Warga Dua Desa Bertaruh Nyawa Tiap Sebrangi Jembatan Darurat, Ada yang Sampai Meninggal Dunia

Editor: Asytari Fauziah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi sungai

TRIBUNMATARAM.COM - Warga Desa Bontominasa dan Desa Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, terpaksa setiap hari bertaruh nyawa menyeberangi jembatan darurat untuk menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.

Warga, ketika melewati jembatan tersebut, harus berhati-hati, pelan-pelan dan fokus, karena jika banyak gerak bakal jatuh ke sungai.

Warga berinisiatif membuat jembatan gantung dari bambu dengan dana swadaya.

Jembatan bambu itu memiliki panjang 25 meter dan tinggi enam meter dari permukaan air.

Warga Temukan Satu Jasad Siswi SMPN 1 Turi, Berawal dari Lihat Sepatu Nyangkut di Jembatan

Salah satu warga Jojjolo, Rosma (50), mengatakan, jembatan bambu hanya bisa digunakan warga untuk jalan kaki ketika pergi ke kebun, dan dipakai pelajar SD yang akan berangkat sekolah di Bontominasa.

"Sedangkan kendaraan bermotor, baik sepeda motor apalagi mobil, tidak bisa melintas," kata Rosma saat ditemui Kompas.com, Kamis (27/8/2020).

Suasana warga Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, melewati jembatan bambu. (KOMPAS.com/NURWAHIDAH)

Pada musim hujan dan banjir, lanjut Rosma, aktivitas warga menjadi lumpuh.

Apalagi ketika air sungai meluap hingga masuk ke dapur rumah di sekitarnya.

"Air sering masuk ke rumah hingga masuk ke dapur. Sawah di depan rumah juga jadi imbasnya.

Selain itu, anak saya yang sekolah di SD Negeri 280 Bontominasa tidak berangkat ke sekolah," tuturnya.

Selain itu, suami Rosma meninggal dunia karena tidak bisa rutin kontrol ke RSUD Bulukumba karena jembatan tak bisa diakses.

"Suami saya, setelah dioperasi harus kontrol tiga kali sepekan ke RSUD Bulukumba, tapi meninggal dunia karena tidak bisa jalan melewati jembatan. Mau dibawa pergi tidak bisa karena mobil tidak sampai ke rumah," ungkapnya.

Dulu Ditelantarkan di Bawah Jembatan, Nasib Bayi Keenan Berubah setelah Diadopsi Bupati Karawang

Rosma mengatakan, pada tahun 2019, pernah ada tamu mau menyambangi rumah Rosma, pas melewati jembatan itu jatuh lalu hanyut. Beruntung saat itu banyak warga sehingga korban segera ditolong.

Rosma berharap agar pemerintah memperhatikan kesulitan warga dengan membangun jembatan permanen di daerah itu.

Dihubungi terpisah, Kades Bontominasa Lukman (34) menuturkan, jembatan bambu itu bukan kewenangan pemerintah desa untuk menganggarkan, melainkan otoritas pemerintah kabupaten.

"Tinggal kita membangun komunikasi dengan Pemda Bulukumba dengan diusulkan di musrembang.

Agar pemda bisa menjadikan program prioritas dengan melibatkan anggota DPRD dari dapil 3 Bulukumpa Rilau Ale, untuk mengawal saat pembahasan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bulukumba, Rudy Ramlan mengaku baru mengetahui bahwa ada jembatan bambu di daerah tersebut.

"Saya baru tahu ini. Insya Allah dalam waktu dekat saya akan tinjau ke lokasi," katanya.

Jembatan Gantung di Bengkulu Putus karena Banyak yang Selfie

Sebuah jembatan gantung di Desa Manau Sembilan II, Kabupaten Kaur, Bengkulu putus, Minggu (19/1/2020), daftar korban tewas terus bertambah.

Dugaan kuat, jembatan gantung ini putus lantaran tak mampu menahan beban berat banyaknya masyarakat yang mengambil swafoto atau selfie di lokasi.

Pasalnya, semenjak dibangun sebagai penghubung warga dari perkampungan ke ladang pertanian dan perkebunan, banyak yang menjadikan jembatan gantung ini sebagai objek wisata.

Jembatan gantung putus di Desa Manau Sembilan II, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu, Minggu (19/1/2020) pukul 15.00 WIB.

• Dulu Ditelantarkan di Bawah Jembatan, Nasib Bayi Keenan Berubah setelah Diadopsi Bupati Karawang

Peristiwa tersebut mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, 6 dinyatakan hilang, dan 17 selamat setelah terjatuh dari Jembatan Gantung.

Namun, update terkini jumlah korban telah bertambah sebanyak 9 jiwa.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, Ujang Syafiri menjelaskan saat kejadian para korban berada di atas jembatan untuk berwisata.

Kawasan tersebut merupakan objek wisata desa Batu Luwis yang sering dikunjungi. 

• POPULER Pengakuan Saksi Mata dalam Gedung Roboh di Slipi Detik-detik Terakhir: Suara Kretek-kretek

Korban yang berada di atas jembatan, memanfaatkan waktu untuk berswafoto di atas jembatan secara kebetulan arus sungai dalam kondisi deras terjadi banjir.

Diduga kelebihan beban saat para korban swafoto

Diduga karena kelebihan beban para korban di atas jembatan berjatahun ke arus sungai yang kebetulan dalam kondisi banjir.

"Remaja-remaja itu berwisata di atas jembatan,"  kata Ujang, Minggu (19/1/2020).

"Saat itu mereka selfie-selfie," lanjutnya. 

• Gedung 4 Lantai di Slipi Roboh, 11 Korban Jiwa, Pengemudi Ojol, Karyawan Alfamart & Ibu Lansia Luka

Jembatan putus, diduga akibat kelebihan kapasitas.

Selain itu, ada dugaan saat di atas jembatan para remaja menggoyang-goyangkan jembatan.

"Diduga kelebihan kapasitas. Ada dugaan juga remaja sempat menggoyang-goyangkan jembatan," kata Ujang.

Saat ini proses pencarian korban masih dilakukan oleh tim gabungan TNI/Polri, Basarnas, BPBD dan sejumlah organisasi Mahasiswa Pencita Alam dari Universitas Bengkulu. (Kompas.com/ Kontributor Bulukumba, Nurwahidah/ Farid Assifa/ Kontributor Bengkulu, Firmansyah)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga 2 Desa Ini Setiap Hari Bertaruh Nyawa Seberangi Jembatan Bambu" dan "Jembatan Gantung Putus di Objek Wisata Bengkulu Renggut 4 Korban Jiwa, Diduga Akibat Kelebihan Beban dan Remaja Iseng".

BACA JUGA di Tribunnewsmaker.com dengan judul Warga Dua Desa Taruhan Nyawa Tiap Sebrangi Jembatan, Tak Bisa Sekolah Hingga Ada yang Meninggal.