatan Novel menurun.

2. Tak sengaja serang Novel karena terdakwa susah tidur dan gelisah 

Kuasa hukum menyangkal bahwa apa yang dilakukan oleh Rahmat Kadir merupakan sebuah penganiayaan terencana.

"Terdakwa tidak mempunyai perencanaan untuk melakukan penyiraman melainkan spontanitas," kata kuasa hukum Rahmat.

Kuasa hukum menyebutkan, penyerangan yang dilakukan Rahmat di latar belakangi oleh rasa benci kliennya itu terhadap Novel akibat kasus pencurian burung walet di Bengkulu.

Kuasa hukum Rahmat mengatakan, terdakwa kesal melihat Novel Baswedan yang mengorbankan bawahannya dalam kasus pencurian sarang burung walet yang menewaskan salah satu tersangka tersebut.

Dalam fakta persidangan yang disebutkan kuasa hukum, Rahmat sempat membandingkan Novel dengan atasannya yang rela berkorban demi anak buahnya bisa makan dan bertahan.

Pikiran itulah yang disebut sebagai alasan penyerangan Rahmat terhadap Novel.

Namun, penyerangan yang dilakukan Rahmat terhadap Novel disebut kuasa hukum sebagai bentuk spontanitas terdakwa yang berdasarkan pendapat ahli bersifat implusif.

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, kuasa hukum mengutip beberapa fakta persidangan yang terungkap.

Yang pertama ialah Rahmat Kadir Mahulette mencari alamat Novel Baswedan melalui mesin pencarian Google dianggap tak masuk dalam kriteria perencanaan.

Kemudian aktivitas meminjam motor terdakwa lainnya yakni Ronny Bugis selama dua hari untuk memantau rumah Novel juga tidak termasuk dalam kriteria perencanaan.

Dan yang terakhir adalah mencampur asam sulfat yang disebut berasal dari air aki dengan air biasa juga disebutkan tak masuk dalam perencanaan penyerangan.

"Pencarian alamat saksi korban oleh terdakwa melalui Google, melakukan survei menggunakan sepeda motor yang dipinjam oleh terdakwa dari saksi Roni Bugis pada tanggal 8 dan 9 April 2017, mencampur air aki dengan air pada tanggal 10 April 2017 tidak dapat dikatakan sebagai bentuk perencanaan karena tindakan-tindakan itu hanya timbul dari spontanitas yang merasa muak dengan sikap saksi korban," ucap kuasa hukum Rahmat.

Selain itu, mengutip keterangan terdakwa yang menyatakan tidak bisa tidur dan gelisah sehari sebelum penyerangan juga disebut kuasa hukum sebagai bukti bahwa apa yang dilakukan Rahmat bukanlah perencanaan.

"Kata rencana mengandung faktor kesiapan hati, sehingga pelaku secara tenang akan menjalankan apa yang telah diniati," ucap kuasa hukum.

(Kompas.com/ Sania Mashabi/Jimmy Ramadhan Azhari)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hanya Mata yang Luka Terkena Air Keras, Begini Penjelasan Novel Baswedan" dan  "Ketika Kuasa Hukum Polisi Penyerang Novel Baswedan Minta Pembebasan Kliennya...".

BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Penjelasan Novel Baswedan saat Ditanya Cuma Mata yang Luka & Rusak Terkena Air Keras.